All Chapters of Skandal Sang Pilot: Chapter 1 - Chapter 10
41 Chapters
Curiga
Part 1***** [Nina, lo apa kabar?] bunyi chat Hesti, sahabatku.  [Baik, Alhamdulillah. Lo gimana? Enak dong perjalanan ke Jepang.] balasku. Tak lupa emoticon sedih aku selipkan.  [Iya, dong. Lo sih, pake resign segala. Kalau gak, kan kita masih bisa keliling dunia bareng lagi kayak dulu] [Iya, sih. Tapi, Mas Thoriq gak ngasih gue ikut terbang lagi. Gimana dong?] [Hahaha … Lo disuruh jadi istri sholeha doang kali, Nin. Kalau gue mah ogah.] Emoticon tertawa ia selipkan di akhir kalimat.  [Eh, udah dulu ya. Pesawat mau take off nih. Btw, suami lo gue pinjam dulu ya.] Deg. Tiba-tiba ada rasa tak nyaman menyergap, begitu membaca kalimat Hesti barusan.  [Maksud lo, Hes?] [Hahaha … becandaaa, Nina. Jangan baper deh. Udah ya. Pesawat mau take off. Hp gue matiin nih
Read more
Rencana Liburan Mereka
Part 2   Praaang ….   Pandanganku sekejap terasa berkunang-kunang. Cangkir sisa kopi tadi yang hendak kudekatkan ke bibir, meluncur berderai di lantai. Begitu melihat foto Mas Thoriq tengah berpelukan dengan Hesti di sisi mobil BMW milik suamiku itu. Belum selesai persoalan kotak kontrasepsi dan bon hotel ini, sudah ditambah lagi dengan foto mesra Mas Thoriq dan sahabatku.    Kuremas kotak kecil tersebut. Seketika itu pula otot perutku mengeras dan rasa mulas pun menjalari.    Tidak!  Jangan sampai aku melahirkan sebelum waktunya .... ______ "Ada apa, Nyon
Read more
Pelakor Batal Liburan
Part 3   Deg. Liburan? Benar yang dikatakan Dinda.    "Eh, kamu ngacam aku? Please, jangan main-main gitu dong. Jangan bikin aku khawatir, Sayang."   Apa … Sayang? Ternyata ada panggilan "Sayang" lain selain aku. Tanganku mengepal kuat.    "Oke, oke, kita pergi liburan. Aku bisa alasan ke ada jadwal flight ke Seoul ke Nina."   Aku sudah tidak tahan lagi untuk terus bersembunyi di balik jendela dan mendengarkan kata-kata mesra suamiku dengan perempuan lain.    "Mas Thoriq!"   Mas Thoriq terlonjak dan nyaris ponsel di genggamannya terlempar karena terkejut. 
Read more
POV THORIQ
Part 4   POV THORIQ    Aku Ahmad Thoriq, seorang anak yatim piatu. Dulu Bapakku bekerja hanyalah sebagai seorang juru parkir di minimarket yang terletak tepat di seberang kantor Pak Jayadiningrat.  Sedangkan Ibu sudah meninggal saat aku masih duduk di SMP kelas satu, karena serangan TBC akut.   Hanya saja Bapak pun akhirnya ikut menyusul Ibu, setelah dua tahun kepergiaannya. Aku tengah bersekolah di kelas tiga SMP kala itu.   Bapak meninggal karena ditabrak oleh sebuah mobil yang melaju sangat kencang. Tubuh kurusnya terpental sejauh beberapa meter.  Aku yang kala itu baru saja pulang sekolah, berteriak histeris, ketika melihat tubuh Bapak yang bersimbah darah. Setelah diusut, ternyata pengemudi tersebut tengah di bawah pengaruh alkohol. 
