Semua Bab Pendekar Mayat Bertuah.: Bab 201 - Bab 210
255 Bab
Unjuk kesaktian di ladang
"Ayo buruan! Hari ini tugas kita banyak, menyirami sayuran kita yang sudah mulai layu itu," seru Putri Nirmalasari."Iya-iya Bunda ..." jawab bocah berumur sepuluh tahun itu."Makanya kalau malam itu jangan banyak begadang! Jadi ngantuk gini to akhirnya ...?" ucap Putri Nirmalasari nampak mencela kebiasaan Putranya tersebut.Lalu dengan gelagat masih terlihat malas Santana melangkah menuju ke arah dapur."Lho, lho, lho ...! Ayo berangkat ... ini lho sarapannya sudah Ibu bawakan, nanti kamu makan di ladang saja," seru Putri Nirmalasari. Lalu mereka berdua pun segera bergegas melangkah menuju ke ladang.untuk sekedar diketahui bahwa saat ini ladang yang digarap oleh Putri Nirmalasari dan Santana itu mereka dapatkan dari menyewa, karena sewaktu keluar dari Istana Karmajaya dulu sang Putri memang membawa beberapa keping uang yang hanya cukup untuk menyewa tidak untuk membeli, dan adapun lahan Biswara yang dulu di titipkan pada tetangganya yang bernama
Baca selengkapnya
Kekonyolan Santana
"Aku yakin pasti kesaktiannya itu adalah titisan dari Ayahnya yang bernama Biswara itu, tapi seingatku orang yang bernama Biswara itu mukanya jelek, lha tapi bocah ini wajahnya kok ganteng sekali, yah mungkin saja dia itu niru Ibunya, karena sebenarnya ibunya itu perempuan yang cantik tapi saat ini sudah tidak lagi karena kulitnya sudah hitam dan mukanya juga sudah kusam," lanjut ujar Pak Suripto dengan masih tertegun melihat kejadian aneh bin ajaib terpampang di depan matanya.Begitulah akhirnya Santana pun langsung mengerjakan semua tugasnya itu hingga selesai, lalu setelah itu mereka berdua langsung pulang ke rumah mereka, satu-satunya peninggalan Biswara yang masih tersisa yang tidak ikut diambil oleh Pak Suripto.Berbicara mengenai Santana, meskipun berwatak keras tapi sebenarnya dia itu tergolong anak yang penurut pada sang Bunda, ya meskipun itu tidak berarti bahwa semua apa yang diperintahkan oleh Bunda Nirmalasari akan dia patuhi, karena memang kenyataannya ma
Baca selengkapnya
Pak Santo gak jadi marah
"Lalu bagaimana ini?" tanya remaja yang terlihat paling dewasa."Tahu lah, pokoknya aku gak ikut-ikut," sahut salah satu dari mereka "Aku juga," timpal satunya lagi."Aku juga," dan begitulah akhirnya mereka bersembilan itu pun langsung beranjak kabur dari dalam kuil itu dengan meninggalkan dua gundukan kotoran yang baunya sangat menyengat itu.Sementara itu Santana sendiri setelah keluar dari kuil tadi rupanya tidak berani langsung masuk ke dalam rumah, setelah membersihkan diri dan ganti baju yang memang kebetulan sudah ada di luar rumah bocah itu terlihat hanya duduk-duduk di teras rumahnya, perasaan bersalah dan takut kena marah cukup berkecamuk dalam pikirannya, apalagi dengan sang Bunda yang nyata-nyata sudah berpesan untuk tidak berbuat macam-macam kalau berada di dalam kuil.Sesaat kemudian nampak Santana terlihat melamun, tatapan matanya menerawang jauh menembus keheningan malam yang sebentar lagi akan segera berakhir, dari kejauhan
Baca selengkapnya
Santana kabur
