All Chapters of Pendekar Mayat Bertuah.: Chapter 21 - Chapter 30
255 Chapters
Adinata Sang Pahlawan
"Aaahh, kamu ini gak tahu kalau ini urusan penting! Ini masalah keselamatan Gusti Prabu Jayantaka! Sudah minggir sana, biar aku sendiri saja yang langsung memanggil beliau!" ujar Senopati Adhinata sambil bergegas menuju pintu Puri Pulasari. Dan begitu tangan Senopati Adhinata akan memegang gagang pintu tiba-tiba pintu Puri dibuka dari dalam. Kreek ...!Nampak sang Ratu Bhanuwati keluar dengan tangan masih memegang bunga untuk pemujaan. "Ada apa ini kok ribut-ribut? Lho kamu Senopati Adhinata kok sudah pulang apa sudah berhasil mendapatkan mayat sakti itu?""Ampun gusti Ratu kalau hamba mengganggu Gusti Ratu Bhanuwati melakukan pemujaan ... saya tadi memang memaksa untuk bisa langsung menghadap," ujar Senopati Adhinata sambil menghaturkan sembah hormatnya. "Maafkan kami Gusti Ratu ... kami hanya menjalankan titah Gusti Ratu Bhanuwati, sekali lagi hamba mohon ampun ..." ujar dayang-dayang dengan rasa takut. 
Read more
Raja Sembuh
Sesaat Ratu Bhanuwati memperhatikan sang Raja setelah memakai Azimat rambut sakti itu. Dan ternyata memang sungguh sebuah keajaiban, tidak lama setelah pemakaian Azimat itu Raja Jayantaka nampak berangsur-angsur menunjukkan tanda-tanda kesembuhan, dari yang semula tidak bisa berbicara kini sudah mulai bisa meskipun masih terbata-bata, dari yang semula lumpuh total kini sudah mulai bisa menggerakkan tubuhnya meski itu hanya untuk sekedar membalikkan tubuh untuk ganti posisi. Melihat perubahan seperti itu Ratu Bhanuwati pun nampak terharu, tanpa terasa dia tiba-tiba meneteskan air mata. "Puji Dewata Agung ... Paduka Raja sudah mulai bisa bergerak ... Apakah Paduka sudah mulai sembuh?" tanya Ratu Bhanuwati dengan suara bergetar. "Benar Dinda Bhanuwati ... tubuhku sudah tidak kaku lagi dan tenagaku juga mulai pulih," ujar sang Raja. Nampak sang Raja menggerakkan tubuhnya te
Read more
Penentuan pangkat
Adalah Rakryan Dipasena, salah satu punggawa Kerajaan yang sering bersebrangan dengan kebijakan Raja Jayantaka.Dan Baginda Raja sendiri ketika Rakryan Dipasena menunjukkan sikap ketidaksetujuannya lebih banyak mengalah ketika sedang berada di dalam sebuah sidang, meskipun sikapnya itu hanya merupakan sebuah cara agar tidak terjadi perdebatan yang berkepanjangan, dikarenakan Rakryan Dipasena adalah sepupunya Prabu Jayantaka sendiri. Dan biasanya begitu di luar sidang Prabu Jayantaka selalu menugaskan Ratu Bhanuwati untuk menjelaskan dan membujuk agar sikap dan pendapat Rakryan Dipasena itu bisa dirubah atau bahkan dibatalkan, dan melihat yang sudah-sudah Rakryan Dipasena akan melunak bila sudah berhadapan dengan Ratu Bhanuwati. Ratu Bhanuwati memang terbilang perempuan yang sangat cerdas dan pintar dalam mengambil hati orang lain, dan Rakryan Dipasena memang nampak lebih respect kepadanya ketimbang kepada Baginda Raja sendiri.Secara nasab Rakryan
Read more
Penentuan Gelar
