Semua Bab The Secret Daddy: Bab 11 - Bab 20
64 Bab
Itu tidak akan pernah terjadi!
Viera mengerjapkan kedua matanya saat perlahan membuka mata dan mengamati suasana di sekitar yang terlihat sangat asing. Yakni, ruangan tertutup yang di sebelah kanannya ada korden berwarna putih dan ia bisa melihat beberapa alat medis di sekitarnya. Sementara tangannya sudah dipasang infus.  Ia berusaha mencoba mencari tahu apa yang terjadi padanya dan mulai mengingat hal buruk yang dialaminya. Terakhir adalah saat ia menutup wajahnya ketika melihat mobil melaju ke arahnya. Hingga rasa syok dirasakannya ketika selesai mengingat hal yang yang baru saja diingatnya tersebut. Mendadak kepalanya merasa pusing dan membuatnya merintih kesakitan. Sehingga saat ini ia memegangi kepalanya yang sudah terbalut perban.  "Aarrh ... pusing," lirih Viera yang sudah tertahan dengan mengerjapkan mata dan sudut bibir terangkat ke atas.  "Kamu sudah sadar."  Viera memicingkan kedua matanya saat meli
Baca selengkapnya
Tempat tinggal sementara
Aliando dan Fatih kini berada di depan kontrakan wanita yang sama-sama mereka puja. Tentu saja untuk mencari tahu apakah Viera sudah kembali ke kontrakan atau belum. Dengan sama-sama mengetuk pintu berwarna kecoklatan di depannya, mereka menunggu beberapa saat. Hingga pintu terbuka, dilihatnya sosok wanita yang saat ini tengah memakai piyama tidur berwarna merah.Aisyah yang dari tadi tidak bisa tidur memikirkan keadaan sahabatnya, hanya sibuk mondar-mandir di dalam kamar. Begitu indera pendengarannya menangkap suara pintu yang diketuk, buru-buru ia keluar kamar dan menuju ke arah depan dengan berpikir bahwa yang datang adalah Viera.“Itu pasti Viera.”Namun, begitu melihat yang ada di depan pintu adalah dua pria tampan yang diketahuinya sama-sama menncintai sahabatnya, membuat ia merasa kebingungan untuk menghadapi atasannya yang tak lain adalah Aliando dan rekan kerjanya Faqih.“Viera belum juga kembali. Apakah kalian berdua mencarinya
Baca selengkapnya
Benar-benar tidak waras
Setelah pria yang dianggap dewa penolongnya pergi, kini Viera tengah mengamati sekeliling ruangan. Merasa sangat sesak begitu berada di ruangan tersebut sendiri, tanpa bisa ditahannya lagi, bulir bening sudah menganak sungai di wajah pucatnya. Tidak hanya itu, suara tangisan menyayat hati memenuhi ruangan di tengah keheningan malam. Entah sudah berapa menit ia menangis tersedu-sedu, hingga suaranya yang lirih mulai terdengar. "Kenapa semua ini terjadi padaku, Tuhan. Kenapa hidupku hancur dalam semalam di tangan dua pria yang sama-sama tidak mempunyai hati itu? Kenapa takdir sekejam ini padaku? Kenapa aku bertemu dengan mereka?"  Viera yang saat ini menyembunyikan wajahnya di bawah bantal, semakin menangis tersedu-sedu saat merasa hancur berkeping-keping dan tidak mempunyai masa depan saat tidak ada lagi yang bisa dibanggakan. Sesaat ia mengingat akan pertemuan pertamanya dengan Aliando di perusahaan dan juga awal mu
Baca selengkapnya
Bingung mengambil keputusan
