Kening Aluna berdenyut nyeri. Mendadak emosinya memuncak dan dia langsung berlari ke lantai atas. Perempuan itu mengambil surat cerai yang ada di laci nakas kamar utama. Kemudian dia berlari turun ke lantai satu. Bagaimana pun, hari ini Jason harus menandatangani surat tersebut.Aluna sudah tidak ingin menjadi istri dari lelaki itu, meski hanya satu menit saja.Namun begitu dia turun, sosok Jason sudah tidak terlihat di meja makan. Air matanya menetes tanpa bisa dikendalikan. Aluna terduduk di lantai sambil menangis histeris.***Satu minggu berlalu, Jason tidak pernah terlihat kembali. Setelah Aluna menangis histeris, emosinya menjadi lebih tenang. Dia ingin pindah dari tempat ini. Aluna membutuhkan uang sehingga dia harus mengumpulkan semangat untuk rekaman.Satu minggu kembali terlalui. Pagi-pagi sekali Aluna surah berangkat ke kantornya Yosef. Kebetulan Julie juga baru tiba di depan pintu. Keduanya saling bertemu dan berpandangan.Julie mengenakan terusan panjang berwarna putih. Ra
“Siapkan mobil, antar Bu Aluna ke rumah sakit,” perintah Yosef. Dia menepuk pundak Aluna menenangkan dan berkata, “Jangan khawatir, aku ada di sini.”Lelaki itu meminta Julie untuk rekaman di lain hari saja. Dia mengatur rekaman hari ini hanya untuk Aluna dan Julie. Dikarenakan terjadi sesuatu pada Aluna, sehingga dia mengundur proses rekamannya.Ternyata Julie langsung menyusul. Dengan sorot sedikit bahagia dia berpura-pura perhatian bertanya, “Kak Aluna, kamu kenapa?”Aluna mengepalkan tangannya. Dia tanpa ragu dan tanpa berpikir panjang langsung tahu jika semua ini ulah Julie. Dia menarik baju Yosef dan meminta lelaki itu mengambil gelas minumannya tadi.Namun ketika dia menoleh, gelas di atas meja tadi sudah hilang.Aluna terdiam dan dia mengerti bahwa ada orang yang diam-diam membawa gelas itu pergi ketika tadi sedang ramai. Julie berteriak dengan ekspresi berlebihan, “Kak Aluna kenapa nggak bicara? Kenapa? Tenggorokannya bermasalah? Di saat seperti ini justru bermasalah? Wah, jan
Mendengar itu membuat Aluna menjadi jauh lebih tenang. Dia menganggukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih.Axel tersenyum kecil dan berkata, “Awalnya aku menunggu pekerjaanku stabil dulu baru mau cari Om dan Tante. Ternyata aku ketemu kamu. Om dan Tante pasti sedih kalau tahu kamu buat dirimu seperti ini.”Aluna bergegas mengetikkan sesuatu di ponselnya. Dia meminta Axel untuk menyembunyikan hal ini dari orang tuanya.“Kamu nggak pulang?” tanya Axel.Aluna diam beberapa saat dan menggelengkan kepalanya kemudian berbalik pergi sambil melambaikan tangan. Axel berdiri diam di tempatnya selama beberapa saat, kemudian dia menarik tatapannya dan ekspresinya berubah dingin.Sampai di rumah, Aluna memberikan pesan pada Bi Asih untuk tidak memberi tahu Lili tentang kejadian ini. Jangan sampai mertuanya khawatir. Bi Asih tidak berakta apa pun dan langsung menyetujuinya.Yosef mengirimkan pesan dan memberi tahu jika orang yang memberikan minuman padanya adalah seorang karyawan baru. Sekarang
Emosi Aluna sedang tidak stabil. Dia kesal dan marah setiap melihat Jason. Lelaki itu tidak menanyakan pendapatnya dan langsung memaksa membawanya ke mobil.Aluna merasa amarahnya naik hingga ke ubun-ubun. Dia ingin segera turun dari mobil. Rasa sayang Jason pada Julie jauh melebihi pada dia yang sebagai istrinya sendiri. Untuk apa dia mengikuti keinginan lelaki itu? Kalau begitu maka Aluna sengaja tidak mau pergi.Perempuan itu sibuk menendang-nendang dan memberontak. Jason nyaris kewalahan menahannya. Karena tidak bisa membuka pintu, Aluna akan memukul Jason. Emosi lelaki itu juga ikut memuncak.Telapak tangannya yang besar menangkap kedua tangan Aluna. Sebelah tangannya lagi mengangkat tubuh perempuan itu. Dia menjepit kedua kaki Aluna dengan kedua kakinya kemudian mengunci pinggul perempuan itu.Dalam posisi ini, Aluna seperti terkurung dalam pelukan lelaki itu. Saat ini dia duduk di atas paham Jason. Tubuhnya menempel seluruhnya di dada lelaki itu. Posisi yang begitu intim membuat
