All Chapters of IMAM UNTUK NIRMALA: Chapter 31 - Chapter 40
63 Chapters
31. TAWARAN PEKERJAAN
    Enam bulan kemudian….   Mala tersenyum puas sekembalinya dari ruangan dosen guna pamit dan bersalaman. Hal itu karena ijazah dan transkrip nilainya sekarang sudah ada di tangan. Sekarang, saatnya dia menggunakan ijazah itu untuk memulai peruntungannya dengan melamar pekerjaan sebagai akuntan yang selama ini sangat diimpi-impikannya. Dia tahu, ini semua baru awal dari perjalanan masa depannya di fase yang baru. Masa-masa menjadi mahasiswa telah berakhir, sekarang saatnya ia akan terjun ke dunia kerja. Mengabdikan ilmunya untuk masyarakat. “Nirmala…,” sebuah suara menghentikan langkahnya saat Mala hendak menuju parkiran. Dibelakangnya, seorang wanita setengah baya yang notabene adalah salah seorang dosennya tengah berdiri disana dan menatapnya hangat. “Ibuk memanggil Saya?” tunjuk Mala pada dirinya sendiri. Dosen itu tersenyum dan menganggukkan kepala. “Bisa bicara sebentar?” tanya dosen itu ra
Read more
32. RADITYA
“Mala, bisa kamu tolong antarkan laporan ini ke ruangan Pak Manajer? Aku benar-benar tidak berani menghadapnya. Kemaren saja, aku dibantai habis karena salah mengetik laporan bulan kemaren?” Retno, teman satu ruangannya mendekati Mala yang sedang asyik mengetik laporannya di komputer. Mala tersenyum, satu tahun bergabung dan bekerja di perusahaan ini, dia sudah sangat mengenal karakter temannya satu persatu. Apalagi Retno, dia sangat lembut sehingga jika ada bentakan dari atasan, akan membuatnya langsung down. Seperti halnya yang terjadi beberapa hari lalu, saat ia memberikan laporan yang diminta oleh Manajer Keuangannya. Sebenarnya, kemarahan atasannya itu masih termasuk wajar. Pemicunya dalah karena rekannya itu kurang teliti dalam menginput data, menyebabkan selisih yang sangat besar di bagian akhir penjualan. Tentu saja sang manajer yang sangat teliti itu langsung marah besar. Tidak teliti saat menginput data dalam menyajikan laporan, tentu saja bisa mer
Read more
33. MAKAN SIANG GRATIS
Siang ini, ruangan Mala tampak tidak ada  banyak suara. Wajar saja, hari ini adalah akhir pekan, mereka semua sangat bersemangat untuk menyelesaikan pekerjaan, sehingga bisa menikmati weekend tanpa harus diganggu dengan masalah pekerjaan.  Keheningan itu terus berlangsung  sampai beberapa saat kemudian seruan dari seseorang mengagetkan mereka.“Nirmala! staf keuangan!” Salah seorang office boy datang memasuki ruangan mereka, sambil membawa beberapa bungkusan makanan. Lalu menyerukan nama yang tertera dalam paket yang dibawanya itu.”Mala menoleh dan menatap bingung pada office boy itu. Perasaan tidak ada memesan makanan. Gadis itu melempar pandangannya satu persatu pada empat orang rekan kerjanya yang ada dalam ruangan itu. Mereka semua mengangkat bahu pertanda tidak tahu apa-apa.“Paket dari siapa, Pak?” tanya Mala kemudian.“Nggak tahu juga, Dek Mala? Tadi ada yang ngantar mak
Read more
34. Pernyataan Cinta dan Penolakan
Suasana kafe sore ini sangat ramai. Hal ini mungkin karena bertepatan dengan jam pulang kerja, sehingga banyak para karyawan swasta atau pegawai pemerintah yang menyempatkan untuk mampir ke kafe ini. Disamping hidangan yang lezat pelayannya juga sangat ramah. Tak heran begitu banyak orang yang datang kesini.Mala duduk dengan sedikit tidak nyaman ditempatnya. Gadis cantik itu merasa tidak terbiasa saja ditatap dengan pandangan sedemikian rupa dari lawan jenisnya yang sedang duduk didepannya. Yach, sekarang Radit sedang memandanginya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Tatapan rasa kagum, simpati, memuja sekaligus ingin memiliki dalam bersamaan.Tak ingin membuat gadis didepannya semakin tidak nyaman, Radit menyudahi kegiatannya. Dia tahu, tak ada bosan dan jenuhnya mata memandang ciptaan Allah yang begitu indah didepannya. Jarang-jarang ada kesempatan bisa memandangi wanita itu dari jarak dekat dengan sepuas hati. Biasanya, gadis itu selalu menjaga jarak dan ta
