Semua Bab PERNIKAHAN TERLARANG DENGAN MUSUH KELUARGA: Bab 91 - Bab 100
160 Bab
KERTAS
Arsya dan Sera berada dikamar,tentunya kamar milik Arsya. Mereka duduk disofa, didepan mereka terdapat kertas-kertas yang Sera temukan didalam ruangan tadi. Hampir saja tadi mereka ketahuan, untung saja Arsya cepat membuka temboknya. 5 menit yang lalu mereka sampai disini, bahkan Sera menaruh kertas-kertas itu dibalik bajunya supaya tak ketahuan.  "Ambil lap buat bersihin ini," suruh Arsya seraya mengambil satu lembar kertas dari atas meja. Kertasnya sangat kotor hingga tulisan yang ada diatasnya tak kelihatan. Lebih tepatnya banyak debu yang sudah menempel.  Tak lama Sera kembali dengan membawa tisu, dikamar ini ia tak menemukan lap dan jika ambil di dapur akan sangat lama. Dirinya duduk disebelah Arsya, ia turut mengambil 1 kertas yang ada diatas meja. Mereka mulai membersihkan kertas yang ada di tangan mereka masing-masing. "Kertas yang kamu pegang tulisannya apa?" tanya Sera.  "Dat
Baca selengkapnya
PERASAAN MENGGANJAL
Arsya dan Sera berada diruang makan bersama dengan Reta dan Alif. Mereka makan diselingi dengan obrolan kecil, Alif tak mewajibkan jika dimeja makan harus diam. Malah ia berfikir waktu makan adalah waktu yang cocok untuk bercerita santai bersama dengan anak juga istrinya.  "Sera?" panggil Reta. "Iya?" sahut Sera.  "Kamu kenapa?" tanya Reta bingung ketika melihat gerak gerik aneh dari Sera  Sera menggeleng cepat, "Aku ngak papa kok," jawabnya.  Reta mengangguk lalu mereka melanjutkan makan. 15 menit kemudian mereka selesai makan, Sera pamit terlebih dahulu karena ia mempunyai urusan mendadak. Dirinya berangkat seorang diri dikarenakan kantornya dengan Arsya tak searah. Kini Sera sibuk mengamati jalanan sembari menyetir.  Entah mengapa ia merasa gelisah sejak pagi tadi, tak lama dering ponselnya menyapu indra pendengarannya. Langsung sa
Baca selengkapnya
DI SERANG?
Arsya berada di markas Black Rose, tentunya ia kesini atas perintah dari Rian. Sekarang ia tengah duduk dikursi paling pojok, disebelah kanan dan kirinya terdapat kursi yang berjejer kesamping. Kurang lebih disini ada 25 orang, Rian sendiri duduk disampingnya.  "Ada seseorang yang ikut andil dalam pembunuhan itu selain Hesa." "Siapa?" tanya Arsya bingung, setaunya Abimanyu dan Hesa lah pelaku pembunuhan itu.  "Laki-laki seumuran dengan Hesa. Sekarang dia berada di suatu tempat terpencil, tak ada yang mengetahui bahwa dia ikut andil dalam pembunuhan itu." "Om sudah tau siapa orangnya?" tanya Arsya kepada Rian hanya diam sedari tadi.  Rian mengangguk, "Om ngak tau dimana letaknya," jawabnya.  Arsya terdiam selama beberapa saat, ia takut jika orang itu berada disekitarnya dan mencelakai keluarganya termasuk Sera. Mengapa mafia ini tak bisa me
Baca selengkapnya
INI TAK MUNGKIN!
Di sebuah ruangan terdapat seorang lelaki bertopeng, dia tengah melihat kearah layar laptop yang menampilkan rekaman gudang rumah tua. Yang tak lain ialah rekaman Sera yang saat ini tertidur, lebih tepatnya pingsan. Dia lah yang memukul Sera dan juga orang yang mengirimkan pesan kepada Sera.  "Masa depanmu akan hancur!" ujarnya dengan senyum seringai yang sangat tipis nyaris tak terlihat.  Matanya tertuju kepada layar itu, sekarang posisinya berada di sebuah rumah yang letaknya tak jauh dari tempat Sera berada. Lalu pintu terbuka dan munculah salah satu orang yang mana merupakan asisten pribadinya. Orang itu mendekat kearahnya.  "Polisi sudah datang tuan." "Kita kesana sekarang!" 2 orang itu keluar dari dalam ruangan, kini mereka sudah berada diluar rumah tua ini dengan beberapa polisi yang berjejer rapi. Seketika polisi itu menundukkan kepalanya hormat. 
