Semua Bab Comeback Amerta: Bab 1 - Bab 10
16 Bab
Bab 1 :Kesempatan
Ketika membuka matanya,Amerta bingung.Tempat ini sangat terasa asing baginya.Dimana aku? pertanyaan itu muncul dalam pikirannya. Tempatnya sunyi,hanya ada lorong-lorong yang berkabut.Amerta celingak-celinguk mencari orang untuk ditanyai nya. Satu lagi pertanyaan muncul dalam pikirannya,mengapa ia menggunakan baju putih?. Seingatnya terakhir kali ia berada disekolah,dan diseret paksa untuk ke rooftop sekolah oleh Dirgantara dan gengnya lalu dia didorong.Sebelum akhirnya semua gelap. Tunggu-- didorong?,Amerta mencoba untuk berpikir positif. "Tidak mungkin... "ujarnya sambil menggelengkan kepalanya.   Dari kejauhan ia melihat seseorang,yang terlihat pucat dengan tatapan kosong.Amerta dengan penuh keberanian melambaikan tangan ke arah orang tersebut.Tapi orang itu hanya melewatinya begitu saja. Amerta mengikuti kemana orang tersebut,sampai di akhir lorong.Orang itu tiba-tiba menghilang.Amerta meneteskan air matanya kal
Baca selengkapnya
Bab 2: Tidak ingin kembali ke tempat yang sama
"Kau tau Amerta,doa mu terkabul.Kau masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas tugas mu di dunia.Waktu mu tidak banyak,maka dari itu gunakan lah kesempatan itu sebaik mungkin,"ujar seorang berjubah hitam "L-lalu bagaimana dengan pemilik tubuh ini?." "Tubuh itu... kau bisa memiliki selamanya kalau kau mau." "M-maksud mu?" "Ada dua tipe manusia di dunia ini.Pertama mereka yang  seringkali mengabaikan tubuhnya,dengan alasan membenci dirinya sendiri,dan mencoba untuk membuang tubuhnya begitu saja.Kedua,mereka yang begitu menginginkan tubuhnya baik-baik saja. Bahkan ada yang melakukan segala cara agar tubuhnya baik-baik saja.Pemilik tubuh itu tidak menginginkan tubuhnya." "Lalu bagaimana supaya aku bisa memiliki tubuh ini selama lamanya?." "Jadilah orang yang egois.
Baca selengkapnya
Bab 3 Kilas balik
4 tahun yang lalu.... "Pa,sebaiknya kita berpisah saja,"ujar seorang perempuan paruh baya. "MAKSUD KAMU APA RITA?,"bentak laki laki yang merupakan suaminya. "Aku lelah pa,kau selalu saja jadikan anak kita sebagai pelampiasan." "Pawaka tidak salah pa,dia tidak tahu apa-apa tentang kejadian itu,"sambungnya. "Kau bilang tidak tahu apa-apa?!,jelas-jelas dia ada saat pembunuhan itu.Cih dasar pembawa sial,"cibirnya. Di lain tempat seorang anak berusia 14 tahun sedang mengintip perdebatan kedua orangtuanya dari celah pintu kamar.Dia mendengar dengan jelas apa yang di perdebatkan oleh mama dan papanya. Pawaka meneteskan air mata melihat pertengkaran itu.Anak seusianya yang harus mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua.Tapi apa,ayahnya malah menyalahkan nya atas pembunuhan yang sama sekali  pawaka tidak mengerti. "PAWAKA!!." "KEMARI KAU!." Dari arah belakang Pawaka berjalan tergesa gesa men
Baca selengkapnya
Bab 4 awal yang baru
