All Chapters of Kepincut Janda Tetangga: Chapter 11 - Chapter 20
57 Chapters
11. Selamat Tinggal, Pak!
Selamat Membaca😘😘HukkHuukDevit pun tersedak kentang goreng yang sedang berselancar di tenggorokannya. Sigap Juwi bangun dari duduknya dan menepuk-nepuk kencang punggung Devit. Bukannya berhenti batuk-batuk, malah semakin tercekik Devit rasa, saat pukulan Juwi terlalu kencang, hingga mengguncang  tubuh Devit.  Terlihat bukan seperti menenangkan, malah Juwi seakan sedang melakukan KDRT pada Devit."Sudah Juwi, sudah." Devit mengangkat tangannya. Ya Allah Si Juwi kurus-kurus tenaganya Godzila. Bisik Devit dalam hati."Pelan-pelan, Pak. Makannya, nanti tersedak lagi lho," ucap Juwi sambil membersihkan bajunya dari noda semburan air cola."Iya terima kasih," ucap Devit sambil meringis. Ya Allah jadi panas gini punggung."Bunda, bolehkan? "Salsa melanjutkan pertanyaannya yang tadi."Salsa sayang, Bunda dan om guru itu berteman." "Oh, kalau teman ga bisa jadi Papa ya?" tanya Salsa dengan polosnya. Devit tidak
Read more
12. Kekesalan Sarah pada Devit
Selamat Membaca😘Hari senin shubuh seperti biasa, Juwi membuka warungnya, menata aneka gorengan dan nasi uduk yang dititipkan tetangga. Juwi melirik rumah Devit, lampu dalam mati, hanya lampu teras yang masih menyala. Tanda bahwa masih tidak ada orang disana. Iyalah, pengantin baru. Waktu Juwi menikah dengan ayah Salsa malah sampai dua hari di kamar terus. Padahal ga ngapa-ngapain juga. Hehehe... Juwi tersenyum sumbang. Ia menyadari rasa sukanya pada Devit, namun ia sadar itu tidak boleh."Hhhmmm ...." Juwi menarik nafas panjang. Dia harus bisa melupakan Devit dan meneruskan kehidupannya.Hari ini di warung cukup ramai. Juwi sedikit kewalahan, apalagi mulai hari ini Salsa sudah mulai mengikuti sekolah di kelas playgroup. Juwi mengantar jemput Salsa sekolah. Cuaca sangat terik, Juwi membeli es buah di warung dekat sekolah Salsa sambil menggandeng tangan Salsa. Pandangannya beralih pada pasangan yang baru saja lewat, ia seperti mengenalinya, tapi siapa
Read more
13. Devit Mencium Juwi
Selamat membaca😘Sarah menangis sesegukan setelah siang ini dia digagahi lagi oleh Jono. Sarah benar-benar tak mengenalinya, padahal Jono adalah kakak senior abadi di kampusnya.Karena memang Sarah tak terlalu banyak mengenal kakak seniornya, justru jarena dia terlalu aktif di lingkungan kampus makanya kakak seniornya yang lebih banyak mengenal dirinya."Sudah sayang, jangan nangis terus, nanti apartemen abang banjir lho." Jono mencoba menggoda, telunjuknya menyolek lengan polos Sarah. "Saya mau pulang!" ucapnya pelan, suaranya bergetar. "Ayo, biar abang antar!" Jono keluar dari selimutnya, tubuhnya polos berjalan santai ke arah kamar mandi, Sarah membuang pandangan. Matanya sudah bengkak dengan air mata, entah bagaimana nasibnya sekarang. Bagaimana nasib pernikahannya?Lima belas menit Jono berada di dalam kamar mandi, lalu keluar dengan harum shampo khas lelaki, tubuhnya hanya terlilit handuk sampai di bagian pinggang.Ke
Read more
14. Kepergok Warga
"Siapa lagi yang mau jadi istrinya? GR aja!" Juwi berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya. Kesal iya, malu iya. Dengan kasar Juwi mengusap bibirnya, bibir yang sudah setahun lebih berpuasa."Ish, sekalinya buka puasa, kenapa harus sama suami orang sih? Duh bibir, nasibmu!" Juwi masih saja menggerutu, menepuk-nepuk bibirnya sendiri. Devit terkekeh geli, menyaksikan ekspresi Juwi yang menggerutu dari balik jendela. Juwi kembali ke warung dan melayani pembeli seperti biasanya hingga waktu menjelang magrib. Juwi bergegas menutup warung."Saya bantu ya?" ucap Devit sambil tersenyum manis, pakaiannya sudah rapi mau ke masjid untuk sholat magrib. Sarung  batik tenun dan koko berwarna biru muda, tak lupa kupluk kopiah, menambah teduh wajahnya."Saya bisa kok, Pak." Juwi menolak halus."Yang tadi siang jangan diinget terus ya.""Yang mana ya?" Juwi pura-pura lupa."Mmm ... yang cium bibir kamu!" Pukk..puk..puk..
