Semua Bab LOVE AFFAIR: Bab 11 - Bab 20
46 Bab
TAKDIR
Suasana di rumah masih suram, mendung seperti cuaca yang belakangan sering turun hujan dengan angin kencang. Bhaga dan Atma masih saling membisu, tak ada yang mau untuk berinisiatif untuk meluruskan segala yang terjadi. Sementara Bu Sona telanjur kecewa dengan Atma, dan hal itu dinilai Atma amat wajar, bahkan kalau dirinya berakhir dipecat dan diusir dari rumah, dia pun tak akan protes. Selain menjauhkan Bhaga dan Atma, Bu Sona punya tugas lainnya, yaitu mendekatkan Atma dengan Salman. Meski Atma geli setengah mampus, tapi apa mau dikata, inilah yang harus dia terima akibat perbuatannya sendiri. "Atma, isi kulkas udah mau habis. Kamu belanja kebutuhan untuk seminggu ya, ke pasar besar. Ini udah Ibu buatkan daftar belanjaannya." Bu Sona menyerahkan secarik kertas panjang kepada Atma, berikut beberapa lembar uang kertas pecahan seratus ribu. "Baik, Bu. Aku pergi sekarang ya, takut nggak ada ojek lagi kalau malam." "Nggak usah naik ojek, Salman yang akan
Baca selengkapnya
AKU PASTI KEMBALI
Suara kuah sop yang mendidih mengisi dapur yang hening. Bu Sona memotong daun bawang dengan hati yang remuk, matanya masih bengkak sisa tangis semalam. Jessica mendekat setengah tak yakin lalu duduk di salah satu kursi makan, memperhatikan gerak tangan Bu Sona yang begitu piawai mengendalikan pisau."Aku akan pulang, Bu," ucap Jessica pelan.Gerak Bu Sona otomatis terhenti, dia berbalik dan menatap Jessica lekat. "Kamu akan meninggalkan Ibu dan Bhaga dalam situasi kayak gini? Kamu akan meninggalkan kami? Atau ..., kamu putus sama dia?" selidik Bu Sona."Nggak. Kami nggak putus, kok. Cuma kan, bapak udah nggak ada, udah nggak ada artinya juga mempercepat pernikahan, cuti aku juga udah habis," jawab Jessica cuek.Bu Sona meninggalkan pantri dan ikut duduk di samping Jessica, meraih tangannya dengan lembut. "Jess, hubungan kamu dengan Bhaga baik-baik aja, kan?"Jessica mengangguk sekali. "Gimana dengan Ibu sendiri? Gimana dengan ...," Jessica tampak r
Baca selengkapnya
PELECEHAN
Dari kejauhan, Atma menangkap suara sepeda motor kumbang Salman. Seperti seekor anjing yang bisa membaui aroma ancaman, dia bergegas masuk ke dalam rumah, meninggalkan halaman yang belum bersih disapu. Beberapa detik kemudian, benarlah sepeda motor kumbang milik Salman berhenti di depan rumah. Salman turun seperti tokoh pria utama dalam film heroik, bedanya, di sini dia lebih tepat mendapat peran sebagai penjahat yang kerap mengusik gadis-gadis belia seperti Atma. "E-hem! Atma?! Atma?! Aku tau kamu di dalam, manis!" Salman mengetuk pintu. Dalam hati Atma mengumpat, Bu Sona sedang pergi arisan, cuma ada dia di rumah. "Hei, Atma? Aku cuma mau nawarin antar-jemput ke sekolah kalau kamu mau, cantik!" Lantaran muak mendengar bujuk rayu Salman yang mirip sales obat, Atma memutuskan untuk membuka pintu. Dengan berkacak pinggang, dia melotot, "Aku nggak butuh, Salman! Aku bisa urus urusan aku sendiri. Bu Sona udah kasih tau kamu belum? Kalau sebelum menikah, kita ngg
Baca selengkapnya
PAK GURU ADAM