"Setuju...!" jawab para anggota inti Kerajaan dengan kompak kecuali Pangeran Cayapata yang memang nampak kurang serius mengikuti musyawarah penting itu. Melihat Putra mahkotanya bersikap seperti itu Raja Jayantaka merasa tidak suka, lalu beliau pun menegurnya. "Cayapata! Kamu ini sudah dewasa dan kamu ini juga Putra Mahkota, tidak semestinya kamu bersikap seperti itu!" bentak Prabu Jayantaka. Mendapatkan bentakan dari Ayahandanya Pangeran Cayapata malah langsung pergi meninggalkan ruang musyawarah dengan tanpa bicara sedikitpun. Melihat prilaku Pangeran Cayapata seperti itu Ratu Danuardara yang juga sebagai ibu kandungnya merasa malu kepada para Permaisuri yang lain, terlebih kepada kedua Penasehat Prabu Jayantaka yaitu Dang Acarya Sidharta dan Dang Acarya Surapraja. "Maafkan saya Kanda Prabu saya yang bersalah karena tidak bisa mendidik Cayapata menjadi Putra Mahkota yang baik, tapi saya akan terus menasihatinya sampa
Read more
Jimat Rambut Sakti
Lagi-lagi keanehan pun terjadi, begitu tombak pusaka itu dipukul-pukulkan ke telapak tangan kirinya tiba-tiba gagang tombak itu berubah jadi lapuk dan ujungnya juga tiba-tiba juga berubah jadi besi yang rusak dan berkarat dan akhirnya tombak pusaka itu pun patah. Prabu Jayantaka nampak masih belum mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi, sang Raja juga belum sadar bahwa kekuatan yang ada pada tombak pusaka itu telah kalah dan luntur dengan kekuatan yang ada pada rambut sakti yang diikatkan di lengannya itu.Ditengah-tengah kebingungannya itu lalu tanpa sadar Prabu Jayantaka menyandarkan tubuhnya pada sebuah rak yang berisikan cinderamata pemberian dari Raja-raja sahabat yang terbuat dari batu permata dan logam mulya, dan begitu disandari tubuh sang Raja, sontak saja rak tersebut bergoyang dan cinderamata itu pun berjatuhan. Lalu dengan gerakan yang sangat cepat dan super kilat Prabu Jayantaka menangkap semua permata itu tanpa ada satu pun
Read more
Titah Raja
Setelah tiba di depan ruangan Prabu Jayantaka Senopati Adhinata tidak langsung masuk, beliau memilih untuk bertanya kepada pelayan yang terlihat baru keluar dari ruangan itu. "Pelayan ... sini!" seru Senopati sambil melambaikan tangannya. "Iya Gusti, ada apa?" tanya pelayan itu. "Gusti Prabu ada?" disaat pelayan itu baru mau menjawab tiba-tiba terdengar suara Prabu Jayantaka dari dalam memanggil. "Masuklah Senopati Adhinata ..." Mendengar suara sang Prabu akhirnya Senopati Adhinata pun langsung segera masuk. Dan begitu Senopati sudah berada di dalam Gusti Prabu Jayantaka langsung mempersilahkan untuk duduk. "Duduklah Senopati Adhinata.""Terimakasih Gusti Prabu," balas sang Senopati dengan segera mengambil posisi duduk di lantai. "Duduklah di atas Senopati," pinta sang Prabu. Lalu Senopati Adhinata pun duduk di sebuah dampar ukir yang berwarna emas yang memiliki ukuran lebih kecil, sedangkan sang Pr
Read more
Jabatan Baru?
"Kamu gak perlu khawatir Dipasena, dan jangan berpikir terlalu jauh dulu, aku yakin Gusti Prabu sudah menimbang dengan baik dan cermat dengan apa yang akan diputuskan," tutur Patih Badrika dengan bijak, dan Dipasena terlihat mengatupkan bibir sambil memutar bola matanya tanda dia tidak sepakat dengan jawaban Patih Badrika."Ya sudah saya tinggal dulu, kalau kamu mau menunggu aku kembali ya silahkan," ujar Patih Badrika berpamitan pada Rakryan Dipasena. Memang diantara para punggawa Kerajaan Karma Jaya yang paling tidak senang dengan keberhasilan Senopati Adhinata adalah Rakryan Dipasena. Sementara itu, tidak lama setelah berjalan Patih Badrika pun tiba di Istana Raja, tau kalau kedatangannya sudah ditunggu-tunggu oleh Baginda Prabu maka Patih Badrika langsung menuju ke ruangan tempat Prabu Jayantaka menunggu. "Salam hormat Hamba Gusti Prabu ..." ucap Patih Badrika dengan masih berdiri di pintu masu
Read more
Hasutan Dipasena.