Read more
15. Pengantin Baru
Shubuh ini hujan turun dengan derasnya. Devit melaksanakan sholat shubuhnya di rumah saja. Senyumnya terus mengembang, manakala teringat peristiwa dadakan yang terjadi dalam hidupnya tadi malam. Juwi, janda yang selalu mencuri perhatiannya kini telah menjadi istri sahnya, walaupun masih pernikahan siri. Tapi Devit berjanji dalam hatinya akan segera meresmikan pernikahan mereka. Lalu bagaimana dengan Sarah? Bukankah dengan Sarah juga pernikahannya harus berakhir. Memikirkan Sarah membuat Devit menjadi iba, ujian yang dihadapi Sarah sangat berat. Semoga Sarah bisa melewatinya.Beep..beep..["Ya hallo, Assalamualaikum, Mah."]["Wa'alaykumussalam. Kamu, mama tunggu pagi ini di rumah istrimu."]["Maksud mama, Sarah?"]["Iya, emang istri kamu ada berapa?"]["Eh iya, Ma. Nanti jam sepuluh Devit ke rumah Sarah."]["Kelamaan jam sepuluh. Jam delapan sudah harus di sini."]["Tapi Devit ada kelas, Ma. Jam delapan."]["Terserah, pok
Read more
16. Serangan Subuh
"Saya datang bulan," ucap Juwi cepat sambil salah tingkah dengan sikap Devit yang kini berubah jadi agresif. Mendengar pernyataan Juwi membuat Devit tertawa. Ternyata Juwi takut juga pada dirinya, namun sedikit ada yang aneh, kenapa Devit seperti menikahi anak perawan saja? Rasa canggung dan kikukknya seperti gadis yang benar-benar belum pernah disentuh lelaki."Ya sudah ganti baju dulu sana, masa tidur pake kebaya." Devit menunjuk lipatan baju tidur berbahan satin, berwarna ungu."Mentang-mentang saya janda, dikasihnya ungu gitu," celetuk Juwi tanpa melihat Devit, langsung masuk ke dalam kamar mandi yang hanya ditutupi krei. Sebenarnya baju tidur dua stel di dalam lemari Devit adalah termasuk barang yang akan dia berikan pada Sarah. Namun belum terlaksana pesta yang dimaksud, malah ia kini menikahi Juwi"Jangan ngintip, lho Pak!" Teriak Juwi dari dalam kamar mandi."Iya, paling saya ikutan ganti juga," ledek Devit dari ruang tengah. Devit merapikan tempa
Read more
17. Pengantin Baru
Selamat membacaJuwi tidak bisa mengelak lagi, Devit sudah mengungkungnya di atas kasur. Keduanya saling menatap, Juwi sangat canggung. Cepat Juwi menutup mata, saat Devit semakin mendekat."Sini, buka dulu mukenanya," bisik Devit ssambil membantu Juwi membuka mukena bagian atas. Rambut Juwi yang basah terurai indah, Devit menatap Juwi penuh minat. Juwi bernafas sampai tersendat-sendat, karena wajahnya dan suaminya begitu dekat. Seperti dihipnotis, Juwi menurut saja saat Devit membantu membuka bawahan mukena."Istriku cantik, mirip artis korea, kulitnya putih," puji Devit sambil jari telunjuknya menyentuh pipi Juwi yang kemerahan menahan malu."Pak, berat!" rengek Juwi sedikit menggeser tubuhnya, namun di tahan Devit."Abang, De. Bukan Bapak," sela Devit dengan senyuman."Iya ... Bang, somaynya goceng ga pake pare!" ledek Juwi sambil terkikik, merasa aneh dengan sebutan abang diminta Devit."Ngeledek ya."Cuupp
Read more
