“Menikahlah denganku, atau perusahaanmu akan bangkrut detik ini juga.” Draco Arsya Giory. “What? Kita musuh dan kau mengajakku menikah?, yang benar saja?!.” Sera Capela Louwen. Tentang 2 perusahaan yang bermusuhan dari jaman dulu, salah satu dari mereka mengalami kebangkrutan. Arsya mengajak Sera untuk menikah, dan jelas Sera menolak nya. Bagaimana tak menolak, keluarganya dan keluarga Arsya saling bermusuhan. Sejak kecil Sera diajari untuk membenci Arsya, begitu juga dengan Arsya yang sejak kecil juga disuruh untuk membenci Sera. Apakah mereka akan menikah? Bagaimana tanggapan keluarga Sera jika mengetahui dia menikah dengan musuh keluarga Sendiri? Apakah mereka berhasil mencari tau tentang awal mula keluarga mereka bermusuhan?.
Lihat lebih banyakDi rumah yang sangat besar dan mewah nampak dua orang dewasa tengah bermain-main di halaman belakang dengan 1 anak kecil laki-laki yang masih berumur 4 tahun. Mereka adalah anggota keluarga Giory.
Siapa yang tak mengenal marga itu? Menempati posisi ke 2 sebagai keluarga paling kaya di dunia membuat semua orang mengenalnya. Terutama keturunan ke 5 dari keluarga itu, yang mana merupakan dia merupakan anak tunggal.
“Arsya mau dedek, bunda,” ucap sang anak yang bernama Draco Arsya Giory.
Sedangkan 2 orang dewasa itu bingung setelah mendengar penuturan sang anak. Tak biasanya Arsya meminta itu, dulu ia tak mau memiliki adik. Namun mengapa sekarang malah meminta adik?.
“Adik kan udah jadi dedek,” jawab sang bunda yang bernama Reta.
“Betul tuh,” timpal suami Reta yang bernama Alif.
Mendengarkan jawaban dari kedua orang tuanya, Arsya mengerucutkan bibirnya sebal namun di mata Alif dan Reta itu sangat menggemaskan. Reta mencubit pipi Arsya karena tak tahan melihat wajahnya yang lucu. Sedangkan Arsya yang dicubit semakin kesal.
“Bunda, Ayah, Arsya mau dedek pokoknya,” tutur Arsya seolah-olah tak ingin dibantah.
Reta menatap sang suami dengan alis ditautkan, sedangkan Alif tak tau mau menjawab apa. Mereka tak ingin mempunyai anak, apalagi Reta yang tak ingin jika Arsya kekurangan kasih sayang darinya.
Alif berkata, “Kalau Arsya punya adik, nanti adiknya sayang sama keluarga Louwen.”
Mendengar penuturan dari ayahnya Arsya menggeleng tegas. “Arsya ndak mau punya dedek,” ucapan Arsya membuat Alif dan Reta tersenyum puas.
Namun tiba-tiba terdengar suara langkah kaki, Arsya dan dua orang dewasa itu menoleh ke asal suara. Melihat siapa yang datang, Arsya pun berlari kearahnya dengan senyum mengembang.
“KAKEK ARSYA KANGEN,” teriak Arsya sembari berlari ke arah orang yang baru saja datang tadi. Dia adalah Wisnu orang tua dari Alif.
Wisnu menggendong tubuh Arsya. “Kakek juga kangen sama, Adek,” ucapnya lalu berjalan ke arah Alif dan Reta yang tengah duduk.
“Tumben kesini?” Ucap Alif, tak biasanya Wisnu datang berkunjung tanpa memberitahu mereka terlebih dahulu.
“Papa mau ngomong sama Arsya tentang 'Itu' dan kalian diam saja,” ucap Wisnu sembari menatap anak dan menantunya satu persatu.
Wisnu menaruh tubuh mungil Arsya kepangkuannya, sedangkan Arsya hanya diam menurut matanya melihat ke arah sang kakek. Wisnu menyuruh Arsya mendengarkan ucapannya, dan dia pun menurutinya.