Baca selengkapnya
KE KANTOR POLISI
Di sebuah ruangan yang ada di salah satu kantor polisi terdengar suara seorang perempuan yang tengah menangis. Pasti jika orang lain mendengar tangisan pilu ini merasa kasihan, perempuan itu ialah Sera dengan baju tahanan ia menangis. Duduk di bangku panjang dan di depan sudah ada kedua orang tuanya.  Beberapa menit yang lalu Citra dan Rama datang, ia langsung dipanggil dan dikeluarkan dari dalam sel tahanan. Sera hanya bisa menangis, ia takut dan sekarang Rama dan Citra marah-marah.  "Sekarang mama ngak bisa bebasin kamu!" ucap Citra tajam.  "Sera takut ma hiks hiks," ujar Sera dengan nada lirih.  "Sudah papa bilang berkali-kali untuk cerai dengan Arsya. Papa ngak tau kamu yang ngebunuh Ragil atau enggak, kalau memang iya papa benar-benar kecewa sama kamu," tutur Rama dengan menunjuk ke arah Sera.  "Bukan Sera pelakunya," ucap Sera kesekian kalinya namun
Baca selengkapnya
MENINGGAL
Di sebuah pemakaman umum terdapat satu keluarga, salah satu di antara mereka jongkok disamping makam yang masih basah itu. Mereka ialah Citra, Rama, dan Liora. Citra dan Rama berada di sini mengantarkan Liora, sedangkan Liora sendiri tampak menangis sebab makam itu milik Ragil.  Ya, laki-laki yang berada di dalam satu ruangan bersama Sera ialah Ragil. Liora sangat terpukul membuat Citra tak tega melihatnya, Liora menangis meraung-raung. Hingga Citra ikut berjongkok di sebelah Liora, ia mengelus bahu Liora pelan.  "Sudah sayang. Nanti Ragil ngak tenang kalau kamu nangis," ucap Citra memberikan semangat.  "Tapi tante hiks hiks Ragil sahabat Liora dari kecil hiks hiks mengapa sekarang dia pergi lebih dahulu?" tanya Liora.  "Itu semua sudah takdir," sahut Rama.  "Aku ingin ikut Ragil tante," ucap Liora yakin.  Citra langsung memeluk
Baca selengkapnya
MENDAPATKAN KEKERASAN
Di sebuah ruangan rahasia yang berada di dalam markas Black Rose terdapat Arsya, Rian juga anggota beberapa anggota inti lainnya. Mereka duduk dikursi dengan meja panjang berada di tengah-tengah mereka. Di ruangan ini hanya ada pencahayaan dari lampu berwarna kuning, itupun berada di ujung ruangan.  Rian duduk di ujung tengah, yang mana di sana hanya ada 1 kursi. Sedangkan Arsya duduk diseberang Rian, mereka semua tampak serius melihat kearah tembok di depan Rian. Yang mana di tembok itu muncul sebuah layar seperti TV dengan bentuk lebar.  Di layar itu menampilkan sebuah video yang didapat oleh bawahan Rian. Intinya saat ini mereka sedang mencari tau bukti-bukti untuk membebaskan Sera dari dalam penjara.  "Matikan!" suruh Rian dan langsung dilaksanakan oleh anggota yang duduknya dekat dengan Layar itu.  "Di mana kalian dapat rekaman itu?" tanya Arsya.  "S
Baca selengkapnya
HANYA PURA-PURA?
Arsya berada tepat di pekarangan kediaman Louwen. Ia kesini bersama dengan Rian, bukan tanpa tujuan ia bertamu ke tempat ini. Sejujurnya ia ingin memperjelas pernyataan Rian kemarin, dari info uang dirinya dapat di mansion ini hanya ada Citra dan Liora.  Sedari tadi ia dengan Rian berdiri di depan pintu, mereka bisa masuk ke sini harus melewati beberapa pengecekan. Untung saja terdapat bodyguard yang mengenal Arsya dan membolehkan mereka untuk masuk.  "Kita masuk," ajak Arsya dan mendapatkan anggukkan dari Rian.  Mereka berdua masuk ke dalam tanpa permisi, setelah masuk mereka di suguhkan dengan pemandangan Citra yang duduk dengan Liora di atas sofa. Arsya langsung terkekeh sinis dan itu membuat Citra tersadar akan keberadaannya.  "Kenapa kalian bisa masuk?!" ucap Citra marah.  "Ini mansion Louwen! Bukan penghianat seperti anda!" jawab Arsya tak kalah sen
Baca selengkapnya
DI RAWAT
Alif, Reta dan juga beberapa bodyguard lainnya berada di depan ruang rawat salah satu rumah sakit ternama. Mereka semua menunggu Sera yang tengah ditangani oleh dokter. Tadi setelah Sera ditemukan mereka terkejut mendapati Sera yang berada di gudang lantai paling atas dalam keadaan pingsan.  Tangan Sera pun diborgol hingga lecet dan juga luka dibeberapa anggota tubuhnya. Tanpa berlama-lama lagi, Alif dan Reta membawa Sera ke rumah sakit yang letaknya tak jauh dari kantor polisi. Mereka pun meminta bodyguard menyelidiki mengapa Sera bisa berada di gudang yang sangat kotor itu sendiri. "Bagaimana jika Sera kenapa-napa?" tanya Reta yang sedari tadi berjalan ke sana kemari.  "Kamu jangan berpikiran yang tidak-tidak," balas Alif seraya menenangkan Reta. Tak lama dokter keluar, Alif dan Reta langsung mendekat kearahnya.  "Nona Sera kekurangan cairan tubuh. Luka-luka yang ada ditubuhnya sudah
Baca selengkapnya
KEMARAHAN SANG TERTUA
Di mansion Louwen Fikri berjalan dengan langkah panjangnya. Ia berdiri di ruang tamu dan berteriak memanggil anak dan menantunya. Ia marah saat mengetahui kabar Sera berada di dalam penjara, dan Rama sekali tak memberitahu kabar ini kepada dirinya.  "RAMA!" teriak Fikri dengan dada naik turun menandakan bahwa emosinya siap meledak kapan saja.  "Ada apa pa?" tanya Rama seraya menuruni tangga dengan langkah tergesa-gesa.  "Kenapa kau masih berada di sini sedangkan anakmu berada di penjara?!" tanya Fikri.  "Biar dia jera, dia pembunuh pa! Perbuatan Sera membuat nama Louwen menjadi tercoreng," sahut Rama.  "Dan kau diam saja melihat cucu saya menderita di sana? Orangtua macam apa kalian?!" bentak Fikri.  "Meningan papa pulang istirahat, nggak perlu ngurusin Sera," ucap Rama yang membuat Fikri tambah emosi.  
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status