Home / All / KARMA / Bab 3

Share

Bab 3

Author: RENA ARIANA
last update Last Updated: 2021-07-18 02:25:46

Sudah jam 23.00 malam, kenapa Rara belum juga kembali. Mataku juga sudah mulai mengantuk. Kucoba menghubungi ke nomor ponselnya tidak aktif. Membuat diriku merasa panik. Apalagi dia anak perempuan. Kebetulan aku memiliki nomor Nando, segera ku-hubungi ponsel Nando.

"Allhamdullillah, terhubung."  

"Halo Asalamualaikum." Terdengar suara Nando di seberang telepon.

"Walaikumsalam, Nando. Allhmdullillah diangkat."

"Iya, ada apa, Tante?" tanyanya.

"Nan, apa kamu masih sama, Rara? Kok sudah jam sebelas malam masih belum pulang ya? Tante khawatir," jawabku. Bukan apa, sebab Rara anak perempuan. Jadi wajar kalau aku sebagai Ibu sangat mengkhawatirkannya.

"Waduh, aturan udah pulang diantar sama anak, Pak Adrian, Tante. Tadi acaranya juga selesai pukul 22.00," pungkasnya.

"Ya Allah, kemana ya? Tante panik, Nand. Takutnya Rara dan anak Pak Adrian kenapa-kenapa. Sebab sudah larut malam begini," ucapku cemas. Ada rasa mau minta tolong diantar kembali ke tempat acara tadi. Siapa tahu Rara masih di sana.

"Tante, tenang dulu ya. Apa kita coba susul ke rumah, Pak Adrian?" tawarnya. Tanpa menolak aku pun segera mengiyakan. 

"Ya udah, Tante tunggu di depan rumah. Sepuluh menit lagi, Nando sampai," ucapnya seraya memutuskan panggilan. Segera aku pun meraih kerudung dan memakainya.

⭐⭐⭐⭐

"Asalamualaikum, Tante. Ayok naik," ajak Nando. Aku mengangguk dan segera duduk di atas motornya. 

"Hati-hati, Tante," ucap Nando karena posisiku duduk menyamping.

"Iya, Nand. Terimakasih banyak sudah mau antar Tante ke rumah Pak Adrian. Lagipula kan ini juga menyandung anak beliau. Takutnya kenapa-kenapa karena mereka anak perempuan."

"Iya, Tant. Nando paham kok." Allah, waktu sudah semakin malam. Semoga tidak terjadi apapun dengan gadis semata wayangku itu. Sungguh aku tidak siap kalau Rara sampai kenapa-kenapa. Hanya dia satu-satunya yang kupunya. Harta yang paling berharga sehingga membuatku mampu melanjutkan hidup.

⭐⭐⭐

Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit, Nando menghentikan motornya di depan rumah besar. Aku pun turun karena Nando bilang kami telah sampai. Aku biasa saja melihat rumah sebesar ini, karena dulu pun aku pernah tinggal di rumah yang lebih besar. Hanya saja, justru rumah itu seperti neraka yang akhirnya mampu menyiksa hatiku sampai saat ini. 

"Permisi, Pak!" teriak Aldo. 

"Iya, ada apa?" tanya Satpam rumah yang bernama Yanto. 

"Saya mau menanyakan keberadaan, Rara. Apa masih ada di sini, Pak? Sebab belum sampai di rumah. Katanya tadi mau diantar pulang boleh anak Pak Adrian," jawabku pada Satpam itu. 

"Silahkan masuk." Pak Satpam membukakan pintu gerbangnya, aku dan Nando pun melangkah masuk.

Sampai di depan pintu yang cukup besar, Nando menekan bel rumah. Allah, jantungku berdegup begitu hebat. Semoga Putriku ada di sini.

"Siapa?" Teriak suara perempuan dari dalam. Suara itu, suara dua puluh tahun yang lalu. Mungkinkah dia? Ah tapi tidak mungkin. 

"Siapa sih, Ma. Bertamu malam-malam! Buka, Ma," balas seorang laki-laki. Suara itu seperti aku pernah mendengarnya. Suara yang juga tak asing di telingaku. Sejenak dengkulku melemas, jantungku semakin berdegub cepat tak beraturan.

Krek!

Bola mataku membulat ketika melihat seseorang yang membuka pintu. Gemetar seluruh tubuhku saat kembali lagi melihatnya setelah bertahun-tahun ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Abah Pale
click here to visit our
goodnovel comment avatar
Idah Faridah
bikin deg degan
goodnovel comment avatar
Gusty Ibunda Alwufi
duh gimana rasanya liat pelakor nya bahagia
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KARMA    Akhirnya....

