All Chapters of Pernikahan Nona Smith: Chapter 21 - Chapter 30
186 Chapters
Bab 21_ Keterampilan Mengarang
Sinta membanting tas mahalnya di sofa. Diikuti tubuhnya yang membuat sofa empuk premium itu bergoyang-goyang.Wajahnya yang kesal membuat Hendry bertanya pada putrinya tentang apa yang terjadi menggunakan bahasa isyarat. Dan Sisil hanya menggeleng karena memang tidak tahu apa yang dialami mamanya di luar sana, hingga pulang dengan wajah masam."Ada apa mama? Bukankah mama tadi keluar untuk berbelanja? Biasanya mama selalu senang setelah pulang dari belanja," tegur Sisil."Haaah, semua ini gara-gara Smith. Aku tidak mendapatkan baju yang aku inginkan, malah dipermalukan di depan orang-orang. Dia benar-benar sudah kelewatan," jawab Sinta masih dengar tubuh lemas menahan kesal."Smith? Kau dari butik Lisa? Mengapa tidak bilang? Aku bisa mengantarmu ke sana. Sudah lama aku tidak mengunjungi butik Lisa," tanya Hendry bersemangat."Haaah, setidaknya tanyakan dulu kenapa aku bisa kesal. Kau ini hanya memikirkan putrimu saja."Sinta mendengus. Ia semakin
Read more
Bab 22_ Rencana Licik Sinta
Hendry diam. Ia tidak bertanya atau berkomentar. Lelaki itu merenungkan apa yang dikatakan Sinta. Hendry berpikir bahwa perkataan istrinya itu ada benarnya juga.Hendry sangat tahu bahwa hubungan Lisa dan Sheira begitu dekat. Mereka sudah seperti saudara kandung saja. Hendry selalu ingat bahwa Sheira adalah orang yang pertama kali melabrak dirinya ketika ketahuan menghianati Lisa. Di saat Lisa lebih memilih untuk diam dan menangis, Sheira datang ke kantornya dan memaki-maki Hendry di depan banyak orang. Bahkan juga menghadiahkan sebuah gamparan keras di pipi.Tapi sebenarnya Hendry juga tidak begitu yakin kalau Sheira memiliki perasaan padanya. Sebaliknya, selama ini Hendry justru merasa kalau perempuan dengan dua anak itu sangat membencinya jauh sebelum dirinya sukses. Jadi semua omongan Sinta, bisa jadi salah juga."Sisil, tolong ambilkan obat sakit kepala ayah. Tiba-tiba kepala ayah terasa pening sekali," u
Read more
Bab 23_ Secangkir Kopi dari Masa Lalu
Hendry memutuskan untuk menemui Sheira di rumahnya. Sebenarnya ia ragu untuk melakukan apa yang disarankan oleh istrinya. Tapi Hendry ingin mencoba segala cara agar putrinya bisa kembali manis seperti dulu lagi."Silakan."Sheira duduk di kursi kayu setelah meletakkan secangkir kopi pahit di atas meja, di depan Hendry tanpa menyuguhkan senyum."Terima kasih. Seharusnya kau tidak perlu repot seperti ini," kata Hendry memaksa untuk tersenyum.Hendry mengambil cangkir putih itu. Dan matanya terbelalak ketika ia mulai menyeruputnya. Hendry tidak pernah lupa dengan rasa itu. Kopi spesial buatan almarhum istrinya, Lisa. Kopi terbaik dengan takaran yang sangat pas sesuai seleranya.Dan ia juga selalu ingat betapa kasar sikapnya saat memaki Lisa hanya karena secangkir kopi. Padahal itu adalah kopi yang sempurna. Entah mengapa dulu Hendry selalu berusaha mencari-cari kesalahan istrinya itu. Batinnya baru akan puas setelah membentak, menca
Read more
Bab 24_ Perempuan Ahli Mengumpat
