POV ASTA
Seperti yang sudah dijanjikan oleh Mas Lingga. Akhirnya aku dibawa ke kantor untuk bertemu Mas Adi. Ya rencananya mau magang jadi sekretaris pribadinya."Kak Adi, ini Asta, seperti yang sudah aku bilang kemarin. Dia mau ikut berkarir katanya," ucap Mas Lingga setelah bertemu Adi. Kami pun berjabat tangan."Oh, boleh, kebetulan memang sekretaris saya undur diri karena mau fokus ke anaknya. Kamu sudah pernah bekerja jadi sekretaris sebelumnya?" tanya Mas Adi kepadaku. Duh sorot matanya menghujam ke hatiku. Kakak beradik ini memang bak pinang dibelah dua kegantengannya. Tajir lagi, tapi lebih tajir lagi ayah mereka. Wah, aku bakal dapat ikan kakap tiga sekaligus nih, eh empat sama Bima kalau nanti aku bisa mendekatinya. Kayaknya gak sulit deh mendekati Bima apalagi Adi, jelas nanti aku jadi sekretarisnya. Pasti kemana-mana bareng. Tugas luar kota juga pasti bareng. Kalau tugas luar kota pasti nginap dihotel. Wah,Setelah sampai di meja resepsionis kami memesan kamar hotel yang satu kamar dengan Bad dua terpisah. Memang aku yang mengusulkan agar sekamar saja tapi Bad dua. Meski awalnya keberatan tapi aku merayu Mas Adi agar menyetujuinya. Setelah itu, kami langsung berjalan menuju restoran romantis yang berdampingan dengan hotel ini.Kami masih berjalan secara beriringan. Dalam perjalanan itu aku berpikir cara jitu agar Mas Adi juga masuk dalam perangkapku. Aku yakin sekali Mas Adi akan jatuh kepelukanku. Secara ia selalu menuruti kemauanku sedari tadi.Akhirnya aku punya ide.Aku pura-pura terpeleset hingga tubuhku hampir jatuh. Reflek Mas Adi menangkap tubuhku. Yah seperti inilah aku. "Aduh! Aduh!...." Kini tubuhku berada dalam rengkuhan Mas Adi."Kamu gak apa-apa?" tanyanya."Gak, apa-apa Pak, cuma sakit sedikit," ucapku kembali berdiri melepas tubuhku dari rengkuhannya, dan kali ini jalanku pura-pura pincan
"Ini sudah tujuh bulan kamu berpura-pura tidak tahu atas perselingkuhan suamimu dan Asta, Dil," ucap Radit. Dila hanya tertunduk. Bingung ingin melakukan apa. Gara menjadi senjata Lingga supaya Dila urung membuka kedok perselingkuhannya. Meskipun hubungan keduanya sudah sangat merenggang. Demi Gara Dila masih bertahan menjadi istri Lingga."Bagaimana lagi? Alat yang kita taruh di sana seperti tidak ada fungsinya. Ponsel kamu sama aku juga hilang bukan? Semua bukti ada di sana. Bukti rekaman perselingkuhan mereka. Hilang semua!" keluh Dila prustasi."Sepertinya nasib baik memang belum berpihak padaku, Dit," lirihnya tertunduk karena kecewa."Tapi kita masih punya foto terbaru Asta bersama Adi bukan?" ucap Radit. Dila mengangguk.Malam itu saat Radit dan Dila ingin pergi memergoki Asta yang terlihat berjalan dengan Ayah mertuanya, justru mereka mengalami pembegalan segerombolan orang. Anehnya mereka tidak mengambil mobil
Hati Tami bergemuruh. Malu kesal marah bercampur menjadi satu. Air mata menetes membasahi pipi tanpa suara. Dengan tatapan tajam dia menghampiri anak lelaki kebanggaannya."Ma," lirih Lingga berjalan mundur. Sementara dia terus berjalan maju.Plak!Sebuah tamparan keras dari sang Mama melayang cukup kencang di pipinya. Hingga meninggalkan jejak merah bercap tangan di sana.Dila keluar bersama Gara. Begitupun dengan Keyla, Rahma juga Ica."Jelaskan apa ini?!" teriak Mama Tami. Belum sempat Lingga menjawab ucapan Mamanya, terdengar seseorang mengetuk pintu rumah cukup kencang. Bergegas Keyla pun membuka pintu. Alangkah terkejutnya ketika melihat banyak wartawan sudah berdiri di pagar rumah. Pak Seno yang menjadi satpam keluarga Bram pun merasa kewalahan karena mereka memaksa untuk masuk. Nampak terlihat Pak Seno tengah berusaha menutup pintu gerbang dengan penuh keramah tamahan."Nyah, wartawan i
"Mama, kenapa Papa sama Kakek pukulin Mama?" tanya Gara sambil mengusap Wajah Mamanya."Mana yang sakit, Ma. Sini biar Gara obati," ujarnya. Anak lelaki itu menangis dan terus mengusap wajah Mamanya yang bengap."Mama nggak apa-apa, Sayang. Cepat kita lari sebelum Kakek bisa mengejar kita," titah Dila. Dia tahu betul mertuanya itu. Dia tinggal menekan nomor penjahat atau semacamnya, kemudian menyuruhnya mengejar Dila. "Sial memang, tasku tertinggal," batinnya.Tin ….!"Gara awas!" teriak Dila karena hampir saja sebuah mobil mewah menabrak anaknya. Mobil itu langsung menepi. Kemudian, penumpangnya langsung turun dan berjalan mendekati keduanya."Papa, ampun Pa. Biarkan Dila pergi," pintanya. Mobil yang hendak menabrak Gara ternyata berisi penumpang yang sangat mirip dengan mertuanya."Kakek! Jangan sakiti Mama!" ucap Gara dengan tangis khas anak-anaknya."
