Semua Bab Kawin Culik Sang Jenius: Bab 81 - Bab 90
109 Bab
81. Selembar Foto Jayden dengan Wanita Lain
. . . “Bos. Apakah anda terluka?” Tanya Kasim Sambil melihat-lihat beberapa memar ditubuh tua bosnya itu. “Brengsek kau Kasim! Kenapa kau tidak membantuku? Hah?” Bos Li dengan geram langsung menyemprot Kasim dengan amarahnya. Pesuruh sialan itu malah melindungi dirinya sendiri dan membiarkannya dibantai oleh gadis gila disana. Tentu saja, ini adalah kedua kalinya ada orang yang berani melakukan itu kepadanya. Yang pertama adalah isterinya, dan yang kedua adalah gadis muda dihadapannya. Entah mengapa, melihat wanita beringas itu, Bos Li tidak bisa melawan. Bukan karena dirinya tua, tetapi ada sesuatu didalam diri gadis itu yang berhasil menundukkannya. Mungkin saja, itu yang dirasakan oleh bocah tengik itu juga. Batinnya. Kembali memandang gadis gila itu, Bos Li kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. “Siapapun namamu. Ini untukmu. Tinggalkan Jayden dan semua uang itu menjadi milikmu.” Kata Bos Li seakan enggan menatap wanita
Baca selengkapnya
82. Mawar Ingin Pergi
. . . Minggu telah berganti minggu, sudah genap satu bulan Jayden meninggalkan pulau Henai dan tidak pernah kembali kesana. Bibi Hans yang mengetahui hal itu merasa sangat janggal tetapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena dirinya hanya seorang kepala pelayan. Beberapa kali ia memang sempat menghubungi kediaman Blue Ocean Hill, tetapi dia selalu mendapat cerita bahwa Tuan-nya itu sangat amat sibuk di ruang kerjanya. Padahal sebetulnya, Jayden tidak perlu melakukan semua hal itu. Biasanya, ia selalu mengecek perusahaannya dari email atau dokumen yang dibawa Suseno ke pulau Henai. Tetapi sekarang, sang Tuan malah mengerjakannya di pusat kota seakan ia sedang menghindari sesuatu di Pulau Henai. Apakah sebenarnya Tuan dan Nyonya-nya itu sedang bertengkar? Batinnya dalam hati sembari melihat Mawar yang terus belajar dengan para guru disana. Mawar, sang Nyonya, sekarang tidak pernah menanyakan tentang sang Tuan lagi. Seingatnya, terakhir kali
Baca selengkapnya
83. Rekaman yang Tersingkap (1)
. . . Malam harinya di pusat kota, Jayden masih saja sibuk dengan dokumen-dokumen miliknya. Beberapa kali, ia mendapatkan panggilan dari Suseno tetapi ia selalu menolaknya. Kali ini, Jayden benar-benar hanya ingin menyibukkan diri saja supaya ia tidak kembali marah dengan wanita di Pulau Henai itu. Sudah cukup Mawar mengacaukan dunianya. Saat ia sedang duduk di kursi kerja miliknya, tiba-tiba saja Suseno menghampirinya. Bukankah dia sudah menolak panggilan dari asistennya itu? Tetapi mengapa asistennya itu malah datang ke ruangannya?! Batin Jayden dengan sedikit rasa jengkel dihatinya. Dengan berat hati, ia lalu bertanya kepada sahabatnya itu. “Ada apa lagi? Jangan ingatkan aku lagi pada pulau Henai. Apa kau mengerti?!” Jayden menutup berkas terakhirnya lalu ia beranjak dari sana. “Oh. Tidak Jay. Aku tidak mau mengingatkanmu soal pulau Henai. Hanya saja, aku ingin mengajakmu bersenang-senang. Apa kau mau?” Suseno lalu mengedipkan matan
