Belum genap satu hari mereka bertemu, pagi ini Lavina sudah kembali dibuat jengkel karena lagi dengan laki-laki yang dengan kurang ajar menciumnya semalam. Bagaimana bisa laki-laki ini kini ada di hadapannya, di gedung perusahaan miliknya, tengah berdiri sembari menatap Lavina dengan senyuman yang begitu menyebalkan di ruang kerja Lavina?
Apakah keamaanan di gedungnya begitu buruk? Bagaimana orang-orangnya membiarkan Raveen sampai masuk ke ruang kerjanya? Apakah mereka tidak tahu jika laki-laki ini adalah musuh yang harus disingkirkan? Lavina menghela nafas. Melipat tangannya dan menatap laki-laki itu lurus.
“Ada urusan apa kau kemari?” tanya Lavina.
Raveen hanya tersenyum. Lavina ternyata memang benar-benar berubah. Sudah tidak menjadi gadis manisnya seperti dulu.
“Aku hanya ingin melihat kekasihku. Banyak sekali berubah ternyata” jawab Raveen. Lavina tersenyum miring. Kekasih katanya.
“Pergilah sebelum aku memanggil
Lavina terbangun di pagi hari. Harus dia akui jika semalam adalah hal yang mengejutkan. Raveen tiba-tiba menyelinap masuk ke kamarnya dan mengatakan semua omong kosong yang ironisnya malah membuat hati Lavina tenang.Yang membuat dia bersyukur adalah Raveen menepati janjinya. Tidak ada keributan yang dia timbulkan di rumahnya pasca dia menyelinap. Setidaknya Lavina tidak menjumpai mayat yang bergelimpangan di rumahnya. Juga, tidurnya lebih nyenyak dibandingkan sebelumnya setelah pertemuannya dengan Raveen malam tadi.Menyebalkan memang, tapi harus Lavina jujur bahwa Raveen mememang memiliki pengaruh besar di dalam hidup Lavina, terutama perasaannya. Mau tak mau Lavina harus mengakui itu. Perlakuan manis Raveen semalam membuatnya nyaris membuka harapan baru.Raveen dengan lancangnya mempersilahkan Lavina membencinya. Tentu saja Lavina akan membencinya dengan sepenuh hati. Akan tetapi, sungguh gadis itu tak mengerti. Jika Raveen memang masih sangat mencintainya&md
Lavina pulang lebih awal dibandingkan yang seharusnya. Tentu saja untuk bersiap diri untuk menghadiri pesta yang dibuat oleh Lamberg. Pebisnis kaya mungkin seperti itu tabiatnya. Membuat pesta untuk memperluas jaringan. Perlukah Lavina membuat pesta juga?Tidak. Belum saatnya. Jangankan pesta, memikirkan produk barunya yang nyaris menimbulkan masalah saja masih membuat dirinya tidak tenang. Untunglah jalan keluarnya segera ada. Syukurlah Raveen memberitahu tentang masalah itu padanya. Sangat berterima kasih. Sedikit tidak rela mengakui jika apa yang Raveen lakukan sudah menyelamatkannya. Maka Lavina nekat untuk memberikan sebuah ciuman pada laki-laki itu. Meskipun terkesan terlalu berani, namun hanya itu caranya agar membuat Raveen bungkam. Juga, Lavina memang benar-benar berterima kasih.Gadis itu sudah menyelesaikan urusannya di kamar mandi. Sudah berendam dengan sabun favoritnya. Beranjak dari bathtub dan mengenakan bathrobenya sebelum keluar dari
Selamat pagi, kau tidur dengan nyenyak bukan?Semalaman aku tak bisa tidur, hanya memikirkanmu dan memeluk kain hitam berendamu. Sesekali aku mengecupnya, membayangkan kau di sisiku. Ngomong-ngomong, aku suka aromamu. Tidak sabar mencium langsung apa yang disembunyikan oleh kain itu.Lavina menghela nafas kesal dan merasa sedikit malu. Bagaimana bisa laki-laki itu mengirimi pesan yang sangat frontal padanya? Tentu saja, Raveen bisa melakukan apa yang dia mau. Sikap Raveen memang bukan sesuatu yang harus membuat Lavina terkejut, tapi Lavina menginginkan pagi yang damai tanpa harus diinterupsi oleh laki-laki ini.Gadis itu melempar ponselnya dengan asal ke atas tempat tidur. Lavina mulai beranjak dari tempat tidurnya. Saatnya menjalani hari lagi yang akan sangat berat. Dia haru kembali menata hati untuk menghadapi laki-laki yang dia benci.Ia berjalan menuju jendela kamar dan membuka tirai jendelanya. Meni
Raveen mondar-mandir di ruangannya. Ponsel genggamnya telah menempel di telinganya sedari tadi. Tangannya yang bebas mengacak-acak surainya hingga berantakan. Wajahnya juga sedikit lusuh, tampak kesal dan lelah. Memikirkan Lavina memang benar-benar menguras tenaganya.Masalah menjadi runyam ketika ia tidak bisa menghentikan Lavina saat hendak menemui Swan. Dirinya kecolongan, ternyata Lavina dan laki-laki itu telah melakukan komunikasi sebelumnya. Tahu begini, niat awal Raveen untuk menyadap alat komunikasi Lavina akan dia lakukan.Pergerakan Raveen juga terbatas karena anak buah Swan mengacaukan dirinya saat membuntuti Lavina. Sepertinya pertemuan mereka sudah direncanakan. Jika sudha seperti ini, Raveen akan semakin kesulitan untuk melindungi gadisnya.Sialan! batinnya kesal.“Ada perlu apa kau menghubungiku?” tanya seseorang dari seberang telfon.“Lavina tetap menjadi urusanku apapun yang terjadi” tutur
