Semua Bab TERLATIH PATAH HATI: Bab 11 - Bab 20
29 Bab
SARAN GILA
Sebelumnya saat pikirannya tak tenang, Rayyan cukup pergi ke pesantren atau bermalam di kebun buah duriannya. Namun, setelah mencoba banyak hal, pikiran tentang pria yang bersama kakak iparnya terus mengganggunya. Lebih menyedot perhatiannya dibandingkan dengan masalah Dinda. Bukan saja karena ia bingung cara membagi hal ini pada sang ibu, lebih dari itu ia memikirkan masa depan dua keponakan yang sangat ia sayangi.Bagaimana jika pria itu tak benar-benar bisa menerima 'Affa dan 'Affiyah? Ah, Rayyan mengeluh resah. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi kekediaman Aldo, mungkin dengan bicara pada sang teman masalahnya menjadi sedikit terangkat. Tangan kiri pemuda berambut sebahu meraih kunci mobil di samping komputer, lalu ia berlalu ke luar rumah.."Apa ini bisa bekerja?" Rayyan menatap pada  flashdisk yang diberikan Aldo."Coba saja, masalah perempuan sudah pas kau berkonsultasi denganku." Pemuda tiga puluh tahun, tetapi masih membujang itu bicara ban
Baca selengkapnya
ADA APA DENGAN DINDA?
"Tentang pria 'andai ia belum menikah'. Kau kecewa ia tak sesempurna harapanmu?" Chiko menertawakan Karla."Aku tak pernah berharap apa-apa padanya. Bagaimana aku bisa berharap pada seseorang yang sama sekali tak dikenal? Bahkan seseorang yang kukenali bertahun-tahun saja, tak bisa kuharapkan.""Memang apa yang kau harap dariku?" Chiko menatap Karla dengan memiringkan tubuhnya."Aku berharap kau berhenti bicara tentang orang asing. Bagaimana kalau kau membuatnya cegukan?" Karla melotot kesal pada sang teman."Baguslah jika ia keselek sekalian, pemain hati wanita layak mendapatkan lebih dari itu." Chiko memasang wajah sok pembela kaum perempuan."Ya Ampun, kalian tak punya bahasan selain mengenai si 'andai ia belum menikah'?" Lala menghempaskan tubuhnya di kursi samping Karla. Plastik di tangannya yang berisi banyak camilan diletakkan begitu saja di atas meja.Chiko langsung meraih plastik tersebut, mengaduk-aduk isinya. "Minuman ini, ini, dan ini,
Baca selengkapnya
TAWANAN
Tidak, ini tak sama seperti yang terjadi dalam film. Rayyan tak diculik untuk disekap. Tak ada ruang gelap dengan pengawasan preman berwajah garang. Tidak ada penyiksaan sampai berdarah-darah, apa lagi penganiayaan yang melecehkan harga diri. Bahkan sebaliknya. Rayyan berada di sebuah ruang megah yang adem. Ada makanan enak terhidang di meja sudut ruangan luas. Ia kini malah sedang duduk di sofa empuk, berhadapan dengan layar lebar.Akan tetapi, bukan berarti ini membuat anak muda itu menjadi tenang. Bahkan situasi tak biasa ini membuatnya makin waspada. Ia tak lupa, jika penjahat sadis dan profesional sering memiliki siasat yang sulit ditebak. Dari apa yang dibicarakan dua pria kekar yang membawanya, Rayyan yakin ini ulah papanya Dinda. Pengusaha terkenal yang kaya-raya. Konon, kalangan atas suka menindas tanpa hati. Orang lain yang menghalanginya jalannya dilibas bak seekor hewan kecil tanpa harga. Nyawa manusia murah bagi mereka.Tidak, Rayyan bukan takut atau gentar.
