Share

2’ Elf Perempuan

Aciel gugup, bibir dan matanya bergetar, serta tangannya yang basah karena keringat. Setelah menanyakan pertanyaan itu pada makhluk di depannya, makhluk tersebut tidak menjawab dia hanya melihat ke arah Aciel dengan tatapan khawatir.

“Kau tidak apa-apa?” tanya makhluk tersebut.

Aciel terkejut, ternyata makhluk tersebut bisa berbicara bahasa manusia. Lutut Aciel lemas, punggunya langsung bersender ke batang besar pohon dengan mata yang masih menatap makhluk yang ada di depannya ini.

Roaaar..

Erangan beruang tersebut terdengar kencang sekali, hingga membuat daun-daun dan ranting pohon kecil berjatuhan ke tanah. Aciel dan Makhluk berambut putih di hadapannya itu, langsung menengokkan kepala mereka ke arah beruang yang mengerang keras di bawah.

Roaaaarrr…..Roaaarrr

Erangan beruang terdengar lagi, hingga membuat burung-burung yang berada di pohon terbang meninggalkan hutan. Manik mata hijau milik perempuan bertelinga runcing itu menajam memperhatikan beruang tersebut dengan seksama. “Kau harus berpegangan erat di ranting ini, dan jangan bertindak gegabah.”

Aciel bergeming diam melihat makhluk perempuan yang ada di depannya ini, karena melihat wajah perempuan bertelinga runcing tersebut dari dekat yang terlihat sangat cantik lalu dengan ragu ia menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia setuju. Perempuan bertelinga runcing tersebut pun turun dari dahan pohon. Dia menapakkan kakinya di tanah yang diikuti dengan segerombolan beruang  dengan gigi-gigi tajam mereka yang mereka tunjukkan. Beruang itu datang dari arah Kota Boneist, berlari masuk ke arah hutan menghampiri perempuan bertelinga runcing 

“Ternyata, beruang tersebut memanggil teman-temannya,” gumam Aciel.

Perempuan bertelinga runcing tersebut pun mulai bergerak cepat lagi, lalu ia mengangkat tangan kanannya yang membuat batu-batuan serta dahan-dahan pohon besar terangkat dari tanah lalu mulai terlempar ke arah beruang tersebut.

Bukk.. Bukk..

Batu-batuan dan dahan pohon besar tersebut berhasil mengenai tubuh beruang raksasa sehingga membuat beruang tersebut geram.  Mereka merasa seperti dipermainkan oleh makhluk yang menyerangnya karena mereka tidak bisa menyerang makhluk tersebut tetapi makhluk tersebut menyerang mereka bertubi-tubi. Makhluk tersebut memperlambat gerakannya, dia mulai mengangkat tangan kanannya lagi, ranting besar nan runcing yang berada di tanah mulai terangkat di udara, lalu dalam sekejap dia menembakkan ranting besar tersebut ke paha salah satu beruang.

Jleb

Beruang tersebut berteriak kesakitan, karena ada ranting besar yang menancap di kakinya. Sedangkan beruang-beruang yang lain, bertambah marah lalu menyerang makhluk tersebut dengan brutal. Beruang-beruang itu lari ke arah perempuan bertelinga runcing lalu menyerangnya dengan cakar-cakar beruang yang tajam. Perempuan bertelinga runcing dengan gesit menghindari serangan dari para beruang yang menyerangnya.

Sett.. Sett..

Setelah merasa para beruang itu kelelahan dan serangan mereka melambat, perempuan bertelinga runcing itu memperlambat gerakannya lagi. Kali ini lebih lambat dari yang sebelumnya lalu beberapa detik kemudian, dia mengangkat kedua tangannya ke langit yang membuat dua buah batu besar mengapung diatas kepalanya lalu dengan cepat dia melemparkan batu tersebut ke arah beruang lainnya.

Bukk..bukk..bukk..

Batu-batuan tersebut mengenai kepala badan, kepala, serta perut beruang sehingga membuat beruang-beruang tersebut mengerang kesakitan. Lalu, dengan raungan kencang mereka semua berlari masuk kedalam hutan.

“Haaah… haah.”

Hembusan napas berat terdengar keluar dari bibir mungil perempuan bertelinga runcing itu, dia terlihat lelah lalu mendudukan dirinya di tanah. Setelah merasa lebih baik, makhluk tersebut pun lompat ke atas pohon, lalu menapakkan kakinya di dahan pohon berhadapan dengan pria berambut merah berada. “Pulanglah, ini terlalu berbahaya untuk manusia.”

Aciel terkejut mendengar perkataan perempuan bertelinga runcing di depannya lalu dengan cepat dia membantah perkataan perempuan bertelinga runcing itu. “Tapi Kerajaan Cartenzeul sedang diserang dan aku bertanggung jawab untuk menyelidikinya!”

“Ini di luar kemampuan mu, kalau aku tidak ada kau sudah mati di makan beruang tadi.” Perempuan bertelinga runcing tersebut merangkulkan tangan pria berambut merah tersebut ke pundaknya lalu membawanya turun dari pohon. “Ya kau benar, kau hebat sekali bisa memukul mundur mereka kalau boleh aku tahu kau siapa? Makhluk apa kau?”

Perempuan bertelinga runcing tersebut tertawa kecil lalu melepaskan rangkulan tangan Aciel dari pundaknya. “Hahaha … bukankah kau sudah bertanya itu tadi tuan? Kenapa bertanya lagi jika sudah tahu jawabannya?”

“Ah ... jadi kau benar elf.” Aciel bergumam kecil.

“Aku pergi dulu kau segeralah pulang,” ucap elf itu.

