All Chapters of CEO Mager dan Pembantu Kesayangannya: Chapter 31 - Chapter 40
51 Chapters
30. Daniel Apa Kabar?
Waktu berlalu dengan cepat, sudah lima hari Ayana menjalani kehidupannya tanpa Daniel. Semenjak Hamilton membawanya pergi, tepatnya di salah satu vila milik mertuanya yang ada di daerah Bandung. Gadis itu sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan sang suami.Kemarin Hamilton sudah membawakan surat perceraian untuk ia tanda tangani, namun ia tidak serta merta membubuhkan tanda tangannya. Ayana meminta pada Hamilton agar ia memberikan waktu untuk berpikir terlebih dahulu sebelum memutuskan semuanya.Perceraian, pernah terbesit di pikiran Ayana. Pernikahannya dengan Daniel hanya sebuah perjanjian, Ayana tetap di sisi lelaki itu dengan syarat ia bisa melanjutkan lagi pendidikannya. Namun, ternyata kesepakatan itu membuat hancur hidupnya, juga hidup Daniel.Ia juga tidak menyangka bahwa pernikahannya akan kandas secepat ini. Ayana ingin jujur, jauh di lubuk hatinya, dulu ia hanya menganggap Daniel sebatas majikannya. Ia punya
Read more
31. Berakhir
Biar aku sentuhmuBerikan 'ku rasa ituPelukmu yang duluPernah buatku'Ku tak bisa paksamu'Tuk tinggal di sisikuWalau kau yang selaluSakiti aku dengan perbuatanmuNamun sudah kau pergilahJangan kau sesaliKarena 'ku sanggup walau 'ku tak mauBerdiri sendiri tanpamuKumau kau tak usah raguTinggalkan akuHo-o ... kalau memang harus begituTak yakin 'ku 'kan mampuHapus rasa sakitku'Ku selalu perjuangkan cinta kitaNamun apa salahkuHingga 'ku tak layak dapatkan Kesungguhanmu
Read more
32. Melupakan Tuan Besar
"Ay, apa tidak sebaiknya—“Ucapan Larissa menggantung saat Ayana menggebrak meja makan. Saking kerasnya, ibunya itu sampai membulatkan mata. Kedua adiknya yang sedang menikmati sarapan pagi bahkan berhenti menyendokkan makanan karena terkejut.Ayana memandang kesal pada Larissa, sudah berapa kali ia memberitahukan pada sang ibu untuk berhenti membahas mantan suaminya itu. Ia jengah, sudah seminggu Larissa terus membujuknya untuk berbaikan saja dengan Daniel.Mata Ayana memerah, napasnya tersengal-sengal. Ia benar-benar benci jika ada orang yang membahas Daniel. Seolah-olah ia adalah pihak bersalah karena telah bercerai dengan lelaki itu. Haruskah Ayana membeberkan semua perlakuan buruk mantan suaminya itu pada sang ibu? Ayana sudah selesai dengan Daniel, ia tidak perlu lagi mengingat lelaki itu. Biarkan ia hidup tenang dan memulai kehidupannya yang baru tanpa Daniel. Untuk apa juga ia terus terjebak dengan ingatan tentang
Read more
33. Rencana Mengembalikan Ayana
Larissa kaget, pasalnya baru sejam Ayana meninggalkan rumah dan sekarang anaknya itu sudah kembali. Biasanya gadis itu pulang ketika menjelang sore. Apa tidak terlalu cepat jika ia sudah berada di rumah ketika jam masih menunjukkan pukul 9?Ayana nampak melepas sepatunya, lalu menghempaskan tubuhnya di sofa. Ia mengembuskan napas kasar, matanya terpejam. Ia memijit pelipisnya. Larissa lantas saja menghampiri Ayana dan duduk di samping putrinya itu.“Ada apa? Kok jam segini sudah pulang, Nak?” tanya Larissa.Ayana membuka mata, ia lalu memperbaiki posisinya. Gadis itu menatap sendu sang ibu. “Bu, aku tuh nggak ngerti maunya Daniel tuh apa?” ceritanya to the point.Larissa tidak paham maksud Ayana. Ia lalu mengusap punggung tangan anaknya itu. “Memangnya ada apa? Daniel merusuhi kamu lagi?”Ayana menggeleng. “Dia jadi mahasiswa baru di kampus Ayana. Keterlaluan sekali, buka
Read more
34. Pesona Sang CEO
Udara pagi kota Jakarta hari ini cukup bersahabat, matahari masih malu-malu memperlihatkan kegagahannya pada bumi. Mungkin karena masih pukul delapan, biasanya sekitar jam sembilan panas menyengat—membakar kalori.Sosok tampan keluar dari bugatti veyron mansory vivere, mobil sport dari Ettero Bugatti yang dibanderol seharga 3,4 juta US dollar atau sekitar 47 miliar menyapa mata para manusia yang tengah berkeliaran di sekitar parkiran.Beberapa mahasiswi yang bergerombol tampak menghentikan gibahannya dan memilih mengagumi keindahan yang begitu memanjakan mata.Dimulai dari ujung kaki sampai ujung kepala bertemakan warna hitam. T-shirt polos dibalut dengan jaket kulit membuat tubuhnya terlihat atletis. Celana jeans press kaki berpadu dengan sepatu kulit di atas mata kaki. Rambutnya tidak diwarnai banyak, hitam masih mendominasi. Warna light golden brown
Read more
35. Sebuah Kejujuran