“Arsya tau kan musuh kita siapa?” tanya Wisnu kepada Arsya, seketika Arsya mengangguk.
“Kalau Arsya besar, Arsya harus bisa mengalahkan keluarga Louwen. Kita harus menjadi nomer 1,” ucap Wisnu menggebu-gebu.
Sedangkan Arsya mengangguk semangat. “Arsya akan menjadikan keluarga ini nomer 1,” ucapnya semangat.
Wisnu mengacak rambut Arsya. “Bagus. Kamu akan menjadi cucu kakek yang hebat,” pujinya.
“Arsya harus bisa mengalahkan Louwen dan Giory akan menjadi nomer satu. Keluarga Louwen lah yang membuat kita berada di posisi kedua,” imbuh Wisnu.
Arsya mengelus lembut pundak tegap Wisnu. “Arsya akan membuat nama Louwen diurutan terakhir. Musuh akan tetap menjadi musuh dan Sera akan menjadi musuh Arsya selama-lamanya. Arsya akan menghancurkan Sera,” ucap Arsya, mereka yang ada disana tersenyum puas. Tak sia-sia mereka memanjakan Arsya, sekarang anak kecil itu sangat penurut. Mungkin satu perusahaan akan Wisnu berikan kepadanya karena telah menjadi anak yang penurut.
Arsya pun ikut tersenyum puas mendengar kalimat demi kalimat yang terucap dari mulutnya. Arsya tak tau jika ucapannya di masa depan akan sangat berpengaruh. Arsya hanya tau jika musuh keluarga Giory adalah keluarga Louwen. Dari kecil ia sudah diajarkan untuk mengenal siapa musuh bebuyutan keluarganya.
“Adek mau minta mainan apa sama, Kakek?” tanya Wisnu.
Mata Arsya berbinar setelah mendengarnya. “Mau mobil-mobilan, kakek beliin yah.”
“Apapun yang cucu kakek mau akan kakek belikan,” tutur Wisnu seraya mengacak rambut Arsya dengan gemas.
Alif dan Reta tersenyum ketika melihat sang anak mendapati perhatian lebih dari Kakeknya. Arsya cucu tunggal Wisnu. Jadi, apapun yang dia inginkan pasti terwujud. Bahkan sebelum Arsya lahir, Wisnu sudah memberikan dia hadiah yang banyak. Setiap Arsya ulang tahun, Wisnu akan merayakannya dengan meriah.
***
Ditempat lain diwaktu yang sama juga terdapat beberapa orang dewasa tengah menemani anak perempuan berusia 4 tahun. Anak perempuan itu bernama Sera Capela Louwen yang merupakan cucu tunggal dari keluarga Louwen.
“Sera, sini sayang,” panggil wanita dewasa yang tak lain adalah Citra, mama Sera.
Sera berlari kearah mamanya yang tengah duduk bersama keluarganya yang lain. Disana sudah ada kakeknya dan papanya, Sera duduk diantara opa dan papanya. Sedangkan Citra memilih untuk duduk disebelah suami.
“Sera, sekarang umur kamu berapa?” tanya sang opa yang bernama, Fikri.
Sera mengangkat jarinya membentuk angka 4. “Sera, umur 4 tahun Opa,” ucapnya.
“Pintar,” puji Fikri dan mencium pipi berisi milik sang cucu.
“Sera, nggak boleh main sama Arsya lagi. Kalau ada Arsya, Sera ajakin berantem aja, jangan lupa kalau Sera udah besar harus bisa mertahanin kedudukan keluarga Louwen menjadi nomer 1. Sera, harus bersaing dengan keluarga Giory. Pokoknya keluarga Giory ngak boleh rebut posisi kita,” tutur Fikri dengan mimik wajah serius.
Sedangkan Sera mendengarkan dengan seksama ucapan sang opa. Setiap kalimat yang opanya keluarkan Sera langsung mengangguk semangat.
“Sera, harus bikin posisi keluarga Giory berada diurutan paling dibawah,” Ucap papa Sera yang bernama Rama.