Rasa kagum dan terkejutnya itupun semakin bertambah manakala sinar matahari pagi menerpa dua bongkahan kecil itu dan kemudian memantulkan sinar kilauan yang begitu indah."Hah! Apakah yang aku lihat ini? Benarkah ini emas? Hoh ... siapakah anak yang bisa mengeluarkan kotoran emas seperti ini?" ujar Pak Santo bertanya dalam keheranannya. Lalu setelah itu Pak Santo pun segera mengambil dan membersihkan dua bongkahan kecil emas itu dan kemudian kembali melanjutkan tugasnya untuk membersihkan kuil. Dan setelah selesai Pak Santo pun langsung pulang ke rumah untuk menyimpan barang istimewa hasil temuannya itu."Nah, sekarang aku akan mencari tahu dari anak-anak itu, siapa diantara mereka yang semalam telah berak di dalam kuil," ujarnya sambil beranjak keluar dari rumah.Lalu mulailah Pak Santo mendatangi rumah mereka satu persatu, dan karena memang sudah mengenali semua maka Pak Santo pun tidak butuh waktu lama untuk melakukannya, di rumah pertama yang dia sambangi Pa
Baca selengkapnya
Santana menjadi Bojapradata
Begitulah akhirnya Pak Santo pun langsung bergegas pergi ke rumah Pak Kuwu melaporkan atas hilangnya Santana, dan kemudian di hari itu juga pencarian Santana yang melibatkan para warga sekitar lereng gunung Argapura pun dimulai, sementara bocah sakti itu terus bergerak menuju ke arah selatan, semakin jauh dia meninggalkan desa tempat tinggalnya itu hingga akhirnya ketika waktu sudah mulai memasuki petang Santana pun nampak memasuki sebuah perkampungan.'Sepertinya malam akan segera tiba, lebih baik aku bermalam di kampung ini saja, tapi kira-kira siapa ya yang berkenan untuk aku tumpangi ...?' tanya Santana dalam gumamnya. Lalu bocah itupun kembali melangkahkan kakinya menyusuri jalanan desa yang berbatu itu, setelah beberapa saat berjalan tiba-tiba bocah itu menghentikan langkahnya."Itu seperti ada keramaian, apa sebaiknya aku numpang di sana saja ya? Ah enggak ah, aku gak berani ke sana, aku takut, jangan-jangan nanti aku ditolak dan di usir," ujarnya lirih.
Baca selengkapnya
Perdebatan Raja iblis dan Dewa angin
"Bersiaplah kau bocah edan ...! Hiyyat ... jiak ...!" Dengan segera Rangsang pun melompat dan kemudian langsung menyerang Bojapradata dengan menyabetkan jari-jari besinya ke arah tubuh bocah sakti itu, dan sepertinya Bojapradata pun menyadari bahwa lawannya kali ini memang benar-benar bermaksud untuk melukainya."Rasakan ini bocah Gembel ... hiyyat, hiyyak!"Wuss, wuss ... sring, sring ...Sabetan jari-jari besi Rangsang terlihat berkelebatan mengarah ke hampir seluruh tubuh Bojapradata, namun dengan gesitnya bocah sakti itu nampak masih bisa menghindarinya, hingga pada suatu saat Rangsang membuka kedua tangannya lebar-lebar dan kemudian melakukan serangan menggunting dan disaat itu juga Bojapradata langsung melompat ke atas dan kedua kakinya menginjak dua pundak Rangsang dan kemudian menghentakkannya."Mampus kau bocah edan ...! Hiyyat ...!" teriak Rangsang penuh dengan amarah."Hup hiyyak ...!"Brougs ..."Uuah ...!"Rangsang
Baca selengkapnya
Dirasuki Raja iblis
"Baiklah, aku sudah mendapatkan apa yang memang belum aku ketahui kebenarannya, silahkan .. lakukan apa yang memang telah dikuasakan kepadamu Raja iblis .. bersuka cita lah .. sebelum kuasa itu diambil lagi oleh Sang Hyang Widhi Wasa pada saatnya nanti," balas Dewa angin dengan bijak, dan bersamaan dengan itu pula Raja iblis pun langsung meludah ke arah bumi, dan dari ludahnya itu terbentuklah sebuah bola api sebesar genggaman meluncur ke arah dimana Santana atau Bojapradata itu sedang berada.Sementara itu Bojapradata sudah berada  di Padepokan Padangkarautan milik Dewa Ndaru, rupanya bocah itu diizinkan untuk bermalam di kediaman Ayahanda dari bocah yang baru saja berseteru dengannya, akan tetapi bukannya ditempatkan di dalam rumah atau ruang tamu bocah malang itu rupanya disuruh tidur di sebuah gudang tempat penyimpanan bahan makanan."Oh ... kenapa malam ini terasa begitu panas? Aneh, padahal diluar langit nampak begitu cerah, hoh ... tubuhku sampai berkeringa