Read more
35. BERTEMAN SAJA
"Mala tunggu...!"Radit menarik pergelangan tangan Mala saat gadis itu sudah tiba di parkiran. Nafasnya masih ngos-ngosan karena tadi, setelah lama meredakan kecewa yang mendalam dihatinya, ia baru sadar kalau Mala sudah pergi. Maka ia pun berlari mengejar gadis itu, tak ingin membiarkannya pergi begitu saja. Dia harus mendapatkan gadis itu bagaimana pun caranya.Mala melepaskan pegangan di pergelangan tangannya yang menyebabkan rasa sakit sambil  memperhatikan dengan seksama lelaki didepannya. Radit masih berusaha mengatur nafasnya, dengan tatapan tak lepas dari Mala. Dia takut, seolah jika melengah sebentar saja wanita itu akan kabur lagi. Dia sudah bertekad, tak akan membiarkannya kabur lagi."Ada apa, Radit? Apa masih ada yang ingin dibicarakan?" tanya Mala dengan rasa sedikit bersalah, karena tadi sudah menolak lelaki itu.Radit mengangguk cepat."Beri aku satu kesempatan lagi untuk lebih dekat denganmu! Tidak masalah kalau kamu belum bis
Read more
36. HADIAH PUN DITOLAK
Mala terbangun dari tidurnya karena dering ponsel yang  memekakkan telinga. Dilihatnya jam pada alarm sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Dia ingat, hari ini ada perjalanan untuk mengikuti Bimtek keluar kota bersama teman-temannya dibagikan keuangan. Karena kemaren telat makan, menyebabkan maag nya kambuh yang mengharuskan menahan sakit semalaman. Akibatnya, sekarang saat terbangun, dirasa kepalanya sangat pusing.Mencoba mengabaikan rasa pusing itu, segera ia bangkit dari tempat tidur. Melangkah buru-buru kekamar mandi, berwudhu dan segera menunaikan shalat  dua rakaat. Biasanya setelah shalat, dia akan menyempatkan diri untuk melanjutkan hafalan Al-qurannya -belakangan ini dia mulai rajin menghafal Al-Quran-. Berhubung hari ini dia harus berangkat agak pagi, maka kegiatan menghafalnya harus ditunda dulu.Setelah mempacking pakaian kedalam koper, disempatkan nya dulu memanaskan air untuk membuat secangkir teh panas. Jika biasanya menu sarapannya adalah
Read more
37. DEBARAN ITU SEPERTI PENYAKIT
'' Kalian tega banget ninggalin aku, hingga harus terjebak berduaan dengan pak Radit sepanjang perjalanan. Kalian nggak bakal ngerti berapa nggak nyamannya diposisiku." gerutu Mala begitu sampai di hotel tempat acara yang akan diikutinya."Jangan salahkan kami, Mala! Apalah daya kami pegawai rendahan ini. Tak bisa menolak apa yang diperintahkan atasan. Pak manajer tampan itu memerintahkan kami duluan, katanya dia juga mau kesini tanpa sopir, dan perlu teman untuk menemaninya." jelas salah satu temannya tanpa rasa bersalah."Sebenarnya jika ada tawaran untuk kami pastilah kami juga tidak bisa menolak. Atau jika salah satu diantara kami dipilih pasti akan disambut dengan suka cita. Tapi karena yang dipilih itu adalah dirimu, kami juga tak bisa melakukan apa-apa. Kami tahu, akhirnya akan begini, kami yang dikira tidak setia kawan." Lanjut rekannya yang satu lagi. Mala hanya menggeleng tidak bisa menerima alasan teman-temannya."Lagian, bukannya bagus kamu bisa berduaan dengan pak Radit?