Lavina memejamkan matanya, menenangkan dirinya setelah berhasil keluar dari kediaman Swan. Perjanjian baru yang dia setujui tak akan bisa ditarik begitu saja. Dia sudah melangkah, tidak boleh mundur, tidak boleh ragu. Dia harus tetap menjalankan rencananya apapun resikonya.“Nona, haruskah kita pulang sekarang?” tanya Althof. Dia sudah menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan kediaman Swan.“Aku harus kembali ke kantor” jawab Lavina, masih memejamkan matanya. Selanjutnya, Althof tidak mengatakan apapun lagi.Gadis itu kembali merenungkan rencananya. Balas dendam memang tujuannya. Landergee menjadi target utamanya. Namun bukan hanya dia. Swan juga menjadi bagian dalam list orang-orang yang ‘harus’ dihukum. Bukan untuk membalaskan penderitaan yang Dawson alami, toh Lavina mendapatkan perlakuan yang begitu buruk karena mereka. Dia hanya ingin membalaskan kematian orang tuanya.Ayah dan ibunya dibunuh bukan sema
Laki-laki bermarga Landergee itu hanya menghela nafas ketika melihat Lavina yang tiba-tiba kabur, berlari saat hendak masuk ke dalam mobil Raveen. Bisa saja dengan mudah menangkap Lavina lagi, tapi ia memutuskan mengangkat tangannya, menghentikan anak buah yang hendak mengejar Lavina. Mungkin gadis itu membutuhkan waktu untuk sendiri. Raveen mengerti bagaimana ketakutannya dia.“Awasi saja dia kemana ia pergi. Jangan sampe Swan menyentuhnya lagi” titah Raveen yang langsung diiyakan oleh anak buahnya.Dia sudah terlalu lelah malam ini. Tentu dia akan menimbulkan masalah karena langsung berurusan dengan Swan. Tetap saja, karena ini menyangkut Lavina juga, ia tidka bisa diam saja bukan?“Tuan, Tuan Rembarnt ingin bertemu dengan Anda” seorang anak buahnya memberi kabar.Raveen sudah tidak terkejut lagi. Louis pasti ingin langsung menemui dirinya. Maka ia mengesampingkan Lavina dan langsung bergegas menuju tempat pertemuannya dengan Lou
Pasrah dibawa pulang oleh Raveen adalah satu-satunya jalan bagi Lavina agar tetap hidup. Laki-laki ini tidak main-main dengan tuturnya yang ingin melindungi Lavina. Kanan kiri mobilnya, digiring oleh anak buah Raveen dengan senjata lengkap. Lavina juga baru saja mengetahui jika Raveen tidak benar-benar membiarkannya lari. Anak buah Raveen mengikutinya untuk mengawasi dan melindungi Lavina.Gadis itu tak perlu bertanya mengapa Raveen melakukannya. Dia sudah tahu jawabannya. Tentu saja karena laki-laki tampan yang tengah menyetir di sampingnya ini begitu mencintai dirinya. Entah harus merasa bahagia atau sengsara. Kenyataan dicintai oleh seorang pembunuh bukanlah hal yang patut dibanggakan bukan?Hanya saja, cinta memang menyebalkan. Bisa menutupi apapun yang terlihat salah. Meskipun tahu bagaimana busuknya laki-laki yang kurang ajar tampannya, namun Lavina tidak bisa berbohong bahwa dia juga memendam perasaan suka padanya. Realita bahwa Raveen adalah penyelamatnya tidak
Memiliki Lavina seutuhnya adalah kebahagiaan mutlak Raveen. Sudah tidak terhitung berapa kali dia tersenyum semenjak mendapatkan gadis yang kini berada di pelukannya. Raveen bersungguh-sungguh tidak akan membiarkan gadisnya jauh darinya lagi.Dia sudah cukup bersabar selama ini bukan? Terpisah dengan gadis yang ia cintai selama bertahun-tahun sudah rela dia jalani. Sekarang Lavina sudah di depan mata, sudah berada di dekapannya lagi, maka ia tak akan melepaskannya seperti yang telah terjadi.“Bisakah kau melonggarkan pelukanmu? Aku mulai sesak” keluh Lavina. Raveen segera melepaskan pelukannya dan menatap Lavina sembari terkekeh.“Aku bahagia memilikimu” tutur Raveen sebelum menjatuhkan kecupan ringan di bibir ceri Lavina.Gadis itu hanya terdiam saat Raveen kembali memeluknya. Sesekali mengecup puncak kepala Lavina dan berkali-kali mengatakan bahwa dia bahagia bertemu Lavina kembali. Menegaskan bahwa dia sangat mencintainya. Hanya