Bulir keringat begitu jelas di dahinya,tangannya pun terasa dingin. Jantung nya berpacu dengan cepat.Amerta sudah siap dengan seragam sekolah,sekarang ia duduk di meja makan.Tapi tidak seperti pertama kali,semangat pergi ke sekolahnya seolah olah pudar.Jelas,Amerta ketakutan kembali ke sekolah. Mengapa takdir seolah mempertemukannya lagi dengan sekolah itu.Sarapan nya pun tidak tersentuh sama sekali.Rita yang melihat sang anak dengan gelagat aneh,tidak seperti kamarin begitu semangat untuk sekolah.Bahkan Amerta hanya diam saja dan terus menunduk seperti orang ketakutan."Amerta...kenapa sarapan nya tidak dimakan?.""Ma...aku takut..."ujar AmertaSeolah tahu apa yang ditakutkan Amerta,"Takut kenapa?,takut ke sekolah?,tenang saja  paman mu menjadi kepala sekolah disana ,Amerta.""I-iya Ma""Ayo berangkat Amerta,nanti kau telat."ujar mama nya,seraya mengambil kunci mobil.Didalam mobil suasana m
Baca selengkapnya
Bab 5 :Menemui mereka
Amerta tidak mengerti dengan dirinya sendiri,mengapa ia bisa seberani itu melawan Dirga.Bahkan tadi saat pulang sekolah Dirga memukul wajahnya,Amerta tidak tinggal diam ia memukul balik Dirga.Kalau saja tidak dipergoki oleh satpam sekolah mungkin saja perkelahian itu belum berhenti. Ah,dulu dia sangat takut dengan Dirga tapi sekarang tidak ada rasa takut sedikit pun,malah ia ingin membalas dendam akan semua perbuatan Dirga dimasa lalu.Walaupun ia tahu balas dendam itu tidak ada gunanya. Apa mungkin karena sifat dari pemilik tubuh yang masih melekat?.Amerta tidak tahu itu.Sebenarnya banyak sekali keuntungan saat memiliki tubuh ini.Tubuh dan wajah yang sempurna,bahkan karena wajah ini ia bisa memiliki banyak teman sekarang. Ya,walaupun kebanyakan perempuan tapi tidak masalah kan?,yang penting memiliki teman. "Belok kiri ya pak,saya turun disebelah gang itu,"kata Amerta kepada  supirnya. "Bai
Baca selengkapnya
Bab 7:Mencoba egois
"Makan yang banyak Aruni biar cepat sembuh.Setelah ini kamu minum obat,ya"ujar Amerta sambil menaruh lauk nya ke piring sang adik. "Kamu juga Asa,harus makan yang banyak." Amerta tersenyum,akhirnya ia bisa berkumpul lagi .Melihat adik-adiknya tersenyum berbinar sambil melahap makanan. Seandainya ia tidak bisa mengunjungi adik dan ibunya,pasti mereka tidak akan makan apapun hingga malam.Melihat tadi didapur tidak ada bahan makanan sedikitpun. Amerta begitu bersyukur tuhan masih memberikannya kesempatan. "Mengapa kau menangis?." Amerta tersentak,"Ah aku tidak menangis kok,"seraya menghapus dengancepat jejak air matanya dipipi.Tapi ibunya masih memandangnya dengan penuh selidik. "Ayo Aruni minum obat,"kata Amerta mencoba mengalihkan situasi. "Aku tidak mau kak...pilnya pahit,"ujar Arunk sambil menggelengkan kepalanya. Amerta tahu betul adik bungsunya itu sangat anti minum obat-obatan ketika sakit.Dulu ia ha
Baca selengkapnya
Bab 8:Kata yang belum tersampaikan
Hari ini merupakan hari minggu,itu berarti Amerta tidak sekolah.Ia sekarang sudah siap dengan baju kaos putih dan celana hitam pendek. Selesai bersiap-siap ,ia turun kebawah .Ternyata mamanya sedang berbincang dengan tamu. "Andra sudah lama sekali kamu tidak bermain ke sini." "Iya kak,kau tahu kan akhir-akhir ini aku sangat sibuk.Memiliki dua pekerjaan sekaligus memang sangat melelahkan,"gerutunya. "Iya ... resiko memiliki dua pekerjaan memang begitu.Waktu itu kau disuruh papa memilih,tapi kau tidak mau." "Kak,bagaimana sih.Kalau aku memilih bekerja diperusahaan papa,berarti aku tidak menjadi kepala sekolah.Sedangkan kau tahu daridulu aku sangat ingin menjadi kepala sekolah dan kalau aku memilih tidak mengambil alih perusahaan papa..." "Siapa lagi yang mengambil alih,kalau bukan aku.Dulu kan kau tidak mau kak,karena ingin merawat anakmu Pawaka,"sambung Andra.