“Hei!! Tunggu dulu aku masih banyak pertanyaan!” teriak Aciel pada elf itu namun percuma saja karena elf tersebut telah berlari masuk ke dalam hutan.

“Cepat sekalih sih,” keluh Aciel.

Aciel mendudukkan badannya di tanah, lalu bersandar pada pohon besar yang baru saja ia naiki bersama elf itu. Mata Aciel berat sekali, dia terlalu lelah karena semalam tidak tidur dan hari ini harus melalui hal yang berat. Aciel mulai memejamkan matanya, lalu dalam hitungan detik dia tertidur lelap.

Beberapa menit kemudian, Tim Penyelidikkan Aciel  masuk ke dalam hutan untuk mencari ketua mereka. Mereka sempat melihat kalau kapsul terbang Aciel dilempar oleh beruang raksasa itu ke dalam hutan, mereka semua ingin membantu Aciel tetapi warga Kota Boneist membutuhkan bantuan mereka. Setelah mencari-cari Aciel akhirnya mereka menemukan Aciel yang sedang tidur bersandar di pohon.

Hari sudah mulai gelap, dengan segera mereka mendirikan tenda di tempat Aciel tertidur. Mereka mengeluarkan tenda portable berbentuk bulat kecil, lalu dengan sekali klik tenda tersebut mengeluarkan tiang besi panjang yang langsung menancap ke tanah lalu di ujung tiang tersebut ada lingkaran berdiameter empat meter cukup untuk dua orang didalamnya.

Tenda tersebut jika dilihat dari atas nampak seperti permen raksasa yang gagangnya menancap ke dalam tanah. Salah satu orang dari tim tersebut merangkul tubuh Aciel lalu berjalan mendekati tenda. Dia mengetuk tiang besi panjang tersebut, dan dengan cepat dari atas ada seutas tali yang tebal namun kokoh lengkap dengan pegangan tangan. Orang tersebut memegang tali tersebut, lalu menarik nya sedikit dan dengan cepat tali itu menarik mereka berdua ke dalam tenda.

Malam sudah menunjukkan pukul sembilan tetapi Aciel belum juga bangun, hal tersebut membuat orang-orang dalam timnya sangat khawatir. Mereka tiada hentinya masuk ke dalam tenda Aciel untuk mengecek apakah Aciel baik-baik saja atau apakah dia sudah sadar.

“Ketua belum sadar?” tanya salah satu orang di timnya.

“Belum … sudah aku cek dia tidak pingsan dia hanya tertidur,” jawab salah satu orang.

“Ya mungkin saja dia kelelehan menghindari beruang raksasa itu jadi dia tidur nyenyak,” ujar salah satu orang.

“Tapi aku penasaran, apa ya kira-kira yang membuat ketua bisa selamat? beruang itu kan besar sekali rasanya seperti mustahil selamat dari beruang itu,” tanya salah satu orang di timnya.

Percakapan mereka pun berlanjut sampai jam sebelas malam, sambil menyiapkan makan malam mereka sambil mengobrol ringan bercerita tentang kejadian beruang tadi atau menceritakan hal yang lain. Sedangkan di dalam tenda Aciel, Aciel terlihat mulai mengerjapkan matanya. Dia membuka matanya perlahan, mengusapnya dengan tangan sambil menguap.

Aciel menguap lalu mengusap kedua matanya menggunakan tangan. “Hoaam … jam berapa ini?”

Jam menunjukkan pukul 11:15 pm Aciel duduk di kasurnya, lalu merenggangkan otot-otot nya yang kaku sehabis bangun tidur.

“Pasti tim ku yang membawa ku ke tenda,” pikir Aciel.

Aciel beranjak dari kasurnya, lalu pergi ke kamar mandi mini yang berada di dalam tenda. Dia membasuh mukanya untuk menghilangkan kantuk di matanya. “Oh iya, tentang elf itu apa aku harus memberitahukannya pada mereka?”

Aciel kembali melihat pantulan dirinya dari cermin lalu berkata, “Tidak mereka pasti akan menganggap aku gila mana ada orang yang percaya pada elf? Aku harus merahasiakannya.”

Aciel keluar dari kamar mandi, lalu turun dari tendanya menghampiri timnya yang sedang membuat makan malam. Mereka menyambut Aciel, dan menanyakan Aciel bagaimana keadaannya lalu menyuruhnya untuk segera makan agar tetap sehat.

“Ketua bagaimana bisa selamat dari kawanan beruang itu?” tanya salah satu orang.

“Tentu saja dengan ke jeniusan ku!” ucap Aciel dengan senyum percaya diri.

Semua timnya tertawa melihat ketua mereka yang ramah dan suka bercanda itu.

“Padahal mustahil sekali lho bisa menghindari beruang raksasa tersebut dibutuhkan kekuatan super atau mungkin kau harus menjadi seorang vampire dulu baru bisa selamat,” saut salah satu orang.

“Uhukk … uhukk.”

Mendengar hal tersebut, Aciel tersedak karena terkejut bahwa dugaan yang dilontarkan oleh salah satu timnya itu nyaris benar.

“Hei jangan terlalu banyak mengkhayal makhluk seperti vampire, werewolf, elf, atau peri itu tidak ada. Sekalipun ada lebih baik kita mencari mereka untuk membantu kita karena susah sekali rasanya menghadapi beruang atau serigala raksasa itu,” jawab salah satu orang.

Mendengar pernyataan dari salah satu timnya, Aciel langsung mendapatkan sebuah ide yang mungkin bisa menyelesaikan masalah ini.

“Benar juga kalau aku mengajaknya bekerja sama apakah dia mau?” batin Aciel.

Bersambung..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status