"Nanti ada tamu yang datang. Kebetulan dia juga dokter," ujar Lili sambil menepuk pundak Aluna menenangkan."Dia baru kembali dari luar negeri. Kemampuannya sangat hebat," lanjut perempuan itu lagi.Aluna ingin mengetikkan di ponselnya bahwa dia sudah pergi periksa ke dokter. Namun teringat bahwa ini adalah niat dari orang tua, Aluna memutuskan untuk tidak menolaknya.Beberapa menit kemudian, pelayan rumah membawa seorang lelaki muda berjalan masuk. Lili tersenyum dan berkata, "Dokter Axel sudah datang?"Aluna mendongak dan menemukan Axel di sana. Otomatis lelaki itu juga melihatnya dan memasang ekspresi terkejut sambil bertanya, "Aluna?""Kalian kenal?" tanya Lili dengan terkejut."Sebelum aku kembali, orang tuanya Aluna yang membantuku kuliah. Aku pernah tinggal di kediaman Gautama selama empat tahun.""Lihatlah takdir ini," ujar Lili dengan gembira. Dia meminta keduanya duduk.Axel menatap wajah Aluna dengan senyuman. Namun jika dilihat lebih saksama, terlihat senyuman paksa di waja
Lili menepuk tangannya dan dengan ramah berkata, "Dokter Jason, lain kali sering bertamu ke rumah.""Baik, Bu."Sewaktu sedang makan, Jason duduk bersama dengan Aluna. Sedangkan Axel duduk di hadapan mereka. Pemuda itu tengah sibuk berbincang dengan Lili. Dia menceritakan berbagai hal yang pernah dia lalui bersama dengan Aluna.Tidak tahu apakah sengaja atau tidak, setiap menyebut nama Aluna, nada bicara dan ekspresi lelaki itu menjadi penuh sayang. Tatapan seperti seorang lelaki tengah menyayangi seorang perempuan.Makan malam ini terasa sangat menyenangkan. Hanya Jason saja yang memasang ekspresi datar. Aluna juga tidak mengerti menjaga perasaan lelaki itu. Dia hanya mengabaikan Jason dan menganggap lelaki itu tak kasat mata.Semuanya bersulang bersama. Ketika bibir gelas menyentuh bibir Aluna, gelasnya direbut oleh Jason dan dengan penuh emosi berkata, "Tenggorokanmu nggak nyaman. Tahu nggak kalau nggak boleh minum alkohol?"Ini hanya anggur merah dengan beberapa persen alkohol yang
Axel mengeluarkan gelangnya dan dia berkata dengan suara serak dan sarat akan kesedihan serta kekecewaan, "Aku pakaikan. Anggap saja sebagai hadiah pernikahan dariku untukmu."Sudut mata Aluna berair dan juga ada sorot jenaka di sana. Dia mengulurkan tangannya dan membiarkan Axel memakaikan gelang tersebut.Ukuran dari gelang sangat pas di pergelangan tangannya. Berlian yang ada di sana tampak berkilauan. Mata Axel memerah dan dia memeluk tubuh Aluna tanpa bisa ditahan."Aluna, aku sudah kembali. Kalau dia menyakitimu, kamu bilang sama aku. Aku akan membelamu."Aluna memejamkan mata dan membalas pelukan lelaki itu. Di kamar lantai atas, terlihat tirai jendela yang sedikit bergerak.Setelah Aluna mengantar Axel, dia masuk kembali kembali. Lili membawa nampan yang berisi makanan. Dia berkata pada Aluna dengan pelan, "Aluna, tolong bantu aku antarkan pada Jason."Aluna mengangguk dan membawa nampan tersebut ke kamar. Dia tahu sikap baik Lili pada Axel karena dirinya. Dia tahu jika Axel su
Tangan Aluna terhenti. Dia mematikan pengering rambut dan bersiap pergi. Perempuan itu terlihat tidak ingin berlama-lama di sana.Namun Jason langsung menangkap pergelangan tangannya dan keduanya saling berpandangan. Sebersit perasaan marah mulai merambat di hatinya."Mereka semua tahu tenggorokanmu bermasalah. Cuma aku yang nggak tahu?"Aluna tidak mengerti apa maksud ucapan Jason. Orang yang tahu adalah orang yang perhatian dengannya. Sedangkan Jason tidak pernah perhatian sama sekali dengan dirinya. Wajar kalau lelaki itu tidak tahu. Lalu, apa maksud ucapannya sekarang?Cengkeraman di pergelangannya semakin kuat. Aluna menggigit bibirnya dan menginjak kaki lelaki itu dengan kuat. Namun kekuatan perempuan itu tentu saja tidak ada apa-apanya bagi Jason. Justru tubuh mungilnya ditarik ke hadapan Jason, kemudian itis gelap itu menatapnya lekat.Aluna langsung bisa melihat jejak gigitan di dagu lelaki itu. Itu bekas gigitannya yang cukup kuat sehingga meninggalkan bekas. Dia tengah mempe