Semua Bab Bukan Suami Biasa: Bab 91 - Bab 100
106 Bab
Sebuah Tanggungjawab
<span;>Hari hampir sore. Abian duduk termenung di tokonya. Entah apa yang dia pikirkan. Inung yang sejak tadi memperhatikan sampai heran melihat tingkah sepupunya itu. Abian memang pendiam. Dia jarang bicara jika tidak perlu benar. Tapi bukan kebiasaannya untuk merenung seperti itu. Bahkan sesungguhnya Abian paling tidak suka dengan orang yang suka merenung. <span;>"Bi," panggil Inung pelan. <span;>Abian menoleh. <span;>"Ada apa?" tanya Inung lagi. <span;>"Huh?" <span;>"Ada apa lo ngelamun terus dari tadi?" Inung memperjelas pertanyaannya. <span;>"Nggak apa-apa, cuma lagi berpikir aja." Abian pun menghela napas panjang. <span;>"Berpikir tentang apa?" Inung bertanya sambil duduk di dekat Abian. Kemudian dia memasang wajah serius seolah siap mendengarkan cerita sepupunya itu. <span;>"Gue lagi berpikir bagaimana caranya supaya bisa dapat
Baca selengkapnya
Bagai Musuh Dalam Selimut
<span;>"Apa? Ngojek? Jangan bercanda, Mily!" seru ibunda Emily ketika Emily menceritakan tentang pekerjaan sampingan yang Abian jalani sekarang. <span;>"Ya, ma. Mas Abi menjadi supir ojek sekarang," sahut Emily. <span;>"Tapi yang benar saja, Mily! Supir ojek? Apa tidak ada pekerjaan yang lain?" <span;>"Itu kan pekerjaan yang halal, ma." <span;>"Ya, mama tahu itu. Mama pun tidak mengecilkan pekerjaan itu. Tapi..., ah, Mily.... Mama tidak tahu lagi harus berkata apa!" <span;>Emily duduk diam di hadapan kedua orangtuanya. Dia memperhatikan ekspresi wajah keduanya yang tampak bingung. Ya, Emily mengerti apa yang dirasakan oleh kedua orangtuanya itu. Sebagai seorang pengusaha sukses dan kaya raya, pasti mereka sulit untuk bisa menerima pekerjaan Abian itu. Sebab tekanan dari rekan kerja dan keluarga pasti akan membebani mereka. Semua orang pasti akan bertanya tentang itu. Bagaimana mungkin seo
Baca selengkapnya
Cinta Nadya
<span;>Waktu terus bergulir. Seperti biasa saja, tampaknya. Emily merasa semuanya baik-baik saja. Dia membiarkan Nadya tetap tinggal di rumahnya untuk menjaga Amanda jika dia sedang pergi kursus. Toh, Nadya pun belum memulai kuliahnya karena masalah dengan ibunya belum juga selesai. Untuk kembali ke Jogja pun gadis itu tak mau. Sebab pulang ke Jogja berarti kalah dan mau mengikuti keinginan ibunya untuk melanjutkan bisnis orangtuanya di sana. Ya, tetap di sini mungkin baik juga, pikir Emily. Sebab Nadya bisa membantunya mengurus Amanda dan juga pekerjaan rumah yang lainnya. Emily tak menyadari jika Nadya mulai berperan menggantikannya. Gadis itu rajin mengurusi segala keperluan Abian dan Amanda. <span;>"Mbak Mily pergi kursus hari ini?" tanya Nadya pagi ini. <span;>"Ya, Nad. Kamu tolong jaga Amanda, ya," sahut Emily. <span;>Nadya pun mengangguk dan tersenyum. Dia senang, karena tiapkali Emily pergi kursus, Abian pasti pulan
Baca selengkapnya
Godaan Nadya
<span;>Siang ini kembali Abian pulang untuk menengok Amanda, karena hari ini jadwal kursus Emily yang berarti Amanda ditinggal di rumah hanya berdua saja dengan Nadya. Berbeda dari biasanya, siang ini Abian membawa sedikit makanan untuk Nadya. Yah, sekadar sedikit perhatian sebagai ucapan terima kasih karena gadis itu telah berbaik hati mau menjaga Amanda selama ini. <span;>Ketika Abian sampai, seperti biasanya Nadya sedang menunggunya di ruang tamu. Dan alangkah bahagianya gadis itu ketika tahu kalau Abian membawakan makanan untuknya. Ini bukan sekadar makanannya. Tapi ini sebuah perhatian yang manis yang Abian berikan untuknya. <span;>"Ini untuk saya?" tanya Nadya senang. <span;>"Ya," sahut Abian pendek. <span;>Hati Nadya melambung. Meski Abian memberikannya dengan ekspresi yang biasa saja, tapi Nadya merasa jika Abian mulai menyayanginya. <span;>Hari ini biarlah hanya sekadar makanan.