"Oh, jadi Mbak Sheila ini bukan putri kandung Pak Bagas ya? Aku paham, jadi maksud kalian datang ke kota ini, karena ingin mencari keluarga Pak Bagas begitu?" tanya Dila. Sheila mengangguk."Saat kecelakaan itu, Papa sepertinya terbawa arus sungai. Sebab, Nenek bercerita, menemukan Papa tersangkut tumpukan sampah yang berada di pinggir sungai. Bingung apa yang mau Nenek perbuat, saat sadar, Papa tidak mengenali namanya sendiri. Jadilah diberi nama Poerwa sama Nenek.""Dua Minggu yang lalu, Papa terpeleset tangga dan kepalanya kembali terbentur. Saat sadar, Papa mengingat semuanya. Terlepas dari apapun, aku akan tetap menjadi anak Papa. Karena Nenek sudah tiada. Sementara keluarga yang aku miliki, hanyalah Papa," terang Sheila sambil memegang tangan Paka Bagas yang memang sudah dianggap seperti Ayah kandungnya sendiri.Dua puluh lima tahun, sejak usia Sheila tiga tahun, Sheila tinggal bersama Nenek dan Pak Bagas. Jadi wajar kalau dia
Pov DilaTiga hari berlalu, keadaan hatiku masih begitu pelik. Masih sakit jika teringat perlakuan Lingga dan keluarganya. Rasa cinta yang dulu begitu besar berubah jadi rasa benci yang sangat dan sangat. Lingga, sungguh aku tidak pernah menyangka dengan semua ini.Berita media sosial juga masih heboh. Bagaikan jatuh tertimpa tangga, banyak pengusaha yang enggan bekerja sama dengan perusahaan Pak Bram. Jelas semua itu kutahu karena berita itu masuk Jajaran trending topik di media Masa juga media sosial. Dari beberapa juga ada yang menarik sahamnya dan membatalkan kontrak kerja sama. Ini sama saja memberi efek luar biasa. Entah, mungkin karena berawal dari perusahaan Mas Bima yang menarik kerja sama dengan perusahaan Pak Bram, hingga mempengaruhi perusahaan lain, sebab perusahaan Mas Bima adalah perusahaan besar yang juga menjadi sorotan.Aku tidak tahu bagaimana keadaan keluarga mereka. Betul-betul mereka saat ini menguasai pemberitaan. S
POV LINGGAHancur! semuanya sudah hancur. Apa yang sudah aku perjuangkan semua sia-sia belaka. Semua hancur karena wanita ular itu. Karir, keluarga," hancur semuanya."Gimana? Mana Dila dan Gara?" tanya Mama. Ia terus melamun. Papa juga sama. Papa dan Mama tidak pernah berbicara lagi setelah lepas pemakaman Kakek. Hancur keluarga kami. Kini hanya ada air mata.Keluarga yang dulu bahagia, sekarang harus seperti ini. Apa mungkin karena kesalahan bersikeras menikahi Dila? Sebelum keluarga kami mengenal keluarga Dila, semuanya sangat membahagiakan. Tidak seperti ini."Lingga, bagaimana?" tanya Mama lagi. Aku hanya menggelengkan kepala. "Dia tidak mau kembali, Ma. Lingga hancur," lirihku mengusap gusar wajahku.Di rumah besar ini, semua seakan larut dalam kesedihan dan penyesalan. Tidak lagi ada tawa maupun canda. Rumah ini seperti sudah tidak memiliki nyawa.Semua memang gara-gara, Dila
Halo, Rey?" ucapku menjawab telepon di seberang. Dia adalah Reyhan Pratama sahabat saat kami kuliah dulu, juga menjadi rekan bisnisku. Termasuk pengusaha yang terkenal sukses juga sangat berpengaruh dalam kalangan pembisnis. Kehidupan rumah tangganya sangat bahagia. Memiliki istri cantik bernama Hany, dan 3 orang anak.Dua anak sambungnya, sementara satu anak kandungnya. Meski begitu, Reyhan adalah sosok Ayah sambung yang baik. Dapat terlihat di setiap ia memposting foto dan membagikannya di dunia Maya. Kadang melihat kebersamaan mereka aku suka senyum-senyum sendiri."Ngga, berita apa yang aku lihat ini? Kenapa bisa seperti ini?" tanya Reyhan."Aku percaya seorang sahabat tidak akan tega meninggalkan sahabatnya sendiri. Meskipun sah