Baca selengkapnya
Dewa Ndaru
"Aaah ...! Aaah ...!" teriak Dewa Ndaru terlihat masih merunduk dengan kedua tangan memegangi kepalanya, mendengar bisingnya teriakkan pimpinan perguruan itu maka Bojapradata pun langsung membentaknya."Hoe! Diam lah!"Lalu dengan perlahan Dewa Ndaru pun menoleh ke atas, dan betapa terkejutnya ia, matanya langsung terbelalak dan mulutnya menganga manakala melihat kejadian yang sangat sulit untuk diterima oleh akal sehatnya itu, bagaimana tidak? Patung singa seukuran bus itu terlihat disangga oleh Bojapradata hanya dengan menggunakan ujung jari kelingking tangan kirinya saja, dan setelah beberapa saat kemudian nampak Bojapradata menghempaskan patung raksasa itu ke udara."Hiiyyaaah ...!"Patung berbobot puluhan ton itupun langsung melayang dan melesat hingga keluar beteng perguruan tersebut, melihat kejadian itu Dewa Ndaru pun langsung rontok mentalnya, lalu dengan suara yang terdengar agak gugup lelaki empat puluh tahun itu pun berkata."Ba, ba, ba
Baca selengkapnya
Ajian Warungkiara
"Tapi dia telah berani mencelakai murid Ayah," balas Dewa Branjangan berkilah."Ya tapi ..." jawab Luhjingga tertahan dan kemudian langsung disahut oleh Dewa Branjangan."Ya sudah, kalau itu maumu, akan Ayah turuti."Lalu kemudian Dewa Branjangan pun terlihat kembali melangkah mendekati Dewa Ndaru muda yang masih duduk sambil tangannya memegangi dadanya yang masih terasa sakit akibat mendapat pukulan keras dari Dewa Branjangan."Heh anak muda!" panggil Dewa Branjangan."Iya Tuan, a, a, ampuni saya Tuan," jawab Dewa Ndaru muda terlihat ketakutan."Yah, kau memang aku ampuni, dan kau beruntung, meskipun kau telah membunuh dua muridku tapi rupanya Putriku Luhjingga tertarik padamu, dan itu artinya kau harus mau menjadi suaminya," tutur Dewa Branjangan terdengar sangat mengagetkan bagi Dewa Ndaru muda."Apa Tuan! Putri Tuan menginginkan saya?" tanya Dewa Ndaru muda sambil berusaha untuk duduk."Yah benar, dan ingat! Aku tidak ingin
Baca selengkapnya
Dewa Ndaru vs Luhjingga
"Mau tanya apa Dewa Ndaru?""Sebenarnya Tuan Bojapradata ini pengikut aliran ilmu hitam atau putih?" tanya Dewa Ndaru nampak begitu penasaran dengan pendekar yang ada di hadapannya itu."Dengar Dewa Ndaru, tidak penting kau mengetahui tentang diriku, apakah aku penganut aliran ilmu putih? Hitam? Apa ijo? Tidak penting! Ingat Dewa Ndaru, yang paling penting saat ini adalah ... pergilah mencari perempuan yang muda dan juga cantik dan segera kawini dia! Cari sebanyak-banyaknya.""Tapi Tuan ..." kembali Dewa Ndaru terlihat seperti orang yang sedang ketakutan."Apalagi ...?" Sergah Bojapradata terlihat begitu jengkel."Kakang ... Kakang ...!" ditengah mereka berdua masih bercakap-cakap tiba-tiba terdengar seruan dari dalam rumah Dewa Ndaru, dan tidak lama kemudian keluarlah seorang wanita setengah baya dengan diikuti tiga bocah yang kemudian langsung berdiri berjajar di sampingnya."Dari tadi kamu cuma ngobrol tidak jelas seperti itu?! Siapa pemu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
26
DMCA.com Protection Status