Baca selengkapnya
Tentang Sebuah Pengkhianatan
<span;>"Apa maksud dari kata-katamu itu, Nadya?" tanya Abian dengan mata yang tajam menatap ke arah Nadya. <span;>Nadya yang sudah terlanjur diliputi oleh perasaan kecewa dan cemburu itu pun balas menatap Abian. "Mbak Mily selingkuh!" cetusnya marah. <span;>Tubuh Abian seolah kaku mendengar kata-kata Nadya itu. Selingkuh? Emily selingkuh? Tidak mungkin! Ini fitnah! <span;>Abian terus menatap Nadya tanpa kedip. Dia tidak percaya. Tapi setitik keraguan mulai mengisi hatinya. "Jangan bicara sembarangan, Nadya! Jangan menyebar fitnah!" <span;>"Kenapa? Mas Abi tidak percaya? Mungkin memang sulit untuk percaya kalau perempuan sebaik dan semanis Mbak Mily tega mengkhianati suaminya. Tapi itulah yang terjadi. Selama ini diam-diam Mbak Mily menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya. Dan mereka selalu bertemu di luar setiapkali Mbak Mily pergi kursus memasak. Saya yang menyaksikan semuanya. Laki-laki itu selalu men
Baca selengkapnya
Sebuah Tanda Tanya
<span;>"Mas Abi?!" Emily sedikit terkejut ketika mendapati Abian sedang menimang Amanda di dalam kamar. <span;>Abian menoleh. "Sepertinya Amanda haus, Mily. Sebaiknya kamu susui dia sekarang," kata Abian segera. <span;>"Tapi kenapa Mas Abi belum kembali ke toko? Mana Nadya?" tanya Emily yang masih merasa bingung karena tak biasanya Abian berada di rumah pada jam seperti itu. <span;>"Nadya ke rumah papa. Mungkin mau mengurus kuliahnya," jawab Abian berbohong. <span;>"Ke rumah papa? Kok, mendadak sekali? Dia nggak bicara apa-apa sama saya sebelumnya." Emily semakin bingung. <span;>"Saya juga nggak tau, Mily. Tadi tiba-tiba saja dia bilang mau ke rumah papa. Makanya saya yang menjaga Amanda siang ini." <span;>"Jadi Nadya pergi tanpa memberitahukan pada Mas Abi apa alasannya?" <span;>"Ya. Mungkin dia ada urusan mendadak," kata Abian sambil menimang Amanda y
Baca selengkapnya
Fitnah Dari Nadya
<span;>"Saya mau ke rumah mama hari ini. Tapi nggak lama. Sebelum sore juga saya udah pulang," kata Emily pada Abian yang baru saja selesai sarapan. <span;>Abian menoleh menatap pada Emily yang sedang menimang Amanda. "Ke rumah mama?" tanyanya yang langsung paham apa maksud Emily datang ke sana. <span;>"Ya. Saya ingin menemui Nadya. Aneh sekali dia. Seharian kemarin saya mencoba menghubungi dia, tapi nggak bisa.," jawab Emily. <span;>"Nggak bisa?" Kening Abian berkerut. <span;>"Ya, tersambung tapi nggak dijawab. Saya kan jadi khawatir. Saya pikir mungkin ada apa-apa dengan dia di jalan. Akhirnya saya telepon mama untuk menanyakan tentang dia. Ternyata mama bilang, Nadya ada di sana dan dalam keadaan sehat," kata Emily menjelaskan. <span;>"Ya sudah kalau begitu nggak perlu lagi kamu datang ke sana, kan? Toh, kamu sudah tahu dia ada di rumah mama dan dalam keadaan yang sehat." Abian mencoba
Baca selengkapnya
Terguncang