Jam dinding menunjukkan telah pukul 9 malam, kelas belajar Atma berakhir sudah. Hanya terdapat beberapa murid saja yang akan mengikuti ujian paket C, dan rata-rata adalah dewasa diatas kepala empat. Atma memasukkan buku-buku dan peralatan tulisnya ke dalam tas, waktunya untuk menunggu becak atau mencari ojek malam. Setelah melewati satu bulan masa sekolah susulan, dia menjadi lebih berani dan percaya diri, tak setakut saat pertama kali sekolah dulu. Teman sekelas Atma pun baik-baik kepadanya, tak jarang dia diantarkan pulang sampai ke bukit. Namun, malam ini sepertinya nasib Atma sedikit kurang beruntung, sampai tiga puluh menit berlalu, becak atau ojek belum ada juga yang lewat. Dan kalau tak dapat kendaraan untuk pulang juga, Atma akan nekad menghubungi Salman untuk menjemputnya. Untunglah sebelum pikiran nekad itu dia realisasikan, guru yang tadi mengajar Atma menghampirinya, dia pun hendak pulang. Guru muda itu tinggal satu kampung dengan Atma, cuma beda desa saja, rumah
Baca selengkapnya
DILEMA BU SONA
Sejak kematian Pak Giring, Bu Sona seakan kehilangan separuh hidupnya, atau bisa dikatakan, seluruh hidupnya. Kepada siapa lagi dia berkeluh-kesah? Bertukar cerita? Atau menumpahkan kasih sayang? Bu Sona tak punya siapa-siapa selain suami dan putranya, namun suaminya telah tiada, putranya jauh di kota. Hari-hari menjadi lebih sepi dan tak berarti baginya, tiap detik dan menit ada untuk dibunuh, bukan untuk dinikmati. Atma yang menjadi satu-satunya teman bicara Bu Sona pun tak tahu bagaimana untuk mengembalikan senyum Bu Sona. Sebagai perempuan yang telah merasakan jatuh cinta, dia paham benar rasanya ditinggal oleh orang yang dicintai, terlebih bila itu untuk selamanya. Kesedihan dan duka Bu Sona seperti tak sudah-sudah, bahkan meski telah beberapa bulan berlalu. Belakangan justru dia pun rentan sakit karena menolak makan dan kurang tidur. Paling seringnya terserang batuk dan pilek. "Ibu mau aku hubungi Mas Bhaga?" Atma bertanya setelah menyeduh teh hangat un
Baca selengkapnya
AKU RUMAHMU
Malam telah larut, Bhaga belum bisa juga memejamkan matanya. sekilas dilihatnya Jessica yang sejak tadi sudah terlelap dalam dunia mimpi di sampingnya. Dia putuskan untuk ke dapur, lalu menyeduh segelas teh. Sejak kemarin ponsel Atma tak bisa dihubungi, barangkali karena lemahnya jaringan, dia bisa mengerti soal itu, namun hatinya tak bisa berkompromi. Tak mungkin bisa tidur tenang bila dia belum tahu apakah Atma baik-baik saja atau tidak.Bolak-balik dia cek layar ponsel pintarnya, mengecek apakah ada pesan masuk, namun nihil. Apa kuotanya habis? Tapi nggak mungkin, baru minggu lalu diisi, batinnya gundah. Telepon tak diangkat, pesan whatsapp tak dibalas, bagaimana mungkin pikiran Bhaga tak gusar.Inilah yang paling dia benci dari jauhnya jarak mereka, mesti menghabiskan menit demi menit dalam kecemasan. Bhaga menyeruput tehnya di dekat pantri, sejenak melamun, menebak-nebak sedang apa Atma, barangkali dia sedang tidur di kamarnya saat ini, begitu p
Baca selengkapnya
BAGAIMANA HARUS DIAKHIRI
Sebuah helaan napas yang begitu berat meluncur dari mulut Atma. Ujian memang berjalan lancar, namun tetap saja takut akan kegagalan masih mengintai ketenangannya. Sebagai bentuk apresiasi untuk kegigihan Atma, Bu Sona memasak makan siang khusus hari itu, karena dia berhasil melewati masa ujian paket C dengan baik.Usai makan bersama, Bu Sona pamit untuk tidur siang. Waktu yang tepat bagi Atma untuk menghubungi Bhaga, sejak kemarin dia belum mengangkat panggilan dari pria itu."Halo, Mas Bhaga?" sapa Atma setelah panggilannya diangkat."Ya ... halo," balas Bhaga, pelan, setengah berbisik. "Gimana ujiannya?""Lancar. Nggak terasa ya, waktu berjalan singkat, sebentar lagi udah pengumuman aja, aku deg-degan," beber Atma. Dia berjalan keluar untuk sekalian menikmati udara siang perbukitan yang lumayan panas siang itu. "Tadi aku sama ibu makan enak, ibu masak yang spesial, aku senang ibu akhirnya menerima soal paket C itu."
