All Chapters of Suami Pelitku Menyesal Setelah Berpisah Denganku: Chapter 81 - Chapter 90
110 Chapters
Hari Pertama Di Kota Serambi Mekah
Bunyi alarm dari gawai milik Humaira berdering berkali-kali.Dengan badan yang masih kelelahan dan mata yang berat, Humaira berusaha membuka netranya.Ia mencoba melepaskan pelukan Wahyu, kemudian bangkit dan berjalan menuju nakas untuk mengambil gawainya.Jam telah menunjukkan pukul empat lewat lima belas menit.'Astagfirullah... aku kesiangan,' batinnya.Ia menatap wajah suaminya yang tertidur pulas, tak' tega rasanya jika dibangunkan sekarang, tapi kalau tidak dibangunkan, nanti ketinggalan untuk sembahyang Subuh.Humaira membelai rambut Wahyu dan meng*cup keningnya, namun tak' sedikitpun ia bergeming.Humaira memberanikan diri meng*cup lembut b*bir suaminya itu, akhirnya Wahyu mulai membuka matanya."Apa Sayang! Mau nambah ya?" Wahyu mendekap istrinya."Sudah telat Aa', ayo kita mandi terus
Read more
Mengenal Tetangga Dekat
Hari ini, Wahyu dan tim teknisi lainnya disibukkan dengan beberapa mesin yang rusak.Istirahat hari Jum'at yang biasanya selama dua jam, dipersingkat hanya sekitar satu jam, itupun dilakukan bergantian bersama sesama tim.Kesibukannya membuat ia lupa akan janjinya kepada istri tercinta, apalagi gawainya tertinggal di mess sewaktu istirahat siang tadi.Jam telah menunjukkan pukul sembilan malam ketika Wahyu sampai di rumah.Humaira menyambutnya dengan muka yang sedikit ditekuk."Aa' darimana saja, Neng nungguin dari tadi," ucapnya dengan ketus, wajahnya cemberut."Maafkan Aa', Sayang! Aa' benar-benar sibuk hari ini, mau hubungi Neng, handphone-nya ketinggalan di mess," jawab Wahyu."Sudah atuh, Sayang! Jangan cemberut terus, hilang cantiknya nanti." Wahyu mendekati wajah Humaira dan menci*mnya sekilas.Humaira terkejut me
Read more
Ke Pantai
Wahyu melajukan motornya dengan kecepatan sedang menuju pantai Ujong Blang, Lhokseumawe.Setengah jam kemudian,  mereka pun sampai ditempat tujuan.Suara desiran ombak saling bersahutan, pantai yang luasnya sejauh mata memandang, sangat indah dipandang.Wahyu memarkirkan motornya, kemudian mereka berjalan menuju tempat makan di pinggir pantai.Mereka memesan makanan khas daerah Aceh."Silakan Kakak, Abang, mau pesan apa?" tanya seorang wanita muda."Ada menu apa saja, Kak?" tanya Wahyu."Ada ayam tangkap, ayam penyet, sup kepiting, kuah pliek' u, ikan bandeng kuah asam keueung." Wanita tadi menyerahkan daftar menu kepada Humaira."Sup kepiting  sama apa A'?" Humaira menoleh ke arah Wahyu."Aa' asam keueung saja, penasaran sama rasanya," jawab Wahyu."Asam keueung itu asam pedas
Read more
Cemburu
"Assalamualaikum" ucap seseorang di pintu depan."Waalaikumsalam." Humaira bergegas menuju ke depan melalui halaman di samping rumah."Oh Dek' Da, ayo kita ke halaman belakang!" ucap Humaira."Iya, kak!" Maulida mengikuti Humaira ke halaman belakang."Saha Neng?" tanya Wahyu."Tetangga kita," jawab Humaira."Maulida, Bang!" sela Maulida, menangkupkan kedua tangannya.Wahyu terkejut melihat kedatangan Maulida yang mengikuti istrinya faeri belakang."Astagfirullah..." lirihnya.Wahyu menatap Maulida dari atas sampai ke bawah, ia tertegun cukup lama, sampai Humaira menyadarkannya."Aa'!" panggil Humaira."I... iya... Neng!" Wahyu terlihat gugup."Kak Ira, nanti kita pergi ke rumah Tengku Zulkarnaen-nya sama-sama ya?" ucap Maulida."Iya, Dek
Read more
Keadaan Imron
Setelah beberapa hari pulang dari pulau Jawa, Imron selalu mengurung dirinya di dalam kamar, ia hanya akan keluar bila ada keperluannya saja.Imron duduk termenung memandangi gawai-nya yang berbunyi, Icha berkali-kali menghubunginya, namun sekalipun tak pernah ia angkat, bahkan semua pesan singkat darinya selalu diabaikan.Icha memang cantik, tapi Imron belum memiliki perasaan lebih kepadanya, walaupun ia berusaha untuk mencintai, namun hatinya tetap tidak bisa menerima, karena ia masih teringat Humaira.Sangat menyakitkan baginya, membayangkan mantan istrinya itu sedang berbulan madu bersama lelaki lain, kalau bukan karena Laras, tentu tidak akan pernah ada kata perceraian, kini ia benar-benar sangat menyesal.Imron mengambil sebatang rokok, kemudian menghisapnya dalam-dalam hingga asapnya mengepul ke udara, ia berpikir keras, bagaimana caranya agar ia bisa balas dendam kepada Laras.