18. Malam Pertama dengan Janda Rasa Perawan
Juwi terdiam menatap raut wajah suaminya yang salah tingkah. Juwi merapatkan kembali kedua pahanya, mengambil sarung suaminya yang ada di atas ranjang, lalu menutupi tubuhnya."Abang ga tau?""Ngga, De." Devit menggeleng lemah, yang di bawah pun ikut lemah."Emang Juwi ga tahu juga?""Ngga, Bang." Juwi menggeleng malu."Kok gak tahu?" Devit semakin bingung dengan istrinya, bukannya Juwi janda. Tapi kok malah tidak tahu."Soalnya belum pernah,"cicit Juwi sambil menggigit bibir bawahnya."Hah?!"Devit tercengang. Dadanya berdegub kencang. Keningnya berkerut tidak paham maksud ucapan Juwi."Juwi, tapi...""Papa Salsa meninggal seminggu setelah pernikahan kami, saat itu saya sedang datang bulan. Jadi papa Salsa belum sempat ... mmm." CcuupppMmmmmmpph ...Devit mencium mesra istrinya."Jadi Juwi masih perawan?" tanya Devit sambil menatap mesra Juwi.Istrinya itu mengangguk, wajahnya suda
Read more
19. Siang yang panas
Dewasa 21+  Devit merapikan letak sarungnya setelah berwudhu. Ia menyusuri  jalan menuju masjid untuk melaksanakan sholat dzuhur. Juwi sudah kembali ke rumahnya, menyuapi Salsa makan. Sedari tadi Juwi hanya senyam senyum tak jelas, ibu yang memperhatikan Juwi, juga ikut tersenyum, belum pernah ibu melihat Juwi sebahagia ini. Tak terasa air mata ibu menggenang. Ternyata Tuhan memberikan jodoh pada Juwi dengan cara yang tidak disangka-sangka."Senyumin apa sih, pengantin?" tanya Bu Nur menggoda Juwi. Juwi tersadar dari lamunannya mendengar suara ibunya."Ah, ga papa, Bu," jawab Juwi cepat, wajahnya menunduk malu."Cepat suapin Salsa, setelah itu kamu siapin makan untuk suamimu, bawa ke kontrakan," ucap ibu pada Juwi sambil menunjuk aneka hidangan di atas meja makan."Bu, harusnya Pak Devit sudah bayar kontrakan,Bu. Udah masuk tanggalnya ini." Juwi mengingatkan ibunya. Wajah Juwi berubah serius."Ga papa Juwi, se
Read more
20. Nonton Video
Wanita dengan mukena batik yang ia pakai, masih terpekur di atas sajadah. Selesai sholat dhuha ia panjatkan doa mohon ampun atas segala kesalahan dan dosa yang telah ia perbuat. Walaupun hati remuk redam dengan semua keadaan ini.  Matanya melirik kalender yang telah ia tandai gambar hati. Lima hari lagi tepatnya, harusnya adalah hari bahagianya, melaksanakan resepsi dengan suami tercinta. Lelaki yang selalu ia kagumi, sejak  mengikuti mata kuliah sejarah islam. Namun lima hari lagi, ia malah akan menikah dengan lelaki paling brengsek di muka bumi. Jono Jarin Nugraha. "Saraah,"panggil wanita paruh baya, yang merupakan adalah mamanya Sarah. Sedikit tergesa, membuka pintu kamar anaknya."Ada apa, Mah?" tanya Sarah kebingungan melihat ekspresi mamahnya."Berita apa yang barusan Mama dengar, mantan suamimu Devit sudah menikah dengan janda anak satu, apa ini semua Sarah?"Sarah terdiam, ada yang meremas hatinya. Begitu sakit. Air matanya
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status