Kereta segera berjalan begitu Zhang Yuan masuk di dalamnya. Sesekali dia menengok dibalik tirai jendela untuk melihat keramaian kota. Namun baru sebentar menaruh perhatian di beberapa toko, matanya tiba-tiba memaku saat melihat gerbang rumah besar yang diberikan tanda segel kertas menyilang berwarna kuning. Sesuatu yang masih membekas di dalam hati seperti tak mengizinkan untuk menikmati kebahagiaan sebelum menyelesaikan tujuan.
Suasana hati yang baik tidak bertahan lama, karena setiap sudut kota merupakan kenangan manis yang telah berubah menjadi kepahitan bagi mata, hati dan pikiran. Embusan napas berat menahan semua kegeraman beriring dengan kedua tangan yang mengepal.
“Cepatlah!”
Satu kalimat perintah yang terdengar kasar dari dalam kereta membuat langkah kaki sang kuda semakin cepat membawanya menyusuri jalanan yang padat itu. Hingga beberapa menit kemudian berhenti di depa
“Aku pikir kau tak terlalu sibuk dengan kehidupan barumu.” Zhang Yuan kembali terdiam begitu mengingat kehidupan barunya ini didapatkan dari desakkan kehidupan lama. Kalau bukan karena diizinkan hidup lagi oleh langit dan dirawat oleh Wang Yi, maka tidak ada panglima Yang Guang yang sekarang. “Kakek Wang, bagaimana kalau sekarang kau tinggal saja bersamaku?” Wang Yi menganggukkan kepala dengan cepat lalu meneguk araknya, “aku lebih senang sendirian di gubukku, Zhang Yuan.” Seberapa keras Zhang Yuan meminta Wang Yi untuk tinggal bersamanya, tetap saja mendapatkan penolakan dengan alasan yang sama. Dia tak habis pikir apa enaknya tinggal di hutan sendirian dan hanya ditemani oleh pohon-pohon serta hewan buas lainnya. “Sudahlah. Kau tak perlu membujukku lagi, jawabannya tetap akan sama.&rdquo
Mendengar perkataan Zhang Yuan, Jing Lei terbungkam. Tawa yang tadinya begitu sombong dia munculkan kini menghilang begitu saja. Manik hitam Zhang Yuan yang tegas dan berani memberitahukan kalau pilihannya akan seratus prajurit baru adalah yang terbaik. Zhang Yuan pergi dari hadapan Jing Lei dengan menepiskan senyuman samping penuh kemenangan dengan argumen mereka berdua. Dia berjalan menuju ke sekumpulan prajurit yang baru direkrut untuk memilih seratus orang yang akan menjadi teman seperjuangannya, bukan bawahannya. Sementara Jing Lei masih memaku melihat Zhang Yuan menjauh darinya. Langkah tegap dari lelaki yang dia lihat mengingatkannya akan seorang teman lama dengan semangat juang kini berada dalam diri Zhang Yuan. Sosok yang dia kagumi muncul lagi dalam ingatannya. Begitu sampai di depan sekumpulan prajurit baru, Zhang Yuan terdiam melihat sebagian dari mereka yang
Sementara beberapa prajurit yang kesulitan untuk melawan serigala, dibiarkan oleh Zhang Yuan. Dia memilih untuk tidak membantu agar melihat sampai di mana kemampuan mereka, bukan karena tidak adanya rasa solidaritas melainkan ingin memberikan bekal dasar seperti apa yang pernah dikatakan ayahnya kalau musuh akan menyerang secara brutal meski mereka siap atau tidak. Meskipun begitu, Zhang Yuan tetap memiliki pikiran dan hati yang bersih. Dia menolong beberapa prajurit yang memang sudah tak berdaya melawan serigala. Satu gerakan saja sudah membunuh serigala yang hampir menerkam prajuritnya. Mereka akhirnya berhasil membunuh beberapa serigala dan menghentikan kawanan itu untuk menyerang lagi. Terdengar sorak kemenangan dari semua prajurit karena telah berhasil melawan serigala meski napas mereka tersengal-sengal. Namun bagi Zhang Yuan itu bukanlah sorak kemenangan melawan serigala melainkan kemena
Masing-masing dari mereka dilatih oleh Zhang Yuan sendiri. Teknik menggunakan pedang, tombak, tameng, dan memanah. Zhang Yuan mengelompokkan pasukan pemanah dengan memilih beberapa di antara mereka yang memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi dan pengetahuan berhitung, sebab untuk mengenai target tembakan harus mampu menghitung jarak dan posisi target berada. Untuk kelompok pedang dan tombak, dia memilih beberapa di antara mereka yang memiliki fisik dan ketahanan tubuh yang kuat. Sedangkan sisa dari kelompok itu dikhususkan untuk menjadi penyerang dan pelindung barisan. Melalui latihan yang diajarkan Zhang Yuan setiap hari, prajurit yang dulunya belum memiliki kemampuan untuk bertarung, sekarang telah menjadi prajurit yang bisa diandalkan. Meski belum pernah turun langsung ke medan perang, tapi dia yakin kalau mereka semua adalah prajurit terbaik yang bisa membuat pedang musuh bergetar.