Read more
Dijodohkan
"Mamak akan cepat sembuh, kalau melihat kalian bahagia, terutama kau, Ali, cepatlah kau mencari pengganti," lirihnya.Salamah dan Saudah saling berpandangan, mereka langsung menatap Imron meminta penjelasan."Tenang saja Mak! Yang penting mamak' sembuh dulu, jangan berpikir yang macam-macam, ya Mak!" balas Imron.Raudah hanya mengangguk lemah, tatapannya menyimpan harapan besar terhadap anak lelakinya.Ia sadar, usia tak' lagi muda, ia hanya ingin menikmati masa tuanya dengan penuh kebahagiaan.Kelahiran si kembar merupakan sebuah mukjizat baginya, namun ia sangat terpukul melihat kenyataan yang ada, ternyata kebahagiannya hanya semu semata.Suster datang menghampiri mereka, kemudian berkata,"Maaf, waktunya sudah habis, pasien mau dipindahkan ke ruangan lain," ucapnya."Kami keluar dulu ya Mak!" ucap Salamah.
Read more
Nuralima Menjenguk Raudah
"Kenapa harus sama dia, Mak! Jelaslah belum nikah, mana ada yang mau sama gadis gendut dan jelek macam dia, tak' mau aku," balas Imron."Kau belum nampak, macam mana dia sekarang, Ali! Cobalah telepon dia dulu, baru komentar." Raudah memberikan kartu nama yang bertuliskan Nuralima Hutagalung.Dengan terpaksa, Imron pun mau menerima, kemudian menyimpannya di dalam dompet."Kok bisa mamak' jumpa sama dia?" tanya Imron."Dia lagi jenguk kawannya yang sakit, kebetulan jumpa sama Saudah di depan," jawabnya."Tadi dia ada tanya kabar kau, Ali! Lama kami cerita-cerita," ucapnya."Tapi baru saja dia pulang, kau inilah, lama pula baru sampai di sini, ditunggunya dari tadi," imbuhnya lagi."Bagaimana dengan keadaan mamak' sekarang? Apa sudah mendingan?" tanya Imron."Alhamdulillah, semakin membaik; apalagi setelah jumpa sama Nuralima tadi, nampaknya
Read more
Menghubungi Icha
Imron sedang menikmati makan siangnya di kantin rumah sakit seorang diri, Saudah dan anaknya sudah pergi beberapa menit yang lalu menuju mushola untuk menunaikan ibadah shalat Dzuhur.Ia mengambil gawai yang bergetar di dalam saku bajunya, tertera nama Togar terpampang di layar handphone, kemudian ia pun segera menekan tombol berwarna hijau, untuk menyambungkan panggilan.["Halo! Assalamualaikum! Horas bah! Kemana saja kau, Imron? Lama tak' ada kabar!"] ucap Togar setelah telepon tersambung.["Waalaikumsalam, maaf kawan, sibuk kali' aku di kampung, mamak'-ku masuk rumah sakit. Apa kabarnya di sana?"] balas Imron.["Oh, pantaslah! Susah kali' dihubungi, lagi sibuk rupanya,"] ucap Togar.["Ya begitulah, bagaimana keadaan di sana?"] tanya Imron.["Keadaan di sini seperti biasanya, cuma aku kasihan kali' tengok si Icha, murung  terus dia,"] jawab Togar.
Read more
Pertemuan Kembali
 Dengan cepat, imron mengeluarkan gawai-nya untuk menyimpan nomor telepon milik Nuralima, ia pun melakukan panggilan namun segera ia matikan kembali, hatinya masih bimbang untuk memulai percakapan.Tak' lama kemudian, gawai-nya berdering, tertera nama 'Ima gendut' terpampang di layar handphone-nya, namun Imron mengabaikannya.Setelah beberapa kali berdering, akhirnya Imron pun mau mengangkat telepon dari Nuralima.["Halo! Assalamualaikum! Dengan siapa ya? Tadi miscall ke nomor saya,"] ucap seorang wanita dengan suara lembut.["Apa benar ini dengan Nuralima?"] tanya Imron ragu.["Iya benar, dengan saya sendiri. Ini siapa ya?"] balas Nuralima.["Yang benar saja, Dek! Kok nampak lain suaranya; ini pasti adeknya kan? Mana Nuralima nya? Ada hal yang sangat penting yang Abang sampaikan,"] ucap Imron.["Sampaikan saja, Bang!"]
Read more
Reunian
Tak' lama kemudian, muncul seorang wanita menuruni tangga, Imron berdiri dan menatap ke arahnya. Wanita itu tersenyum, saat mereka beradu pandang. "Maaf, Bang! Lama nunggu ya?" ucapnya. "Ka... Kamu Sarma? A... Atau bukan?" tanya Imron tergagap. "Sudah lama, kita tak' jumpa, Abang sudah tak' mengenaliku lagi, coba perhatikan baik-baik, aku ini siapa," ucap gadis itu. "Enggak... Nggak mungkin kalau kamu si gendut itu!" Imron menatap gadis cantik di depannya. Imron memindai gadis di depannya dari atas ke bawah, ia benar-benar takjub dengan perubahan pada Nuralima
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status