Sheira baru bisa keluar rumah setelah ibu dan anak-anaknya tidur. Ia meminta asisten rumah tangganya untuk menjaga mereka selama ia pergi, dan lekas menelpon jika terjadi sesuatu.Sheira menyetir mobil merahnya keluar rumah masih dengan rasa kesal bercampur jijik pada Sinta. Ia bertekad untuk menuntaskan semuanya malam ini."Halo....""Eh, bangs*t, aku tunggu kau di kafe Hawla sekarang! Datang atau aku akan menghancurkan rumahnya!"Sinta yang sebelumnya mengangkat telpon sambil membuka-buka majalah fashion, kini mulai mengangkat pandangannya dan berpikir dengan dahi berkerut.Sinta sangat mengenal suara itu. Suara perempuan yang telah menampar suaminya. Perempuan paling kasar dengan cara bicara yang sangat buruk."Hei, si*lan! Apa kau mendengarku?" bentak Sheira dengan mulut terbuka lebar seperti hendak menelan ponselnya.Tut... Tut... Tut....Sambu
Read more
Bab 25_ Duka yang Sama
"Apa rencanamu sebenarnya? Apa kau ingin menguasai butik Lisa? Apa merebut Hendry darinya masih belum cukup? Kau memang kurang aj*r!" ujar Sheira yang menahan tangan Sinta yang hendak meminum kopi pesanannya.Sinta tersenyum lebar dan meletakkan cangkirnya. Ia bisa merasakan kemarahan Sheira yang sangat besar padanya melalui genggaman yang kuat."Aku akui, kau memang sangat cerdas. Tapi cerdas saja tidak cukup untuk mendapatkan apa yang kau inginkan. Kau harus sedikit licik hahaha," kata Sinta yang mendekatkan wajahnya ke wajah Sheira."Kau akan menerima akibat dari perbuatanmu. Lihat saja, cepat atau lambat, kau akan menerima karma dari kejahatanmu. Tuhan itu Maha Tahu."Sheira berbicara seperti ingin memakan Sinta. Tulang rahangnya terlihat lebih menonjol dengan gigi-gigi atas dan bawah yang merapat saat berucap. "Ayolah, Sheira. Aku sudah terlahir licik. Dan tidak ada karma sampai hari ini.
Read more
Bab 26_ Klakson di Tengah Malam
Smith berada di bangku belakang bersama Hendry. Ia mengusap dahi sang ayah yang berada dalam pangkuannya dengan tangan bergetar. Darah dari pelipis Hendry yang bocor menempel pada pakaian Smith.Sementara itu, Pak Jono menyetir mobil dengan perasaan was-was. Bibi Ipah yang juga duduk di bangku depan, berulangkali menoleh ke belakang melihat keadaan sang majikan yang masih pingsan. Dalam batinnya Bi Ipah tidak berhenti berdoa untuk keselamatan Hendry.Ring... Ring....Ponsel berdering. Smith sedikit terjingkat karena kaget. Ponsel di kantong celananya bergetar dan berbunyi karena ada panggilan masuk.Tapi Smith tidak menjawab. Ia bahkan tidak mengeluarkan ponsel itu dan berlagak seolah tidak mendengar apa-apa."Non, ada telepon," kata Bibi Ipah mengingatkan."O, iya. Biarlah Bi. Aku tidak ingin menerima telepon dari siapapun.""Mengapa, Non? Coba Non angkat saja, bar
Read more
Bab 27_ Mencari Anj*ng Penjaga
"Ma, hati-hati. Mama harus tenang. Ayah pasti baik-baik saja. Jangan sampai karena kekhawatiran Mama yang berlebihan, membuat kita jadi kecelakaan," ujar Sisil yang sampai memegang jok mobil karena mamanya mengemudikan mobil dengan sangat kencang."Bagaimana Mama bisa tenang? Pasti terjadi sesuatu pada ayahmu hingga sopir Smith keluar rumah dengan terburu-buru. Kita harus sampai di rumah anj*ng penjaga itu secepatnya untuk mencari kepastian tentang apa yang sebenarnya terjadi."Sinta menginjak gas dan rem bergantian, berulang-ulang. Membuat kepala putrinya mangguk-mangguk tanpa arti. Untung saja sabuk pengaman mobilnya berfungsi dengan baik. Jika tidak, mungkin kerasnya guncangan akan membuat sabuk itu terlepas sendiri.Sisil yang tidak dihiraukan peringatannya oleh Sinta, pada akhirnya hanya bisa pasrah dengan batin yang terus memanjatkan doa memohon keselamatan.Gadis itu baru bisa bernapas lega setelah tiba di de