Viera sudah buru-buru berjalan keluar dari ruangan kerja pria yang sangat tidak disukainya sambil sibuk mengumpat dan merengut di dalam hati.  "Pria itu pasti menganggap aku adalah wanita murahan, hingga berkata seperti itu padaku. Apakah penampilanku terlihat seperti aku adalah seorang wanita gampangan?" batin Viera dengan bersungut-sungut sambil mengerucutkan bibirnya.  Baru saja ia berhenti mengumpat, langkah kakinya terhenti saat tangannya lagi dan lagi sudah ditahan dari belakang. Tanpa berniat untuk menoleh ke arah belakang, Viera sama sekali tidak memperdulikan pertanyaan dari sosok pria yang menahannya. Sebenarnya ia sangat ingin sekali segera pergi dari tempat tersebut, karena bisa dilihatnya ruangan yang sangat sepi tersebut bisa membahayakan dirinya. "Astaga, sebenarnya apa mau pria ini? Ruangan ini kenapa tidak ada satu orang pun yang berada di sini? Sepertinya pria ini lebih suka berhadapan dengan
Baca selengkapnya
Merasa sangat malu
Aliando tidak berkedip menatap wajah cantik Viera saat menunggu jawaban dari wanita tersebut. Tidak hanya itu saja, ia sibuk bergumam di dalam hati untuk mengungkapkan kekesalannya saat melihat wanita itu sangat lama berpikir untuk mengambil keputusan, padahal itu sangat menguntungkan menurut versinya.“Baru kali ini aku harus bersabar di hadapan seorang wanita, padahal biasanya para wanita yang selalu bersabar menghadapiku karena sangat tergila-gila padaku. Berbeda dengan wanita langka ini. Sabar Aliando, ini demi harga diriku agar tidak Rafli dan para temanmu tidak mengejekmu.”“Bagaimana, Viera?”Viera yang tadinya masih merasa ragu untuk menerima tawaran dari pria di depannya, hanya bisa menghitung antara orang orang tua atau harga dirinya yang sangat ia banggakan.“Orang tua ... harga diri ... orang tua ... harga diri ... orang tua ....”Viera yang menghitung sampai lima dan berhenti pada k
Baca selengkapnya
Playboy mesum
Karena merasa sangat malu, Viera berniat untuk segera pergi setelah Rafli keluar dari ruangan kerja Aliando. Apalagi dia tidak ingin lama-lama berduaan dengan pria yang diketahuinya adalah raja wanita tersebut. Buru-buru ia merapikan bajunya yang sedikit kusut saat duduk.  "Aku harus segara pergi untuk bersiap untuk bekerja besok, Tuan." Dengan sangat kikuk Viera membungkuk hormat untuk mengucapkan terima kasih telah diberikan kesempatan untuk bekerja di perusahaan tersebut. Namun, raut wajah penuh kekecewaan terpancar dari wajahnya begitu mendengar perintah dari Aliando. "Aku sudah memesan makanan untukmu, jadi makanlah terlebih dahulu sebelum kamu pergi. Sebentar, apa yang dikatakan Rafli tadi benar? Kamu belum makan dari tadi pagi?" Aliando menatap menelisik wajah sosok wanita yang memang baru disadarinya terlihat sangat pucat.  Karena tidak mendapatkan jawaban saat Viera hanya diam saja dan tidak mau menjaw
Baca selengkapnya
Wanita yang cerewet
Viera sudah berjalan keluar dari perusahaan yang akan menjadi tempatnya mengais rezeki di Jakarta. Sebuah harapan baru untuknya dan ia menganggap besok adalah lembaran baru untuknya dalam merajut masa depan. Selain untuk menjadi seorang anak yang berbakti pada kedua orang tua, harapannya adalah bisa menabung untuk masa depan. Dengan wajah yang berbinar, ia berjalan menyusuri trotoar sekitar area perusahaan besar yang saat ini menjadi harapan terbesarnya. Untuk sesaat ia menghentikan langkahnya dan menatap tingginya bangunan perusahaan lantai sepuluh tersebut.“Hari ini adalah hari keberuntungan bagiku, karena bisa bertemu dengan pimpinan playboy itu. Hanya dengan berpura-pura menjadi kekasih di depan sepupunya, aku yang tadinya hanya seorang pengangguran, kini akan menjadi seperti seorang wanita karir lainnya. Mengenakan seragam kantor yang licin, rapi dan seharian duduk di depan komputer pada ruangan ber-AC. Aaah ... rasanya pasti akan sangat menyenangkan. Membayangkan