Baca selengkapnya
84. Rekaman yang Tersingkap (2)
. . . Tok! Tok! Tok! Sebuah ketukan pada pintu kaca mobil miliknya menyadarkan Jayden dari lamunannya. “Jay. Kau sedang mabuk. Biarkan aku menggantikanmu menyetir.” Suseno telah bersiap untuk membuka pintu pengemudi pada mobil Porsche itu. Tetapi Jayden kemudian menghentikannya. “Tidak usah. Aku akan pulang. Semua urusan di pusat kota, kau yang tangani.” Setelah berkata demikian, Jayden lalu menyalakan tombol pada starter mobilnya dan melaju dari sana dengan kencang. Disitu, diparkiran Club malam, Suseno mengedip-ngedipkan matanya. Apakah dirinya baru saja ditinggalkan begitu saja disana? Lalu bagaimana cara dia pulang? Batinnya lalu berusaha mengejar mobil itu. “Jay, Jay. Tunggu aku! Sial! Apa kau meninggalkanku begitu saja hah?!” Ter-engah-engah, Suseno mengatur nafasnya. Melihat ke kanan dan ke kiri, dia lalu melihat sebuah mobil sedan hendak keluar dari sana. Mungkin, dia bisa menumpang? Batinnya dalam hati sebelum
Baca selengkapnya
85. Rasyid Ingin Bertobat
. . . “Bos. Bagaimana kondisi tangan anda?” Seorang anak buah hari ini berkunjung ke kediaman Rasyid yang ada di pinggiran kota itu. “Sudah lebih baik. Bagaimana yang lainnya?” Sahut Rasyid balik bertanya kepada anak buahnya itu. “Sudah lebih baik juga Bos. Hanya beberapa orang saja yang mengalami retak dan patah tulang. Tetapi sebentar lagi, mereka pasti akan sembuh.” Anak buah itu menjelaskan situasi yang ia ketahui kepada Rasyid yang masih berbaring di ranjangnya. “Baiklah. Apakah kau ada kabar yang lainnya?” Rasyid kemudian bertanya kepada anak buahnya itu. Sudah sebulan, ia menyuruh orang untuk mengawasi Blue Ocean Hill dari jarak jauh. Dan ia ingin mendengar berita tentang kediaman misterius itu. “Tidak ada Bos. Penguasa itu bahkan tidak pernah keluar rumah. Hanya beberapa karyawannya yang datang untuk mengirimkan dokumen-dokumen. Lalu…” “Lalu apa? Cepat katakan!” Rasyid menjadi tidak sabar karena anak buahnya itu
Baca selengkapnya
86. Sang Isteri Pindah ke Kamar Lain
. . . Di Pulai Henai, pada pukul 01.00 dini hari, sebuah pesawat terdengar telah mendarat di landasan yang berada tidak jauh dari rumah pantai itu. Bibi Hans yang mendengarnya seketika terbangun dan langsung membuka pintu utama di rumah besar itu. Ia tahu sang Tuan pasti telah datang. Sambil menengok ke arah beranda, ia terus memperhatikan arah jalan yang saat ini telah menampilkan sosok yang sangat dikenalnya. Benar, itu tuannya! Dengan setelan menawan, tuannya itu dengan gagah menyingsingkan jaketnya dan berjalan untuk menuju ke arah rumah itu. Seperti biasanya, tuan-nya itu begitu tampan dan bahkan sangat tampan. Sangat cocok sekali bersanding dengan Nyonya-nya yang begitu cantik. Apabila Nyonya-nya hamil, pasti mereka berdua memiliki anak yang sangat rupawan. Batin bibi Hans di dalam hati sebelum ia menyapa sang Tuan yang baru tiba itu. “Selamat malam Tuan.” Bibi Hans lalu menyapa kedatangannya. “Selamat malam Bi. Dimana Mawar?” Ja