Baca selengkapnya
NABILA
Entah kapan terakhir kali Atma mengalami euforia seperti yang dia rasakan hari ini. Hasil ujian susulan telah keluar, dan siapa sangka hasilnya melebihi ekspektasi. Tak sia-sia usaha belajar keras beberapa bulan terakhir. Semua terbayar dengan pengumuman kelulusan yang memuaskan."Karena kamu udah berhasil lulus, boleh aku traktir? Sebagai hadiah!" Adam lah yang pertama kali memberi ucapan selamat kepada Atma.Dan sudah sewajarnya Atma menolak ide tersebut. "Nggak! Nggak! Justru aku yang akan traktir Mas Adam. Tapi makan di rumah aja, ya? Biar bisa bareng ibu, ajak juga Nabila, anak Mas Adam.""Kamu yakin? Mau ketemu sama dia?" Adam tak bisa menyembunyikan binar di wajahnya.Muka Atma berubah, seolah berkata: emangnya kenapa?"Iya! Aku mau ketemu sama anak Mas Adam. Mau, kan?"Adam mengangguk dengan senyum simpul di bibirnya.***Cukup lama rasanya rumah di atas bukit itu tidak bercahaya seperti hari ini. Bu Sona
Baca selengkapnya
CINCIN
Setelah kekacauan yang disebabkan Salman terjadi, Bu Sona menjadi antipati kepadanya. Namun bukan berarti masalah telah selesai, dia mesti memikirkan selanjutnya bagaimana, apa yang akan terjadi dengan Atma nantinya. Bu Sona berpikir agak lama, satu-satunya orang yang bisa dia percaya saat ini adalah Adam. Oleh karena itu, pada pertemuan selanjutnya, dia berkata kepada Adam, "Tolong jaga Atma ya, Nak Adam. Saya percayakan dia sama kamu."Atma tahu soal itu, namun dia tidak protes sama sekali. Dia sadar benar, Adam jauh lebih baik ketimbang Salman. Meski hatinya setuju, dia pun tak lantas bisa tenang, sebab Bhaga akan kembali tak lama lagi. Usai Atma beri tahu soal kelulusannya, Bhaga berjanji segera datang.***Tak seperti kedatangannya beberapa bulan silam, kali ini Bhaga kembali dengan membawa warna yang berbeda. Bukan hanya kerinduan yang dia bawa, tapi juga keresahan, kesedihan, yang dia sendiri tak mampu menguraikannya.Baru selangkah turun dari mobi
Baca selengkapnya
KEJUJURAN ATMA
Atma berjalan di depan Bhaga, menyusuri jalan setapak pematang sawah yang membentang hijau. Bhaga beberapa jengkal di belakangnya, matanya memandangi lekuk tubuh Atma yang terbalut gaun selutut bermotif polkadot, rambutnya yang terurai ditiup angin petang, warna jingga dan merah jatuh tepat di helai-helai rambutnya yang sedikit kusut karena angin.Warga desa tak terlihat lagi di sawah, biasa sebelum senja mereka sudah pulang. Hanya ada Bhaga dan Atma di area persawahan itu. Bhaga tak mau langsung pulang, dia teringat dengan air terjun di dekat situ. Hari ini akan sempurna bila ditutup dengan mandi malam di air terjun, pikirnya."Kalau ibu nungguin kita gimana?" tanya Atma cemas."Kita bukan anak-anak, Atma!" sahut Bhaga sembari melepas kaus oblong yang dia kenakan.Atma masih bimbang, dia berdiri gugup di atas sebuah batu besar. Mukanya sedikit basah akibat cipratan air terjun yang kuat dan deras. Sekilas kepalanya berputar, mengecek sekeliling. Langit be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status