Baca selengkapnya
Kamu adalah milikku
Aliando yang hanya terkekeh melihat wajah penuh kekesalan dari Viera, sama sekali tidak memperdulikannya. Karena saat ini, ia hanya mengedarkan pandangannya ke arah dalam, yaitu ruangan kos yang menjadi tempat tinggal wanita incarannya tersebut dan merasa sesak melihat ruangan sepetak yang mungkin hanya sebesar kamar mandinya. "Astaga, kamu nggak sesak tinggal di sini?" Aliando beralih menatap ke arah wajah cantik Viera yang masih mengerucutkan bibir dan berwajah masam. Tanpa memperdulikan pertanyaan bernada ejekan dari Aliando, Viera berniat untuk menutup pintu setelah masuk ke dalam kamar. Karena ia tidak ingin capek mengomel, tetapi tidak ditanggapi oleh pria tersebut. "Saya mengantuk, tolong Anda pergi dari sini. Oh ya, saya tidak jadi bekerja di perusahaan besok. Jadi, perjanjian yang tadi batal." Viera yang tadinya akan menutup pintu, tidak bisa melakukannya saat Aliando memasukkan kaki di anta
Baca selengkapnya
Jangan membangunkan singa yang lapar
Setelah Viera selesai mengganti pakaiannya, ia berjalan keluar dari ruang ganti dan sudah disambut oleh dua wanita yang saat ini berdiri di hadapannya.“Anda bisa ikut saya, Nona. Saya dan teman saya yang akan merias Anda dengan cepat Karena tuan Aliando sudah menunggu di luar.” Wanita dengan kulit putih berusia 35 tahunan itu sudah mengarahkan tangannya ke arah kanan, di mana ruang yang akan digunakan untuk merias wanita tersebut.Viera yang kini mengerti telah dikerjai oleh Aliando dengan memilih kabur meninggalkannya, merasa sangat dongkol hatinya. “Awas saja nanti. Jika dia macam-macam di hadapan para sahabatnya, aku akan mempermalukannya saat berada di restoran.”Selesai mengumpat sambil berpura-pura menyunggingkan senyuman, Viera yang seperti kerbau dicucuk hidungnya, berjalan mengikuti dua wanita yang menurutnya sangat cantik dan elegan. Bukan seperti penampilannya yang kampungan beberapa saat yang lalu. Karena hanya memak
Baca selengkapnya
Apes
Viera menelan salivanya saat posisinya berada pada jarak sangat intim dengan pria yang saat ini hanya beberapa centi. Bahkan jantungnya berdegup kencang saat Aliando menatap dengan tatapan tajam, tak lupa senyuman menyeringai terbit dari bibirnya.“Tolong menjauh dari saya, Tuan Aliando! Harusnya Anda melampiaskan kemarahan pada wanita itu. Kenapa malah saya yang tidak tahu apa-apa menjadi pelampiasan kemarahan, Anda?” seru Viera dengan gugup karena untuk pertama kalinya ia berada pada posisi sangat intim dengan seorang pria.Sementara itu, Aliando yang masih tersenyum smirk merasa semakin senang saat melihat wajah penuh ketakutan tersebut. Akhirnya ia memilih untuk semakin mendekatkan wajahnya pada Viera yang refleks langsung menghindarinya dengan memalingkan wajah.“Tahukah kamu wanita manis, bahwa saat seorang pria marah, akan melampiaskan amarahnya kepada orang-orang di sekitarnya. Tidak perduli apakah orang yang berada di sekitarn
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status