Baca selengkapnya
BERTEMU LAGI
Setelah berurusan dengan calon mertu yang sepertinya tak jadi, Rayyan berencana berlibur semalam dua malam di kebun buah durian. Namun, sebenarnya itu tak akan bisa disebut liburan jika ia harus membawa serta dua bocah kembar, yang ada dia akan sibuk menjadi baby sitter.Bulan sembilan adalah ketika durian sedang berbunga. Perkiraan awal tahun akan panen raya. Meski ada juga buahnya yang telah matang sekarang, tetapi tak terlalu banyak. Terlebih jika dibandingkan dengan bunga yang sekarang sedang berkembang. Jika bunga sebanyak ini bisa bertahan tidak gugur separuhnya saja, maka panen akan melimpah-ruah. Itu berarti pundi-pundi rupiah Rayyan akan semakin tebal. Ia berkesempatan menambah lokasi perkebunannya, menjadikannya lebih luas.Kemarin Rayyan telah berjanji membawa si kembar berlibur ke perkebunan. Kak Rima dan ibunya tak keberataan, karena di tengah kebun ada vila sederhana yang cukup memadai fasilitasnya. Terlebih Rayyan bisa diandalkan dalam menjaga anak-anak.
Baca selengkapnya
RAHASIA TUKANG KEBUN
Di sebuah ruang keluarga berarsitektur memukau, duduk sepasang suami istri dan putri semata wayangnya. Mereka duduk di sofa elegan warna putih bersih. Setelah beberapa saat hanya terdiam, pria setengah baya memulai pembicaraan."Papa mau setuju, tapi jika cinta putri papa bertepuk sebelah tangan lebih baik jangan.""Pa, dia cuma lagi marah. Jika restu papa sama mama sudah Dinda dapatkan. Kami harus secepatnya menikah. Dinda tahu bagaimana Rayyan. Dia tidak akan bisa menolak jika aku terus memintanya.""Nak." Perempuan cantik di samping Dinda ikut bicara." Dengarkan papamu, ya. Lagi pula tak akan bagus jika putri cantikku ini mengemis pada seorang pria," tambahnya."Kan papa sendiri pernah bilang, penting sekali memilih pria yang karakternya baik. Kupikir Rayyan seperti itu. Bukankah papa bilang pemuda baik saat mencintai atau tidak, ia tetap bisa memperlakukan kita secara hormat." Dinda berargumen.Suami istri saling pandang. Keduanya lalu mengangk
Baca selengkapnya
ISU
"Ada kabar bahagia, Kir." Chiko mendatangi sang teman yang sedang bersantai menikmati pemandangan hutan. Wajah tampan itu berbinar seakan apa yang baru saja ia ketahui adalah sebuah berita besar."Kau bertemu anak tupai?" Karla bicara tanpa menoleh pada Chiko."Kau kira aku perlu membahas anak tupai padamu?" Chiko cemberut dengan keacuhan sikap gadis cantik bermata indah."Lalu?" Kini Karla berbalik pada pemuda berkaus coklat."Asal kau tahu, si 'andai saja ia belum menikah' dia benar-benar belum menikah." Chiko memberi kabar dengan semangat."Kau seperti wartawan gosip sekarang. Cepat bersiap-siap kita harus pulang. Ada banyak pekerjaan menunggu." Karla beranjak dari tempat duduknya."Kau sungguh tak tertarik? Kita sedang berada di perkebunannya sekarang ini. Iya, kebun durian ini miliknya! Mengenai dua bocah kembar. Itu hanya keponakan, bukan anaknya. Bukankah ini kabar baik? Ternyata si akhi Rayyan Abqary atau si 'andai saja ia belum meni
Baca selengkapnya
MAHENDRA
Siang berada di titik teratasnya. Udara di luar sana sangat gerah. Namun, ruang ber-AC ini mampu menetralisir rasa panas. Apalagi jika ditambah dengan segelas besar minuman dingin. Rayyan tampak sedang bersama seorang pemuda. Mereka duduk di sudut kafe. Sesakali keduanya menyesap minuman di atas meja."Ayolah, sekali ini saja. Kakak harus datang pokoknya!" Pemuda dua puluh empat tahun meminta dengan sedikit memaksa pada pemuda lebih tua yang duduk di depannya."Aku belum siap untuk itu, bagaimana jika aku tunjukkan orang yang lebih tepat?" Rayyan menyesap minuman. Mata tajam pemuda tersebut menatap anak muda yang duduk di depannya."Tidak, kakak yang paling tepat menurutku. Aku kenal betul bagaimana cara kakak menjelaskan. Itu benar-benar mengena." "Itu karena kau belum mengenal yang lainnya. Ada sangat banyak referensi ustadz yang bisa kuberikan." Rayyan tersenyum pada temannya. Anak muda yang duduk di kafe bersama Rayyan adalah teman