    AkhirnyaPOV DilaSampai di rumah, Mas Reyhan langsung membicarakan pernikahan pada semua orang. Mama pun sangat antusias menyambutnya. "Ya Allah, akhirnya punya menantu kaya Bima," ucap Mama girang. "Wah, Reyhan lebih dari saya. Senior," ucap Bima melirik Reyhan. "Wah, jangan merendah, Bim. Saya tidak separuhnya kehebatanmu," ucap balik Reyhan. "Sudah-sudah. Kalian berdua sama-sama hebat. Bersatunya kalian akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Kalian harus kompak dan saling mendukung. Dila dan juga Rara juga ya," ucap Tante Lirna. "Dan Tante sama Mama juga harus selalu kompak yah. Saling mendukung," timpalku. Tak lama, hadir Arkhan dan Gara sambil bergandengan tangan berjalan melewati kami. Membuat kami yang melihatnya tertawa riang. "Ya Allah, mereka akur sekali," ucap Mama. Kami semua yang mendengar pun hanya tersenyum. "Dua calon lelaki hebat impian," batinku. "Jadi pernikahan kalian dipercepat?" tanya Mas Bima. Reyhan mengangguk mantap."Baik seminggu lagi bukan?" ula

  • KARMA    Bab 90

    "Aku benar-benar serius ingin menikah denganmu, Dil. Kenapa? Apa yang membuatmu meragukan perasaan aku?" tanya Reyhan, aku terdiam. Dia laki-laki impian. Sama seperti Mas Bima. Tampan, mapan, baik. Idaman wanita. Aku tidak perlu iri lagi. Tapi bedanya, Mas Reyhan punya masa lalu yaitu istrinya. Apa mungkin dia bisa melupakan bayang-bayang istrinya itu?"Kamu yakin, Mas? Kamu tidak akan melukai perasaanku? Sebelum kita jauh melangkah, ada baiknya kamu pikirkan dulu. Entah kenapa, aku seolah tidak yakin kalau kamu mencintaiku, Mas," lirihku sembari mengerutkan kening.Makanan pesanan kami tiba, hingga membuat aku dan Mas Reyhan terpaksa menghentikan obrolan untuk sejenak. Setelah pelayan pergi dan makanan sudah tertata rapi di meja, Mas Reyhan menyeruput coklat hangatnya. Kemudian mengusap sudut bibirnya dengan tisu. Lalu, ia kembali m

  • KARMA    Bab 89

    Malam ini Reyhan mengajakku untuk pergi makan malam berdua. Sekalian aku juga ingin berbicara banyak hal dengannya. Semua ini terasa seperti mimpi. Namun, sebelum pergi makan malam, Reyhan ingin pergi menemui Lingga lebih dulu. Tentu aku ikut bersamanya."Sudah siap?" tanyanya saat aku menghampiri ia yang sudah berada di halaman rumah dengan mobilnya. "Sudah, Mas. Kamu gak mampir dulu?" Aku bertanya. Reyhan menggeleng."Masuk." Laki-laki itu membukaan pintu mobil untukku. Aku pun tersenyum ke arahnya dan langsung duduk di sampingmya. "Terima kasih," kataku. Reyhan mengangguk dan tersenyum. Kemudian, laki-laki itu pun mulai menjalankan mobilnya."Kita pergi ke penjara dulu ya, Rey?" Masih canggung memanggil Mas. Tapi mulai hari ini aku harus membiasakannya.

  • KARMA    Bab 88

    POV Dila ….Dua bulan berlalu. Kehidupan keluarga Tante Lirna sudah sangat bahagia. Benar-benar hidup mewah bergelimang harta. Juga dikelilingi oleh orang-orang yang tulus. Keluarga mereka benar-benar dijaga oleh sang maha kuasa. Kepahitan yang dialami Tante Lirna dulu, sekarang sudah berbuah manis. Mungkin setiap pasang mata melihat keluarga mereka nyaris sempurna. Karena kunci mereka, selalu bersyukur dengan apa yang telah didapat. Dimiliki.Kini waktunya aku dan Mama serta Gara kembali ke Bali. Menenangkan pikiran di sana untuk sejenak. Mungkin bukan untuk sejenak. Tapi untuk seterusnya. Menghilangkan luka kecewa karena malang dalam bercinta. Harusnya aku sudah kembali sebulan yang lalu, tapi Rara dan keluarganya meminta kami untuk tinggal bangsa sebulanan lagi. Akhirnya pun, aku menurut. Sekarang juga keadaan Ma

  • KARMA    Bab 87

    Pagi ini senyum bahagia nan haru keluarga Bima tumpah ruah di dalam ruangan. Pasalnya, Rara berhasil melewati masa kritis dan bisa dipindahkan ke ruang inap. Setelah semalaman hati mereka begitu gelisah menunggu karena dokter bilang kondisi Rara semakin lemah.Rara telah melahirkan sepasang anak kembar yang begitu lucu. Wajahnya tampan dan cantik seperti Papa dan Mamanya.Cup!Bima mengecup kening Rara. Lalu mengusap pucuk kepalanya. Laki-laki itu duduk di tepi ranjang Rara yang tengah berbaring. Wajah Rara terlihat pucat, tapi nampak jelas di wajahnya dia sangat bahagia. "Terimakasih, Sayang," ucap Bima lembut. Rara meraih tangan Bima dan mengecupnya."Sama-sama, Mas." Rar

  • KARMA    Bab 86

    "Halo?" "Apa?!" ucap Bima. "Ya udah kamu nggak usah ke rumah sakit. Di sini udah banyak yang jaga Rara. Bantu doa aja untuk Rara ya," ucap Bima kemudian mematikan sambungan telepon. "Kenapa, Bim?" tanya Papa Bima panik. "Rumah Lingga terbakar. Mamanya terjebak kobaran api yang besar. Lingga sendiri sekarang berada di rumah sakit karen shock mendengar berita tentang Mamanya," jawab Bima. Laki-laki itu memijit keningnya. "Kasihan juga kalau keluarga mereka jadi seperti ini," lirih Lirna. "Kamu kata siapa?" lanjut Lirna bertanya.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status