Read more
38. MENCURI SESUATU DARIMU
Hari ini, Bian mendapat tugas dari dekan fakultas tempatnya mengajar untuk mengikuti rapat kerja nasional yang dilaksanakan tidak jauh dari kampus. Disamping sebagai peserta, dia juga diminta mengisi acara berupa pembacaan ayat suci Al-Quran. Wajar saja dia yang diminta, kemampuan baca Al-Qur’annya membuat semua orang dikampus, baik dosen maupun mahasiswa merasa sangat kagum. Sehingga, tidak jarang dia diminta melantunkan kalam suci itu jika ada acara-acara besar dikampus. Termasuk untuk acara hari ini, dekannya sengaja merekomendasikan nama Bian ke panitia untuk membacakan ayat suci Al-Qur’an.Dan hari ini, entah mengapa, ingin sekali rasanya membawakan ayat yang dulu pernah dibacanya saat ia mengikuti lomba bersama gadis itu. Gadis yang semenjak pertemuan terakhir mereka, dirumah sakit, dengan kondisi yang tidak baik-baik saja, tidak pernah lagi dijumpai. Tak terasa sudah hampir 2 tahun ia tak pernah lagi bertemu gadis itu.Entah sihir apa yang dipakai, sampai sekarang hatinya mas
Read more
39. APA ADA ORANG LAIN YANG KAU TUNGGU?
Bian membuka matanya dan mengedarkan pandangan sekeliling kamar. Tempat tidurnya sudah kembali ditata dengan rapi, lalu ada selimut yang menutupi tubuhnya. Di atas meja rias disebelahnya, ada secarik kertas yang tertinggal. Diraihnya kertas itu dan dibaca.[Bian, terimakasih.Lagi-lagi kamu menyelamatkan aku.Aku tidak tahu harus membalasmu dengan apa.Oiya, tidurmu nyenyak sekali. Aku tak tega membangunkan, jadinya aku pergi tanpa pamit.Sekali lagi, terimakasih, Bian] - NirmalaBian beranjak dari tempatnya. Dilihatnya pada layar ponsel, masih pukul 03.00 dini hari. Sepertinya akibat kelelahan, sehingga tidurnya benar-benar pulas. Sampai dia tidak tahu bahwa Mala telah meninggalkan kamarnya.Rasa cemas dan khawatir menghigapi hatinya. Tadi itu, kondisi Mala sangat buruk, dan dia malah kembali ke kamar sendirian. Tapi tadi dilihatnya pada kartu, nomor kamar gadis itu tak jauh dari kamarnya sehingga membuatnya agak tenang. Mungkin nanti saat sudah pagi bisa ditanya kesana, memastikan k
Read more
40. SELAMAT ATAS PERNIKAHANMU
Bian tersenyum menatap wajah yang terus terusan menunduk didepannya. Selalu saja setiap kali mereka bertemu, gadis itu menghindari bertemu pandang dengannya. Kecuali saat mereka bertemu di lift tadi malam, baru itulah kali pertama gadis itu berani menatapnya lama-lama.“Jika kamu terus menunduk seperti ini, lebih baik aku pergi saja! Sepertinya aku tidak diinginkan disini, mungkin memang, karena seharusnya ada orang lain yang duduk disini?”“Jangan asal bicara!” Mala menegakkan kepala dan menatap Bian tajam. Semburat merah dipipinya membuat wanita itu semakin cantik, membuat lelaki didepannya harus mati-matian menyembunyikan rasa kagumnya.“Aku sangat senang bisa bertemu denganmu lagi. Tapi aku merasa sangat malu, karena semalam…”cepat-cepat ditutup mulutnya. Tidak ingin keceplosan didepan lelaki yang juga sahabat lamanya itu.“Ooooo…. Mengenai kejadian semalam, aku juga ingin minta maaf!” potong Bian cepat. “Aku terpaksa membuka kaos kakimu dan juga jilbabmu. Tapi percaya padaku, se
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status