Read more
Bab 28_ Dialog di Kamar Mandi
"Bagaimana? Dimana ayahmu?" sambar Sinta saat Sisil tercekat usai panggilannya pada ponsel sang ayah diangkat oleh Smith. "Sisil! Jawab! Mengapa kau diam saja? Apa yang dikatakan ayahmu?" bentak Sinta yang langsung berdiri mendekati anaknya.Sisil masih belum menjawab. Tapi air keluar dengan sendirinya dari kedua bola matanya. Sontak membuat Sinta merasa semakin cemas."Sisil!" bentak Sinta lagi. Kali ini sambil mengguncang-guncangkan tubuh putrinya."Ayah...." ujar Sisil sangat lirih sembari terduduk di atas sofa."Ayahmu kenapa?""Ayah ada di rumah sakit, ma. Kita harus pergi ke rumah sakit sekarang!"Sisil berdiri dengan tangan bergetar. Ia tampak seperti orang linglung, mondar-mandir kesana kemari, hatinya semakin tidak tenang lantaran terlalu khawatir pada kondisi ayahnya.Berita dari Smith itu sungguh membuat batinnya terguncang. Ingatan
Read more
Bab 29_ Ayah Kita?
Hendry telah siuman. Ia menderita sedikit cidera di bagian punggung, tepatnya tulang klafikula kanan yang sedikit retak karena benturan keras dengan anak tangga. Sehingga ia belum bisa banyak bergerak. Selain itu, bagian pelipisnya yang bocor dan telah dijahit tiga juga terasa nyeri.Dokter meminta Hendry untuk memperbanyak istirahat terlebih dahulu dan membatasi komunikasi dengan orang lain. Dokter menyarankan agar keluarga yang menjaga Hendry tidak lebih dari dua orang saja supaya tidak menganggu pasien."Smith...."Hendry memanggil putri kandungnya yang hendak keluar ruangan setelah dokter pergi dari kamar inap ayahnya.Sebenarnya Smith sangat ingin berada di sisi ayahnya, tapi di sana juga ada Sinta, Sisil, dan Sheira. Jika hanya ada dua orang yang boleh menjaga ayahnya, tentu harus ada yang keluar. Dan rasa sayangnya yang begitu besar pada sang ayah, yang membuat gadis itu tetap keluar tanpa menoleh pada Hendry."Lihatlah kelakuannya! Dia bahkan ti
Read more
Bab 30_ Memeluk Tah* Ayam
Smith berdiri di depan pintu. Ia bisa melihat apa yang terjadi di dalam ruangan dari kaca pintu berbentuk persegi panjang yang ada di bagian atas pintu. Di dalam kamar tempat Hendry dirawat, ada seorang pemuda yang tidak asing baginya, yakni Janu Malik.Smith bisa merasakan suka cita yang melingkupi ruangan itu dengan melihat senyum di wajah Sisil dan Sinta. Juga ayahnya.Gadis singa jantan itu seperti sedang melihat sebuah keluarga lengkap yang begitu senang dengan kedatangan seorang menantu idaman. Ironis! Semestinya itu menjadi keluarga bahagia milik Smith. Seharusnya Smith ada di dalam ruangan bersama ayah dan ibunya. Bukan sebagai penonton seperti dulu ketika potret keluarga bahagia ia dapati di taman kota, juga seperti sekarang.Bukan, ini bukan karena Smith cemburu. Ia bahkan tidak memiliki perasaan spesial untuk Janu. Semua ini tentang keluarga impian Smith. Namun kenyataannya, semua kebahagiaan yang ada dalam angan
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status