Baca selengkapnya
Bab 9 kita adalah keluarga
Langit yang begitu cerah,disertai bulir-bulir cahaya.Seakan ikut menyambut kebahagiaan kakak beradik itu.Mereka berlarian kesana kemari."Asa...ayo tangkap Aruni!""Aaaaaaa kak Amerta kok jadi akuuu,"pekik Aruni saat Asa dan Amerta berbalik arah menjadi mengejarnya."Hap... dapatt!"seru Amerta yang berhasil menangkap Aruni dengan cara didekap."Kakak curang...tadi kan kita harusnya tangkap bang Asa,kenapa jadi aku ...uuh,"gerutu nya."Kalau tangkap Asa tidak  bisa,lihat saja tubuhnya besar begitu bahkan lebih besar daripada kakak.""Ish...kak Amerta apa-apaan tubuh aku tidak  besar ya,"rengek Asa yang hanya dihadiahi cengiran lebar oleh Amerta.Dari dulu kebiasaan Amerta tidak pernah hilang selalu saja mengerjai Asa.Padahal tubuh anak itu sama kurus dengannya yang dulu"Hahahhaha..." Aruni dan Amerta tertawa terpingkal-pingkal sampai wajah mereka memerah.Sedangakan Asa mengerucutkan
Baca selengkapnya
Bab 10 jalan hidup
Setelah berdebat kecil dengan ibunya,perihal siapa yang harus mengeluarkan uang untuk membeli bahan makanan hari ini.Akhirnya,ia memenangkan perdebatan itu.Amerta jadi membayangkan bagaimana kalau kelak ia sudah bekerja dan membiayai semua keperluan rumah,mungkin saja Amerta dan ibunya akan sering berdebat mengenai siapa yang harus membayar.Ibunya itu tipikal orang yang tidak suka merepotkan orang lain,termasuk anaknya.Selagi  mampu maka ia tidak mau merepotkan siapapun.Bahkan kalau ibunya mau,adik dan iparnya pasti mau membayari hutang hutang mereka.Butuh waktu 5 menit untuk sampai kepasar dengan berjalan kaki.Sebenarnya bisa saja ia menaiki angkot,hanya saja Amerta harus hemat mulai sekarang,sampai bisa mendapatkan pekerjaan sampingan.Ia sudah mulai memasuki pasar,aroma khas dari pasar tersebut menyeruak ke indra penciumannyaAmerta sangat merindukan suasana pasar,sudah lama ia tidak datang ke tempat ini.Sua
Baca selengkapnya
Bab 11: Bunga Matahari itu
"Wah ... tampan sekali." "Baru pertama kali,aku melihat cowok setampan dia." "kulitnya putih sekali." "Dia murid baru kan?" "Iya ... namanya Amerta." "..." Entah mengapa murid-murid perempuan yang sedang menganggumi murid baru itu,ketika mendengar nama Amerta langsung terdiam sepi.Mereka menunjukkan ekspresi yang susah ditebak. "KAU MURID BARU,AKU MENYURUHMU KERJAKAN TUGASKU!." "Kau pikir kau siapa?,ini tugasmu kerjakan sendiri,"ujar Amerta sambil menghempaskan kasar buku tulis milik Dirga. "DARI KEMARIN KAU BERANI SEKALI DENGANKU,PUNYA KEKUASAAN APA KAU SAMPAI SEBERANI INI DENGANKU HAH?!"murka Dirga menarik kerah baju Amerta. "Hahaha ... kau bertanya kekuasaan denganku Dirga?,lalu kau punya kekuasaan apa disekolah ini? sampai berani menindas orang orang lemah," "Ah... apa perlu aku perkenalkan diriku lebih jauh Dirga?" Buaghk!Sebuah pukulan melayang ke wajah nya.Amerta memejamkan mat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status