"Nyai ... kenapa engkau malah mendukung Gusti Prabu ... dan tidak mendukung suamimu ...?" ujar Rakryan Dipasena yang terlihat tidak suka dengan jawaban dari istrinya itu."Kakang Dipasena ... memangnya apa yang Kakang mau ...? Aku kan tidak tau," balas Nyai Dipasena balik bertanya. "Kamu itu lho Nyai! Mbok jadi istri itu yang tanggap dengan kemauan suami! Jangan malah menentang kemauan suami!" sergah Dipasena nampak merasa jengkel dengan sikap istrinya itu. "Lha iya saya mesti gimana Kakang Dipasena ...?" lanjut tanya Nyai Dipasena. "Saya itu paling tidak suka kalau ada kesewenang-wenangan yang terjadi ... apalagi itu yang melakukan Gusti Prabu sendiri, yang semestinya sebagai seorang Raja beliau harus bisa menjadi contoh bagi rakyatnya," ujar Rakryan Dipasena."Maaf Kakang Dipasena bukannya aku bermaksud untuk membuat hati Kakang jadi kesal, sama sekali tidak. Tapi memang aku belu
Read more
Kemarahan Pangeran Cayapata.
"Mungkin itu kemarin-kemarin Nanda Pangeran ... sebelum adanya sayembara itu ... tapi sekarang beda lagi ... terlebih Senopati Adhinata yang keluar sebagai pemenang sayembaranya," ujar Dipasena yang dirasa belum gamblang oleh Pangeran Cayapata. "Maaf Paman Dipasena saya masih belum mengerti dengan apa yang Paman Dipasena maksud? Memang apa bedanya Senopati Adhinata sebelum dan setelah memenangkan sayembara itu?" tanya Pangeran Cayapata. "Begini Nanda Pangeran ... sebelum adanya sayembara itu memang Adhinata bisa di bilang tulus dalam mengabdi pada Kerajaan, namun setelah dia mengikuti sayembara itu dia mulai menyimpang, Senopati Adhinata tidak tulus lagi dalam mengabdi, karena sebenarnya dia hanya menginginkan hadiah dan kenaikan pangkat di Kerajaan ini.""Benarkah ucapan mu itu Paman?" sahut Pangeran Cayapata memotong pembicaraan Rakryan Dipasena. "Benar Nanda Pangeran ... dan yang paling perlu Nanda Pangeran ketahui dan waspadai adalah
Read more
Tercengang.
"Berapa banyak punggawa Kerajaan yang telah Paman temui dan setuju dengan rencana ini?" lanjut tanya sang Pangeran. "Tidak kurang dari seratus punggawa Kerajaan yang telah saya temui Nanda Pangeran, mulai dari yang ada di dalam Istana sampai yang berada di daerah setingkat Bekel dan Kuwu. Dan saya bisa pastikan kalau mereka semua siap mendukung dengan rencana kita ini," tutur Rakryan Dipasena dengan sangat yakin. "Baguslah kalau begitu, saya sangat senang mendengarnya Paman Dipasena, dan saya juga sangat berterimakasih kepada Paman Dipasena karena telah memberi tahu tentang masalah ini," ucap Pangeran Cayapata sambil menatap kepada Rakryan Dipasena. Merasa rencananya telah berhasil lalu Rakryan Dipasena pun bergumam dalam hati. 'Nampaknya rencana yang aku buat akan berjalan dengan lancar. Setelah Adhinata gagal jadi wakil Patih Kerajaan aku harus segera menyiapkan rencana selanjutnya, yaitu memanfaatkan Cayapata untuk menggulingkan
Read more
PREV
123456
...
26
DMCA.com Protection Status