Semua Bab Pendekar Mayat Bertuah.: Bab 221 - Bab 230
255 Bab
Gaduh di Kayangan
"Yah .. inilah aku, aku memang manusia siluman, dan perlu kamu ketahui kalau memang aku ini sangat menyukai istrimu," ujar Bojapradata yang langsung disahuti oleh juragan Waluya. "Dasar manusia iblis! Apakah matamu buta?! Tidakkah kau melihat kalau istriku sudah meninggal?!" "Walaupun .. yah .. walaupun Ni Luh Apsari telah menjadi mayat, tapi bagiku tidak ada bedanya, baik masih hidup atau sudah mati aku akan tetap menggaulinya, dengar kau Waluya! Saat ini juga aku akan membongkar kuburan istrimu!" "Keparat ...! Terkutuk kau manusia setan ...!" teriak juragan Waluya terlihat sudah hilang kesabaran dan berupaya untuk menghajar Bojapradata namun apalah daya, jangankan untuk menghajar untuk sekedar bergerak dari tempatnya saja dia tidak bisa melakukannya. Dan seolah tak ingin berlama-lama meladeni sang juragan malang itu Bojapradata yang masih berwujud burung merpati putih itupun segera terbang dan berhenti tepat di atas kuburan Ni Luh Apsari dan sesaat kemudian
Baca selengkapnya
Kembalinya Santana
"Biswara ... kamu memang aku berikan kelembutan hati, kamu memang tidak memiliki rasa dendam sedikitpun dengan orang-orang yang telah berbuat jahat kepadamu, bahkan ketika kamu sudah berada di Suargaloka pun kelembutan hatimu itu tidak pernah berubah, namun ini bukan masalah balas dendam Biswara, ini adalah murni pelaksanaan ketentuan yang sudah seharusnya aku jalankan, jadi sekarang kembalilah kamu ke Suargaloka, sudah cukup sengsara yang kau alami semasa hidupmu dulu, dan kini nikmatilah balasannya."Mendengar jawaban dari Yang Widi seperti itu akhirnya roh Biswara pun langsung segera menghaturkan sembah sujud dan kemudian beringsut pergi. Setelah itu perhatian Yang Widi Wasa kembali tertuju kepada roh Eyang Reksa Jagat yang hendak diutus untuk membebaskan Santana alias Bojapradata dari belenggu para dedemit."Reksa Jagat ... segeralah temui Dewa angin dan Raja Iblis ... bilang pada keduanya kalau saat ini sudah tiba saatnya Santana untuk kembali ke arah yang sebenar
Baca selengkapnya
Tamu tak diundang
"Sudah-sudah ... kamu tenang saja, biar aku periksa dulu, mayat siapa ini," ujar Adhinata sambil melangkah mendekati tubuh Santana, namun betapa terkejutnya Adhinata dan para anak buahnya itu karena tiba-tiba saja Santana yang dikiranya mayat itu bergerak dan bahkan mengeluarkan suara kentut yang cukup keras, yah ... suara khas kentutnya orang yang baru bangun tidur di pagi hari.Brooot ... prot, prot."Kurang ajar! Bwah, bwah, juih! Hoe bangun! Siapa kamu?!" tanya Adhinata mengintrogasi."Hoh .. rupanya dia masih bocah Kang ..." ujar salah satu anak buah Adhinata."Iya benar," timpal temannya yang lain."Heh jawab! Siapa kamu ini sebenarnya? Dan kenapa tiba-tiba bisa berada di sini?" kembali Adhinata mengulangi pertanyaannya."Eh ... maaf Tuan ... siapakah Tuan-tuan ini dan dimanakah sekarang ini aku berada?" ujar Santana malah balik tanya."Heh, bocah edan! Ditanya gak jawab malah balik tanya! Jangan macam-macam di rumah orang! Data
Baca selengkapnya
Nirmala Sari perempuan tangguh.