Baca selengkapnya
KEJUTAN
Kenderaan berwarna hitam memasuki pekarangan luas, berhenti di depan rumah papan dengan bentuk desain unik. Rayyan turun dari mobilnya. Matanya melihat sekilas pada kenderaan asing yang terparkir lebih dulu.Langkah kaki pemuda itu terhenti sejenak melihat siapa yang sedang bersama ibunya. Seorang gadis cantik berkulit putih. Mereka yang sedang membicarakan sesuatu sambil merapikan bunga di taman."Sudah pulang?" Bu Rina menyambut kedatangan putranya.Sosok berambut sebahu mengangguk. Sekilas ia menatap pada wanita dua puluh empat tahun, Dinda. Sedangkan gadis itu acuh tak acuh dengan kehadirannya. Ia sibuk dengan kembang di tangan."Dia kenapa di sini, Bu?""Kami--" Bu Rina menoleh sebentar pada Dinda sebelum melanjutkan. "Melakukan beberapa hal bersama. Dinda bilang ia ingin belajar memasak dan mengurus taman. Katanya calon suaminya suka masakan rumahan dan berkebun, jadi ia sedang berusaha menjadi calon istri yang manis.""Ah, baiklah! La
Baca selengkapnya
TENTANG WANITA DI SISI USTADZ AMMAR
Baru dua tahun berdiri, pesantren As-Salam mulai menggeliat memperlihatkan perkembangan yang menjanjikan. Santrinya ratusan sudah. Mengambil lokasi di tempat terasing, membuatnya jauh dari hiruk pikuk kota. Tempat yang strategis untuk berkonsentrasi untuk pendalaman keilmuan, baik ilmu agama ataupun ilmu umum.Para pengajar yang rata-rata masih muda, berada dalam puncak semangat. Bersinergi untuk membangun dan mengembangkan pondok pesantren As-Salam. Begitu juga dengan mudir Ma'had, pemuda dengan pemahaman agama yang mendalam. Ustadz Ahmad Ammar Athaya.Menjadi ciri khas tersendiri bagi pesantren tersebut, adalah nuansa hijaunya. Manusia dan tumbuhan hidup berdampingan dengan saling melengkapi. Pohon-pohon buah rindang tumbuh subur di segenap penjuru pondok pesantren. Bukan cuma sebagai peneduh, juga memberi buah segar melimpah yang menguntungkan pesantren.  Kursi-kursi berjajar di bawah pohon. Tempat yang nyaman bagi para santri mengulang hafalan, atau sekadar du
Baca selengkapnya
KETIKA KESUNGGUHANMU DITOLAK
"Bu, kami, maksudnya aku dan Dinda, kami tidak akan bisa bersama." Rayyan membuka percakapan dengan wanita yang sedang mencuci sayuran.Rayyan tak ingin mengikuti permainan yang dibuat Dinda. Tidak akan baik membiarkan gadis itu buang-buang waktu. Sedangkan ia yakin apa yang telah menjadi keputusannya. Lagi pula ia tak berniat merubahnya."Kenapa? Bukankah kau ingin melamarnya?" Wanita paruh baya tersenyum pada sang putra, tangannya masih sibuk dengan sayuran berwarna hijau."Tidak lagi, Bu.""Kesalahpahaman sering mengacaukan segalanya. Tapi ibu pikir dia anak baik terlepas dari sikap manjanya.""Apa ibu membelanya, karena apa yang sudah ia lakukan? Ayolah, Bu! Rayyan juga bisa belikan ibu semua itu. Tapi ibu sendiri yang menolak. Katanya mubazir, yang lama masih bagus, masih bisa digunakan.""Tidak, tentu saja. Kenyamanan putraku lebih penting. Tapi setidaknya pertimbangan sekali lagi, ibu lihat dia serius menyukaimu." Bu Rina kini menghen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status