Read more
Liburan
Part : 5   Sembari mendendangkan sebuah sholawat. Bulir hangat terasa mengalir dari sudut kedua netra, ketika lantunan sholawat itu berdesis lembut dari bibir.   Setegar apa pun aku mencoba berusaha, tetaplah kembali pada kodrat wanita yang lemah dan cengeng.    'Mama akan berusaha mempertahankan keutuhan keluarga kita semampu mama, Nak. Mama lakukan semua demi kebahagiaan kamu … dan kita.'   ________ Dua hari setelah itu, rencana liburan kami berhasil juga. Tentu saja aku senang sekali. Bukan karena liburannya, tapi setidaknya menggagalkan rencana liburan Mas Thoriq dan Hesti adalah sesuatu kepuasan yang luar biasa.  Setidaknya
Read more
Ternyata Bukan Hesti
Part :6   Aku beranjak menuju bagian luar restoran. Dan pandanganku tertuju pada pria yang duduk di meja dengan posisi membelakangi, tepat di pinggir pantai. Duduk berdampingan dengan seorang wanita berambut ikal berwarna coklat kemerahan. Benar-benar tidak asing bagiku.   Bergegas kuhampiri pasangan yang tengah duduk berdampingan itu.    "Mas!" panggilku dan lelaki itu menoleh. Benar Mas Thoriq dan wanita di sebelahnya … Astaga!    "Elo …?"   ________ "Eng, eh, hai, Nina. Apa kabar? Elo dari mana? Barusan tadi gue tanya sama Mas Thoriq. Katanya lo mual-mual gitu ya?" Dinda menghampiri dan langsung mencium pipi kana
Read more
Hesti Ada Di sini
  PART 7   Mas Thoriq dan Hesti tengah duduk berpegangan tangan sambil tertawa. Di meja berhamburan kartu domino dan kulit kacang. Dinda ada di sana juga. Tumben, dia tidak memberi tahu soal kehadiran Hesti di sini.    Bahagia sekali kelihatannya suamiku itu. Sementara ketika denganku, dia lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawainya.    "Hesti!"    Mas Thoriq dan Hesti terperanjat. Lalu keduanya refleks berdiri.    Plaaak! ________   Sebuah tamparan kuat mendarat di pipi mulus Hesti, hingga ia terhuyung ke belakang. N
Read more
Melahirkan Prematur
PART 8 Selamat membaca, Zheyeenkk☺❤___________ "Kenapa, Nin?" tanya Dinda khawatir, ketika melihat aku mulai meringis menahan sakit, sembari mengelus-elus bagian bawah perut.   Belum sempat aku menjawab, aku merasa seperti ada yang pecah dan air mengalir dari sela kedua paha.    "Air apa itu?" Dinda menatap bingung melihat air yang keluar dari selangkanganku. "Lo ngompol, Nin?"   "Enggak kok. Gue juga gak tau itu air apa, Din."   ________
Read more
Mata-mata Bayaran
Selamat membaca 🤗 PART 9 Pria tiga puluh satu tahun itu hanya tersenyum kecut tanpa menjawab. Aku sangat mengenali seperti apa dirinya. Dia tak akan pernah berani berkutik sama sekali, jika aku sudah merengek dan merayu pada Papi. Karena tentu saja dia tidak memiliki daya sama sekali. "Ya sudah, nanti biar Papi bicarakan masalah ini ke Rahmat ya. Yang penting kamu banyak istirahat, makan makanan yang bergizi, supaya kamu segera pulih." Kutarik bibir ke samping. Yes! Dengan begitu akan lebih mudah mengawasi seperti apa kelakuan suami dan sahabatku. Dengan ekor mata, bisa kulihat Mas Thoriq kembali menatapku. _________Selama masa pemulihan setelah melahirkan di rumah sakit, aku sudah diperbolehkan untuk pulang. Hanya saja Alissha, belum diizink
Read more
Ternyata Dia Pelakornya
Part 10   Mobil bergerak mundur, lalu melesat pergi. Segera kuraih gawaiku. Lalu menghubungi seseorang yang bernama Farid.    "Kamu di mana posisi, Rid?"   "Saya sedang mengikuti mobil Alphard hitam milik Pak Thoriq. Sesuai yang Ibu perintahkan, saya sudah stand by di depan rumah Ibu sejak pukul setengah tujuh tadi," sahut orang bayaranku itu.    "Bagus! Ikuti terus!"   ________ "Siap, Bu. Posisi saya tidak jauh dari mobil Bapak."   "Hati-hati kamu. Jangan sampai terlalu dekat. Takutnya nanti dia curiga."
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status