Matahari sudah di atas kepala, panasnya sangat menyengat kulit. Suara riuh terdengar dimana-mana, ada yang bergosip, mengerjakan tugas, duduk di koridor sambil tertawa haha, hihi dan ada pula yang mengambil kesempatan berpacaran di taman kampus.Jam istirahat sudah berlangsung sekitar sepuluh menit. Setelah Pak Taufik keluar, tanpa basa-basi, Ayana langsung minggat dari kelas. Namun sebelumnya, ia sudah memberikan sepucuk kertas pada Daniel yang berisi tentang tempat dimana mantannya itu harus datang menemuinya.Berdiri dengan gusar, sesekali matanya mondar-mandir melihat dari kejauhan. Keringat mulai bercucuran di pelipisnya, tenggorokannya terasa kering. Dan cacing di perutnya mulai meronta meminta makan.Ayana kesal sekali, ia membanting tasnya kasar di sebuah kursi panjang yang terbuat dari besi dan dicat manis selaras dengan tanaman di sekitarnya."Sial! Apa dia berusaha kabur dariku?" Kepalanya tera
Read more
36. Makan Malam
Seperti biasa, Ayana pulang saat langit sudah mulai gelap. Memasuki rumah minimalis bercat hijau, gadis itu langsung menuju dapur. Disimpannya terlebih dulu tas ranselnya di atas meja makan lalu kakinya mengayun ke lemari pendingin.Hawa sejuk dari kulkas menerpa kulitnya, cukup lama ia membiarkan suhu dingin menjalar ke seluruh tubuhnya hingga ia memutuskan untuk mengambil sebotol air mineral dan menutup lemari es itu.Ayana membuka penutup botol mineralnya seraya ia duduk setelah menarik kursi. Diteguknya air itu hingga tandas. Bunyi air beradu dengan kerongkongannya seakan menyatakan gadis itu sangat haus. Ia lega setelah meminum airnya.Bersandar di jok kursi, suara langkah kaki membuat ia menoleh. Larissa baru saja masuk dengan tangan yang terlihat kewalahan menenteng keranjang. Cepat-cepat Ayana bangkit dan mengambil alih keranjang itu."Ibu dari pasar?" tanya Ayana. Ia membawa keranjang itu dan menempat
Read more
36. Menuntaskan Hasrat
"Bersama hanya akan melukai kita berdua, Daniel."Baru saja Ayana ingin beranjak dari hadapan Daniel, lelaki itu langsung menarik tubuh istrinya itu hingga terjatuh di kasur.Posisi Daniel yang berada di atasnya membuat Ayana harus menahan napas. Intim, gadis itu bahkan dapat merasakan deru napas sang suami yang menerpa wajahnya.Perlahan tangan Daniel terulur menyentuh pipi Ayana, ia mengelusnya pelan lalu beralih menyingkirkan anak rambut yang menjuntai di wajah istrinya itu ke belakang kupingnya.Ayana tidak dapat bergerak sama sekali, tubuhnya terkunci. Daniel menindihnya dengan tatapan tak terbaca."Daniel," lirih Ayana saat lelaki itu sama sekali tidak ingin beranjak dari atasnya."Mmm...." Hanya itu yang diucapkan Daniel.Ayana semakin gelisah, mata Daniel terlihat memerah. Seperti ia sedang menahan sesuatu. Merasa akan terjadi sesuatu yang tidak di
Read more
38. Terhipnotis Daniel
Ayana membayar ongkos taksinya, lalu turun dari kendaraan itu setelah mengucapkan terima kasih pada sang supir. Ia mendongak sedikit, melihat apartemen yang menjulang tinggi. Gadis itu bisa menebak jika gedung ini lebih dari dua puluh lantai.Menyaksikan gemerlap lampu menerangi halaman apartemen dengan beberapa orang nampak berlalu lalang meski waktu sudah menunjukkan hampir pukul dua, mata Ayana menangkap sosok lelaki yang telah membawanya ke tempat itu.Daniel datang menghampiri, lalu memberikan sebuah pelukan dan kecupan singkat di kening. Lelaki itu tersenyum seraya tangannya mengusap surai Ayana dengan lembut.“Kupikir kamu tidak akan datang, Ay. Aku sedikit terkejut saat menerima pesanmu dan meminta alamat apartemen Mark,” ucapnya lembut.Ayana juga tidak mengerti kenapa tubuhnya seakan terhipnotis untuk mendatangi Daniel saat lelaki itu mengatakan tidak bisa tidur. Ia memang menolak tadinya, karena
Read more
39. Mengusir Mark
Bagaimana perasaan kalian saat menemukan tempat tinggal yang selalu rapi, tenang dan asri kini berubah bentuk menjadi kapal pecah? Mark tengah berpikir keras, baru saja ia membuka pintu. Masuk ke dalam apartemennya diiringi senandung kecil.Lalu matanya yang cerah tiba-tiba disuguhi pemandangan di ruang tengah yang acak-adul. Kepalanya sampai menggeleng tidak percaya dengan apa yang terjadi.Langkah Mark terayun pelan, memunguti satu persatu benda yang berserakan di lantai. Bantal sofa tergeletak begitu saja diikuti taplak meja, vas bunga yang sudah terpisah dengan bunganya. Untung saja terbuat dari plastik, jadi saat jatuh tidak akan pecah.Dan, astaga. Antara ibu jari dan telunjuk menjepit sebuah kain yang sangat tidak biasa. Ia mengangkat benda keramat itu dengan tatapan antara jijik dan tercengang.Bra siapa ini?"Mark."Suara serak khas bangun tidur menyapa Mark, l
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status