Sebulan lebih pelatihan itu berlangsung hingga akhirnya utusan kerajaan memanggil Zhang Yuan untuk menghadiri rapat kerajaan. Di dalam aula istana semua pejabat-pejabat kerajaan telah berbaris rapi menurut golongan pangkat mereka. Ada pun Zhang Yuan, meski berada di golongan ke lima tapi barisannya berbeda dari pejabat yang lain. Dia berada di samping posisi Jing Lei, di mana ada pada barisan terpisah dari pejabat kerajaan. Laporan hari ini memberitahukan kalau jalur perdagangan laut ada masalah. Dikarenakan logam yang seharusnya menjadi alat transaksi pertukaran barang dengan orang barat mengalami kendala. Semua logam yang berada di dalam peti telah dicuri oleh sekelompok perampok sebelum sampai ke tangan penasihat kerajaan. Dan hal ini justru menjadi masalah bagi penasihat sebab dia lalai dengan tanggung jawabnya. Jalur perdagangan laut menjadi sumber penghasilan terbesar dan sangat berpengaruh di kerajaan Song
“Kau dan para menteri lainnya menolak pendapat dan baktiku pada kerajaan, sementara baktimu pada kerajaan tidak begitu nyata. Apa kau pantas berdiri di sini dan menentang pendapatku?” lanjut Zhang Yuan mengukir senyuman menakutkan di wajahnya saat bertatapan langsung dengan sang menteri. Aula istana menjadi hening, suasana semakin menegang mendengar perkataan Zhang Yuan. Baru kali ini mereka melihat keberanian Zhang Yuan yang sebenarnya. Pantas saja musuh di medan perang berhasil dia kalahkan, bahkan jenderal Murong yang tak bisa disentuh oleh musuh bisa dia kalahkan bahkan hanya dengan sekali ayunan pedang sudah mebuat ketopong perangnya terlepas dari kepala. “Huh! Kau masih terlalu muda untuk mengetahui masalah di istana, panglima Yang Guang. Musuh yang terlihat di medan perang tidak sama dengan musuh yang terlihat di dalam kerajaan.” Zhang Yuan berbalik dan mem
“Tuan penasihat, tidak apa-apa. Jangan menghukumnya,” sela Zhang Yuan menghentikan beberapa orang pengawal yang kini sudah bersiap untuk menyeret tangan pelayan wanita itu. “Jika aku tidak mendisiplinkan budakku, maka aku tidak berani lagi bertemu denganmu, Tuan panglima. Aku malu sebab pelayanan di rumahku buruk,” Dong Shuo mendekati Zhang Yuan dan menatapnya dengan wajah bersalah. “Tidak Tuan penasihat, justru aku sangat senang dengan undangan ini. Tidak perlu menghukum pelayan lemah ini, biarkan saja dia.” “Ah, aku mengerti. Kalau begitu, pelayan kecil ini aku serahkan pada Tuan Yang Guang saja. Biar kau saja yang memutuskan.” Perkataan itu membuat Zhang Yuan terdiam memikirkan maksud dari Dong Shuo. Dia tersenyum kecil, melirik pelayan wanita itu dan berterima kasih pada Dong Shuo atas pemberian satu pelayan wa
Hari ini tepat jadwal pengiriman hasil logam dari wilayah Kanguan, dan Zhang Yuan mengambil kesempatan untuk mencari tahu daerah mana yang selalu menjadi titik perampokan berlangsung. Begitu mendapatkan hasilnya, dia memerintahkan Liu Bai untuk membawa beberapa peti kayu dan 10 orang prajurit untuk menemaninya melewati daerah yang sering terjadi perampokan. Semua sesuai dengan rencana Zhang Yuan, pengawalan peti kayu untuk memancing perampok keluar baru dimulai. Mereka melewati sebuah desa kecil sebelum lokasi perampokan dilewati. Namun Zhang Yuan merasa ada yang ganjal dengan desa tersebut. Di sepanjang jalan rakyat hidup santai dan seperti biasa, tidak ada ketakutan atau kecemasan di wajah mereka. “Tuan panglima, berapa hari yang diberikan kaisar untuk menangkap para perampok itu?” bisik Liu Bai penasaran. “Tiga hari. Jika dihitung sekarang, tinggal dua hari lagi.” &nb