Baca selengkapnya
87. Penguasa Itu Adalah Mantan Budak Mawar?
...Siang hari tampak begitu terik di pusat kota. Suasana panas itu pula yang dirasakan oleh Rasyid yang masih tidak tahu keberadaan Mawar. Ia bingung sekali. Ditemani oleh calon kakek mertuanya, ia saat ini sedang berada di ruang tamu untuk menerima informasi dari detektif swasta yang beberapa waktu lalu sempat disewanya.“Informasi apa yang kau dapatkan?” Rasyid bertanya dengan wajah seriusnya. Ia berharap, informasi kali ini sangat valid, karena ia bisa membunuh siapapun yang dicurigainya.“Begini Pak, sewaktu di kampus, Mawar pernah menjadikan seorang pria menjadi budak dan bahkan bertahun-tahun Mawar selalu memeras dan membulinya.” Kata detektif itu yang membuat sang kakek terkejut.“Apa kau bilang? Aku tahu Mawar arogan, tetapi setahuku dia tidak akan seperti itu.” Sahut sang kakek merasa tidak terima. Ia tahu Mawar sangat kasar, tetapi ia tidak suka mendengar ada orang lain yang menfitnah Mawar me
Baca selengkapnya
88. Ingin Bercerai
...Sementara itu di pulau Henai, Jayden terlihat mondar-mandir di dalam kamarnya. Ia berpikir kenapa Mawar begitu lama belajarnya? Seharusnya, bukankah para guru itu sudah pulang?! Sambil mengendap-endap ia lalu mengintip pada pintu yang sedikit dibukanya.Shit! Benar. Guru-guru itu masih saja ada disana. Padahal Jayden sudah sangat rindu untuk bertemu dengan istrinya itu. Beberapa waktu menunggu, akhirnya Jayden merasa bosan juga! Meskipun ia sudah mandi sebanyak dua kali dengan air dingin, tetapi pikirannya tidak bisa segar sama sekali. Bagaimana ini, apakah dia harus keluar untuk mengusir guru-guru itu atau tidak? Batinnya dalam hati sambil memegang dagu lancipnya.Setelah memikirkannya beberapa saat, Jayden memantapkan hatinya. Guru-guru itu harus diusirnya! Ini sudah 5 jam Mawar belajar, dan rasanya itu sudah sangat cukup untuk hari ini! Melangkahkan kakinya ke depan, Jayden lalu menyambar gagang pintu di depannya.“Kalian&hell
Baca selengkapnya
89. Marahan (1)
...Semenjak saat itu, baik Jayden maupun Mawar sama-sama mengunci diri di kamar mereka masing-masing.  Mawar dilantai atas dan Jayden di lantai bawah. Bagai sebuah peperangan, mereka berdua tidak bertegur sapa dan tidak berjumpa satu dengan yang lainnya. Bahkan sudah beberapa hari, mereka menolak untuk makan di ruang makan keluarga. Hal itu tentu membuat bibi Hans yang sudah tua merasa sangat cemas.Pertempuran batin itu sudah berlangsung beberapa hari, dan tidak ada penyelesaian diantara mereka. Jayden memilih untuk menahan emosinya dan Mawar memilih untuk diam sampai ia diceraikan. Rumah yang awalnya bahagia itupun dalam sekejap berubah menjadi sebuah neraka. Bibi Hans saja menjadi tidak betah untuk tinggal bersama Tuan dan Nyonya-nya itu.Melihat situasi itu, mau tidak mau Bibi Hans harus mencari sebuah bantuan. Untuk itu ia menghubungi Suseno untuk datang kesana.“Bibi Hans, ada apa?” Setelah memasuki rumah, Suseno be
Baca selengkapnya
90. Marahan (2)
...Sementara itu Jayden di ruang kerja rahasianya, mencoba untuk melupakan semua yang didengarnya. Mawar, wanita itu, benar-benar brengsek! Berani sekali dia meminta untuk bercerai?!“Shit!!!” Dengan panas hati, Jayden lalu mengumpat Mawar di sela-sela kesibukannya itu. Brengsek! Mawar benar-benar telah membuatnya sangat marah kali ini. Sambil meneguk segelas Vodka, Jayden berusaha menenangkan dirinya tetapi ia tidak bisa.Dunianya sangat kacau dengan kata-kata dari wanita itu. “Ayo kita bercerai.” Kata-kata sialan itu terus saja terngiang di kepalanya yang membuatnya semakin penat. Menyugar rambutnya frustrasi, Jayden kemudian dikejutkan oleh sebuah suara ketukan pintu dari luar.Tok! Tok! Tok!“Masuk” Ucapnya kemudian di-ikuti oleh langkah kaki Bibi Hans yang membawakannya makan siang.“Tuan. Nyonya bilang, dia mau meminjam laptop anda.” Kata Bibi Hans kepada Jayden yang meny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status