Sera mengangguk semangat. “Sera, akan buat keluarga Giory miskin. Sera juga bakal mengingat kalau mereka musuh keluarga kita. Musuh tetap musuh, kalau ketemu sama Arsya harus ngeluarin mata yang serem. Arsya adalah musuh Sera, dan Sera akan selalu benci sama Arsya,” ucap Sera panjang lebar dengan nafas memburu.
“Pintar,” Puji mereka semua.
“Anak papa sama mama memang pintar. Keturunan Louwen tak ada yang bodoh!” ujar Rama dan mendapatkan anggukan setuju dari semua orang.
“Sera ngak boleh sayang sama Arsya!” peringat Fikri.
“Sayang? Apa itu?” tanya Sera tak paham, umurnya baru 4 tahun mana mengerti soal sayang-sayangan.
Fikri berkata, “Kalau Sera udah besar pasti tau tentang apa itu cinta dan sayang.”
“Harus nunggu Sera besar baru tau?” tanya Sera memastikan.
Semua yang ada disana mengangguk dan tersenyum kearah Sera, apalagi Fikri yang sudah berhasil menghasut Sera supaya membenci Arsya. Dari generasi pertama keluarga Giory dan keluarga Louwen memang bermusuhan.
Arsya dan Sera menyandang status sebagai generasi ke 5 dari masing-masing keluarga. Baik Arsya maupun Sera hanya tau jika permusuhan ini berasal dari generasi ke 1. Mereka dari kecil sudah diajarkan untuk tak boleh jatuh cinta satu sama lain. Mereka saling membenci, atas hasutan dari masing-masing keluarga. Bagaimanakah kisah mereka saat dewasa, apakah permusuhan itu akan tetap ada dari generasi ke generasi?.
Pagi harinya Sera disibukkan dengan kegiatan rutinnya, yaitu membantu Skay dan Darka bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Jangan lupakan fakta bahwa ia juga harus membantu Arsya bersiap-siap ke kantor, semuanya berteriak di tempat masing-masing membuat ia pusing. Darka dan Skay berada di kamarnya, dan Arsya juga berada di kamar. Mereka mencari sesuatu tak ketemu-ketemu sedangkan Arsya pun begitu, dia tak mau mencari sendiri dan berakhir saling bersahutan dengan Skay dan Darka memanggil nama Sera. "Momy, dasi dedek mana?" "Momy kaos kaki Skay hilang, mau beli lagi." "Kaos kaki kakak enggak hilang, jadi enggak usah beli lagi!" "Dasi dedek ada di kasur!" "Sayang berteriak lah, suara kamu enggak kedengaran oleh mereka." "Kamu juga! Dari dulu enggak mau pakai dasi sendiri." Begitulah perdeba
Seperti apa yang dikatakan tadi, Arsya dan Sera sudah berada di taman bermain khusus untuk anak-anak. Mereka duduk di bangku panjang bersama dengan Rian dan Lita, anak-anak bermain di depan sana. Lita membawa anaknya yang berusia 1,5 tahun berjenis kelamin laki-laki.Anaknya lucu dan mirip sekali dengan Rian dan Lita, Arsya sendiri berbincang-bincang dengan om nya itu. Rian sendiri sedikit terkejut melihat Arsya yang sudah dewasa dan penuh wibawa, sementara Sera dan Lita menghibur baby boy itu. Dua sahabat itu sama-sama sudah menikah dan mempunyai anak."Astaga, aku lupa nanya nama anak kamu," ujar Sera sembari menepuk jidatnya."Namanya Razka, itu yang kasih nama Rafa," jawab Lita."So sweet banget, Rafa pasti seneng punya adek laki-laki, dia juga udah besar terakhir kali ketemu dia masih nangis kalau minta eskrim," ucap Sera."Rafa baik banget, per