Kemudian Adhinata dan keempat anak buahnya pun bergegas menuju halaman rumah yang tidak terlalu luas untuk sekedar berlatih kanuragan, sedangkan Santana nampak menuju kandang kecil tempat menyimpan hewan hasil buruan untuk diolahnya sebagai santapan Adhinata dan anak buahnya nanti setelah latihan selesai.Ada banyak hewan hasil buruan yang berada di dalam kandang."Wah banyak sekali hewan hasil buruannya, mmm ... mau masak yang mana yah? Ah ... masak anakan rusa saja, kayaknya enak ini kalau dibakar ." Sambil memproses masakannya itu nampak sesekali Santana melihat Adhinata dan para anak buahnya yang sedang bertarung itu."Aku sekarang ingat ... dulu sewaktu aku masih kecil aku pernah melihat Tuan Adhinata, yah ... tidak salah, memang dia adalah punggawa Kerajaan Karmajaya, tapi kenapa ya dia kok bisa berada di sini? Apa mungkin dia sudah tidak ingin menjadi seorang pendekar lagi? Tapi kalau memang begitu kenapa kok dia masih mengasah kemampuan bertarungnya? Ata
Baca selengkapnya
Ramai pesanan.
"Bu Nirmala ini untuk kain yang pesanan benangnya masih ada atau sudah habis ya Bu?" tanya salah seorang pegawainya yang bernama Retno."Pesanan yang mana ya Jeng Retno?" tanya balik Putri Nirmala Sari."Yang dari juragan Karman," jawab Retno nampak mengingatkan, maklum produknya sang putri sudah banyak yang pesan jadi ya wajar kalau beliau agak-agak lupa."Oh ... itu .. yang warna hijau muda dan kuning itu to?" tanya balik Putri Nirmala seperti baru ingat, dan nampak Retno pun mengiyakan."Benar Bu ..." ujarnya sambil mengangguk."Yang katanya untuk selendang nari itu kan?" kembali Putri Nirmala Sari meyakinkan dengan sebuah pertanyaan."Benar Bu Nirmala, dan kalau sesuai perjanjian minggu depan ini sudah tiba waktunya untuk diantar lho Bu ..." sahut pegawai lainnya yang bernama Sugirah."Oh iya-iya, ya sudah kalau memang benangnya habis .. siang ini juga biar Pak Seger beli di pasar Kadipaten, Pak Seger ... Pak Seger ..." seru Putri
Baca selengkapnya
Nagih Hutang.
Berbicara mengenai asmara, sebenarnya Putri Nirmala Sari itu banyak sekali lelaki yang menaruh hati padanya, dan itu sebenarnya juga tidak mengherankan karena secara fisik memang Putri Kerajaan Karmajaya itu memiliki bodi yang seksi dan berparas cantik. Banyaknya pria yang menaruh hati padanya itu baik sejak diawal-awal dia tinggal di Desa Sukosewu atau lebih tepatnya ketika ia masih hidup sebagai petani maupun setelah ia berubah profesi menjadi penenun kain, baik itu dari kalangan sesama petani maupun para pedagang di pasar, namun dari semua lelaki yang berusaha mendekatinya itu belum ada satupun dari mereka yang bisa membuat hati sang putri takluk, semuanya oleh sang putri ditolak dengan cara yang baik dan sopan, jadi meskipun cintanya kandas para lelaki itu merasa tidak malu ataupun jatuh mentalnya, malahan mereka berubah menjadi hormat, terlebih lagi memang beliau juga terkenal dengan sikapnya yang dermawan.Pak Seger terus menarik tali kekang kudanya dan meskipun laju ke
Baca selengkapnya
Dirman vs Seger
Merasa diperlakukan dengan tidak menyenangkan maka Pak Seger pun juga tidak mau diam, lelaki setengah baya itu langsung balik membentak."Hei Dirman! Dasar tidak tahu malu! Aku sebenarnya juga sudah muak bertemu denganmu! Kalau kamu ingin aku segera pergi dari sini, cepat bayar! Atau kalau tidak!""Kalau tidak apa?! Kamu mau apa?!" tiba-tiba salah seorang anak buah Juragan Dirman menyahut omongan Pak Seger sambil mendorong tubuh lelaki paruh baya itu, mendapat serangan yang tidak disangka-sangka akhirnya tubuh Pak Seger pun langsung terdorong dengan terjengkang ke belakang, namun sungguh diluar dugaan meskipun tubuhnya terjengkang ke belakang akan tetapi tidak sampai menyentuh tanah tiba-tiba dengan sangat gesit dan dengan menggunakan dua tangannya untuk bertumpu Pak Seger segera menghentak dan kemudian langsung bangkit dan kembali berdiri."Hep hiyat ...!"Melihat hal itu Juragan Dirman dan kedua anak buahnya pun terkejut sekaligus terkagum-kagum, karena
Baca selengkapnya
Makin berjaya.
Dengan suara yang tidak jelas terdengar nampak Juragan Dirman mengata-ngatai Pak Seger, dan mungkin saja dia berkata bahwa apa yang telah dilakukan oleh Pak Seger yakni menyerang dengan lemparan sebuah batu adalah sebuah perbuatan yang curang dan tidak layak untuk dilakukan oleh seorang ksatria, namun sebenarnya tidaklah benar begitu, karena serangan yang dilancarkan oleh Pak Seger itu masih dalam keadaan bertarung dan merupakan sebuah serangan balasan, hanya saja Juragan Dirman yang memang telah lengah dengan tertawa terbahak-bahak karena merasa sudah menang sehingga tidak memperhatikan lagi sang lawan yang memang belum sepenuhnya kalah, namun ternyata apa yang dianggapnya itu adalah sebuah kelengahan dan merupakan kesalahan fatal yang mengakibatkan celaka bagi dirinya.Sementara itu, begitu melihat majikannya terluka kedua anak buah Juragan Dirman pun tidak tinggal diam mereka berdua langsung melompat dan mengeroyok Pak Seger."Ayo Cung, kita bantu Juragan Dirman," u
Baca selengkapnya
Keinginan Adhinata.
Waktu terus berlalu, pada suatu hari suasana di Desa Sukosewu terlihat mendung, awan hitam nampak menggelayut di atas langit dan hanya menyisakan sedikit celah yang diterobos sang Surya untuk menunjukkan sinarnya yang terlihat redup, pagi itu banyak para warga yang masih berprofesi sebagai petani memilih untuk tidak berangkat ke sawah ataupun ke kebun dan nampak terlihat mereka memilih untuk beraktivitas ringan di sekitaran rumah, mungkin karena mereka khawatir kalau nanti hujan deras akan turun sehingga percuma kalaupun berangkat tapi tidak bisa bekerja.Namun nampaknya suasana yang begitu tidaklah sama dengan yang terjadi di rumah Juragan Nirmala Sari, adanya suara riuh dari para pekerja yang kian hari memang makin bertambah banyak menandakan kalau kesibukan di situ tidak pernah berhenti alias masih terus berjalan, untuk sekedar diketahui bahwasanya saat ini tidak kurang dari seratus pegawai yang dipekerjakan oleh Putri Nirmala Sari untuk membantunya mengerjakan usaha
Baca selengkapnya
Perundingan.
"Hehehe ... tenang saja Paman ... semua sudah ada yang mengatur ... dan waktunya pun juga sudah ditentukan ..." jawab Santana terlihat santai tapi juga penuh kepastian, namun meski begitu nampak kegelisahan terlihat jelas di wajah Adhinata, kemudian karena tidak ingin membuat hati pamannya itu terus merasa gelisah akhirnya Santana pun kembali melanjutkan ucapannya guna menjelaskan tentang bagaimana caranya untuk merebut kembali tahta Kerajaan Karmajaya dari cengkeraman Dipasena dan juga menjelaskan langkah-langkah apa saja yang harus dipersiapkan terlebih dahulu."Jadi gini Paman sebelum kita memulai untuk bergerak, untuk langkah pertama Paman harus memastikan dulu kalau Paman sudah siap untuk menyusun kekuatan bala pasukan Paman terlebih dahulu, cari pasukan sebanyak-banyaknya!" tegas Santana."Apakah seratus pemuda para murid perguruan ini belum cukup Pangeran?" tanya Adhinata."Ya jelas kurang to Paman Adhinata ... kita datang ke Karmajaya itu untuk menang! U
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
212223242526
DMCA.com Protection Status