<span;>"Nggak mungkin!" seru Emily pelan. "Nggak mungkin Mas Abi melakukan itu!" <span;>"Saya tahu Mbak Mily tidak akan percaya dengan cerita Saya. Karena itulah saya memilih pergi dan diam," kata Nadya dengan ekspresi wajah yang sangat meyakinkan. <span;>"Oh!" Emily kembali terpekik pelan. Benarkah itu? Benarkah suaminya melakukan perbuatan serendah itu? Rasanya ingin tak percaya, tapi raut wajah Nadya sepertinya tidak main-main. Tampaknya dia tidak sedang bercanda, apa lagi berdusta. <span;>"Maafkan saya, Mbak Mily. Saya tidak tahu kalau selama ini Mas Abi memiliki perasaan yang lain terhadap saya. Andai saja saya tahu, pasti saya tidak akan tinggal di rumah Mbak Mily. Saya pikir, selama ini Mas Abi cuma menganggap saya sebagai adik. Tapi ternyata tidak seperti itu." <span;>"Tapi Mas Abi bukan laki-laki seperti itu, Nadya!" Emily masih mencoba untuk percaya pada kesetiaan suaminya. <span;&
Baca selengkapnya
Menjemput Emily
<span;>Sore itu Abian bergegas pulang. Dia ingin mendengar cerita Emily tentang pertemuannya dengan Nadya tadi siang. Abian khawatir terjadi keributan antara Emily dan adik sepupunya itu. Meski Abian tahu kalau Nadya tak akan berani membangkitkan rasa cemburu Emily, tapi tetap saja hati Abian tak tenang membayangkan kedua perempuan itu bertemu dan bicara tentang alasan Nadya meninggalkan rumah mereka dengan cara seperti itu. <span;>Motor Abian berhenti di depan pintu pagar rumahnya. Dia melihat ke arah rumahnya yang sepi. Bahkan jendela pun tertutup rapat. Sepertinya Emily belum pulang. Abian pun berpikir sejenak. Apakah sebaiknya dia menunggu Emily di rumah saja, atau kembali ke toko dan pulang ke rumah lagi nanti? Hm, rasanya lebih baik kembali saja ke toko. Nanti sebelum maghrib, barulah pulang menemui Emily. <span;>Abian pun segera memutar motornya dan melajukannya kembali ke toko. Dan ketika dia memasuki halaman parkir di depan tokonya,
Baca selengkapnya
Beri Dia Waktu
<span;>Abian mengulangi pertanyaannya hingga beberapakali. Tapi jawaban dan reaksi Emily tetap sama. Dia tetap berseru meminta Abian untuk pergi dengan wajah yang menyiratkan rasa marah dan kecewa. Abian jadi semakin bingung. Dia tak tahu harus berbuat apa hingga hanya bisa mematung di tempatnya berdiri. Emily seperti tak bisa diajak bicara. Dia terlalu histeris dalam tangis dan kemarahannya. <span;>"Tenang dulu, Mily. Coba jelaskan dulu pada saya ada apa ini sebenarnya? Saya benar-benar nggak ngerti kenapa kamu bersikap seperti ini pada saya?" kata Abian bingung. <span;>"Tanya pada diri Mas Abi sendiri, apa yang sudah Mas Abi lakukan?!" sembur Emily marah. <span;>"Apa yang sudah saya lakukan?" Abian tak mengerti dengan perkataan Emily. "Memangnya apa yang sudah saya lakukan, Mily?" <span;>"Mas yang lebih tahu apa yang sudah Mas lakukan! Dasar laki-laki jahat! Saya benci Mas Abi!" Histeris Emily semakin me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status