4 Tahun berlalu, kini kedua anak Arsya dan Sera sudah berumur 4 tahun. Mereka sangat aktif, apalagi Skay yang suka sekali mengganggu adiknya. Setiap beberapa bulan pasti keluarga Arsya atau Sera datang ke sini dan menginap selama 1 atau 2 bulan lamanya.Arsya mempunyai rumah mewah yang ukurannya tak terlalu besar, ia tak lagi tinggal di apartemen sejak 3 tahun yang lalu. Karena anak-anaknya sangat aktif, apalagi lantai apartemen berada paling atas. Jadi lebih baik mencegah sebelum hal buruk akan terjadi. Sekarang ini Arsya dan Sera berada di ruang bermain milik Skay dan Darka."Momy, dady, kenapa enggak adek aja sih yang jadi kakak?" tanya Darka yang saat ini berada di pangkuan Sera."Karena kakak kamu lahir duluan," jawab Sera seadanya."Teman-teman adik yang laki-laki jadi abang semua, adek sendiri yang jadi adek," ucap Darka."Memangnya kenapa kamu mau
Sera dan Arsya berada di trotoar, masing-masing dari mereka mendorong stroller yang berisikan baby Skay dan baby Darka. Mereka akan pergi menuju taman, karena di sana ada bazar. Sudah lama sekali Sera datang ke acara seperti itu, dan baru sekarang kesampean.Kedua anaknya pun sudah bisa sedikit untuk di atur, makanya ia berani membawa mereka keluar dari apartemen. Arsya berjalan sembari mendengarkan musik dari headset miliknya, tenang saja ia masih bisa mendengarkan jika Sera berbicara begitu juga dengan celotehan Skay dan Darka."Kamu beli tiketnya supaya kita bisa masuk," suruh Sera saat mereka sudah sampai di pintu masuk taman."Beli berapa?" tanya Arsya."2 aja, Skay sama Darka masih kecil," jawab Sera."Baiklah." Arsya berjalan membeli tiket, sementara Sera memegang dua stroller.Tak lama kemudian Arsya kembali, mereka
Detik, menit, jam, hari berlalu begitu cepat. Tepat pukul 3 dini hari Sera melahirkan 2 anaknya dalam keadaan sehat. Saat ini pun Arsya berada di ruang rawat Sera, tadi saat bayinya lahir ia meneteskan air mata karena terharu. Beberapa menit yang lalu Sera baru saja selesai menyusui kedua anaknya.Kebahagiaan semakin bertambah tak kala anak mereka berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, mereka mempunyai anak yang sepasang. Kedua anak itu sedang digendong oleh kedua neneknya yang baru saja datang. Suasana di sini ramai karena ada keluarga Arsya dan Sera, sedangkan Arsya sendiri menemani Sera di brankarnya."Terima kasih Sera," ucap Arsya tulus dari hati yang paling dalam."Sama-sama," balas Sera sembari tersenyum. Ia bangga dengan dirinya sendiri yang berhasil melahirkan dua anak itu dengan normal walapun resikonya tinggi."Arsya, kamu enggak mau gendong baby boy nya?" tanya
Tak terasa perut Sera sudah membesar, Arsya pun semakin protektif kepada Sera. Sera pun masih mengalami mual dan muntah tapi ia bersyukur karena masih ada Arsya di sekitarnya. Arsya selalu siap jika ia butuhkan, dia laki-laki yang siaga dalam 24 jam. Arsya juga selalu mengingatkan Sera agar dia minum obat tepat waktu.Hari-hari mereka habiskan dengan jalan-jalan berkeliling sembari menghapal tempat-tempat yang ada di sini. Kemarin Arsya belanja banyak sekali baju untuk Sera, dan saat ini pun mereka tengah belanja baju untuk kedua baby mereka yang sebentar lagi akan lahir. Walapun sedang mengandung, Sera masih saja terlihat cantik."Kamu kalau ambil jangan ragu-ragu, ambil sepuas kamu sayang," ucap Arsya."Nanti enggak kepake kalo banyak-banyak," sahut Sera malas."Cari warna yang netral yang cocok untuk laki-laki dan perempuan," pesan Arsya."Iya, ak
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen