All Chapters of Jodoh Dikejar, Kau Kudapat: Chapter 41 - Chapter 50
69 Chapters
Acara Ulang Tahun Fatma
"Selamat ulang tahun, Tante. Doa terbaik ya, Tan."Gala memberi ucapan selamat pada Fatma yang malam ini terlihat cantik dengan gaun batik selututnya. Ucapan itu tulus dari hati Gala yang paling dalam. Ia tak bisa berbohong jika memang menyayangi Fatma seperti orang tuanya sendiri. Meski Fatma telah berlaku kejam padanya. Namun, Gala sama sekali tak membenci perempuan itu. Gala masih sopan dan baik dengan Fatma. Tak ada hal yang perlu untuk dipermasalahkan bagi Gala. Jika memang Tuhan mengujinya lewat jalinan kasihnya dengan Gendis itu artinya ia hanya perlu bersabar dan lebih berjuang lagi. Fatma tersenyum ketika menyambut kedatangan Gala. Ia pikir Gala tak akan datang sebab berpikir jika lelaki itu 'takut' tuk bertemu dengannya. Nyatanya, Gala begitu yakin dan percaya diri menghadapinya. "Makasih ya, Gal." Fatma lagi-lagi tersenyum ketika sebuah kotak kecil Gala berikan padanya, Fatma menerima kado pemberian Gala sungkan, "Harusnya kamu nggak usah repot-rep
Read more
Penuh Tanya
Ini bukan sekedar acara syukuran kecil-kecilan. Acara ulang tahun Fatma justru terkesan lebih meriah dibanding dengan konser amal yang pernah Gala adakan beberapa tahun lalu. Semua itu bukan dilihat dari banyaknya pengisi acara yang turut memeriahkan acara tersebut. Melainkan banyaknya tamu yang hadir tuk sekedar mengucapkan selamat pada perempuan yang malam ini usianya genap 50 tahun. "Tamu undangan Mamamu banyak juga ya, Dis?" tanya Alea yang juga turut diundang oleh Fatma. Malam ini formasi sangat lengkap ketika di satu meja bundar sudah ada Alina, Alea, dan Gendis. Satu orang yang tak ketinggalan tentu saja adalah Gala. Sebenarnya Gala cukup sungkan berada satu meja dengan ketiga perempuan itu. Ia tentu saja malu ketika harus menjadi satu-satunya lelaki di meja tersebut. Gala sudah mengutarakan niatnya tuk bersama dengan Januar namun Gendis dengan terang-terangan menolak hal tersebut. Keberadaan Gala di sampingnya tentu saja tak akan Gendis sia-siakan. P
Read more
Pertunjukan Bagus
Acara yang Fatma gelar masih belum berakhir. Bahkan ketika waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam acara tersebut tak ada tanda-tanda akan segera usai. Gala tak mempermasalahkan waktunya yang harus menunggu ke acara inti. Menunggu adalah hal yang paling membosankan. Tapi setidaknya dengan adanya Gendis di sisinya membuat Gala melupakan waktunya selama berjam-jam tuk sampai ke inti acara. Akan tetapi semakin malam entah mengapa hati Gala merasa risau dan ia tak tahu sebab akibatnya. Tak bisa ia pungkiri jika ada yang mengganjal di sudut hatinya. Ia mencoba mencari tahu sumber keresahan di hatinya, sayang sekali ketika jawaban itu juga tak kunjung ia temukan. "Kamu kenapa sih, Mas? Kamu udah capek ya?" tanya Gendis merasa ada yang aneh pada Gala. Perempuan itu cukup bisa mengerti perubahan kecil dalam diri Gala. Padahal Gala hanya sering mengetukkan tangan pada pahanya saja. Gala menipiskan bibirnya skeptis. Ia tak menyangka jika Gendis teramat mengerti ak
Read more
Kecewa itu Konsekuensi
Jatuh hati tidak bisa memilih. Itu bukan kuasa kita. Tuhanlah yang mengatur segalanya. Di sini kita hanyalah korban. Ketika kecewa hanya akan menjadi konsekuensi. Sementara bahagia adalah bonus. Tapi kali ini, Gala sedang berada di fase kecewa. Ia benar-benar tak menyangka malam ini akan terjadi begitu cepat. Ini di luar kendalinya. Ia tak bisa berbuat apa-apa tuk sekedar bisa mengubah takdirnya. "Mas Gala, dengerin aku dulu, Mas!!" pekik Gendis ketika ia berhasil menyusul Gala yang sudah keluar rumahnya. Napas Gendis sedikit terengah-engah. Sejak tadi matanya tak pernah melepaskan padangan pada sosok Gala yang sudah tak mau melihat ke arahnya. Hal itu tentu saja membuat hatinya ikut terluka. "Kamu ngapain keluar sih, Dis?" tanya Gala dengan mata yang tetap tak mau menatap Gendis. Hatinya tak kuat tuk sekedar melihat perempuan yang ia cintai namun kini menggores luka yang teramat dalam. Katakanlah jika Gala memang lemah. Ia mengakui hal tersebut. "
Read more
Tiga Bulan Lagi?
Hari ini mungkin adalah hari paling bahagia dan penuh sejarah. Akan tetapi hari itu tak berlaku bagi Gendis sebab ia merasa hari ini adalah hari paling menyesakkan baginya. Hari bahagia itu hanya berlaku pada Fatma. Senyum masih tersungging sampai saat ini. Bahkan setelah tak ada satu pun tamu di rumahnya. Kebahagiaan itu jelas terpancar di wajahnya yang masih cantik di usianya yang menginjak setengah abad. "Mama senang banget hari ini. Akhirnya kamu udah bertunangan malam ini. Kayaknya hari ini nggak bakal bisa Mama lupain deh," ungkap Fatma dengan menggebu. Wajahnya terlihat ceria, kerutan halus mulai terlihat karena saking lamanya ia tersenyum. "Aku nggak nyangka kalau hari ini bakal ada second party," komentar Januar yang baru saja menyesap teh hangat. Kepalanya terasa pening sehingga ia meminta Mbok Las untuk menyeduhkannya teh. Efek acara yang penuh kejutan malam ini membuatnya ikut terkejut. Januar yang notabene sebagai anak pertama di keluarga Raharjo jug
Read more
Mencari Kesibukan
Pagi ini langit sedikit mendung. Akan tetapi seperti yang kita tahu jika tak selamanya mendung berarti hujan. Bisa saja beberapa menit kemudian langit kembali bersinar cerah. Langit pagi ini rupanya menggambarkan suasana hati Gala. Lelaki itu baru saja masuk ke gedung capital tower di mana Manggala Group berada. Tak ada raut ramah yang biasa ia tunjukkan. Bibir Gala tertekuk ke bawah. Alisnya hampir menyatu. Raut wajah Gala sungguh lain daripada biasanya. Di sampingnya, Angga berjalan mengikuti langkah lebar atasannya. Ia belum sempat bertanya ada apa dengan sikap Gala yang bisa disebut luar biasa. Gala menghentikan langkahnya. Matanya mengarah ke segerombolan karyawannya yang tengah bersantai ria. Terlihat sekali obrolan mereka sangat seru. Bahkan sesekali mereka tertawa bersama. Entahlah, Gala tak tahu topik obrolan mereka. Namun, hal itu rasanya cukup mengganggu bagi Gala. Hatinya terusik melihat orang lain bisa tertawa dengan begitu bebasnya. Sementara d
Read more
Are You Okay?
"Kamu mau tidur di kantor, Gal?"Angga membuka pintu ruangan Gala ketika tak ada tanda-tanda Gala keluar dari ruangannya. Angga yang bersiap pulang tentu saja tak enak jika harus pulang lebih dulu dibanding dengan atasannya. Terlebih lagi, ia cukup khawatir dengan Gala yang hari ini bak kerasukan 'Setan Rajin'. Atasannya tersebut sangat kalap bekerja seolah tak ada lagi hari esok. Ia baru mendengar kabar pertunangan Gendis ketika ia tak sengaja melihat story Alina (yang kebetulan ia ikuti) di sosial media. Seketika kepala mulai merangkai kepingan-kepingan puzzle yang ia temui. Pertunangan Gendis dan bagaimana kalapnya Gala bekerja sudah membuat Angga menyimpulkan satu hal. Gala ingin sekedar melupakan kesedihannya dengan memaksimalkan pekerjaan. Dan Angga tak suka akan fakta tersebut. Namun, bukan berarti Angga juga akan mendakwa Gala dengan sebutan 'lelaki lemah' atau 'lelaki payah'. Tak ada yang tahu bagaimana isi hati seseorang, apa yang dirasakan orang lai
Read more
Mengistirahatkan Hati
"Are you okay, Gal?"Gala tersenyum tipis ketika pertanyaan itu meluncur dari bibir Dea. Ia bisa merasakan nada kekhawatiran yang tersemat lewat pertanyaan tersebut. Hal itu tentu saja membuat hatinya menghangat. Di saat perih merajai hatinya, masih ada seseorang yang mengkhawatirkannya. Kepedulian Dea sudah lebih dari cukup tuk membuat hatinya sedikit menguat. Memang tak sepenuhnya akan sekuat sebelumnya. Tapi setidaknya ia tak merasa sendiri sekalipun hanya dirinya yang merasakan 'kesakitan' ini. Dea sendiri baru mendengar kabar pertunangan Gendis dari Dana–anak perempuannya tadi sore. Ia cukup terkejut dengan kabar dadakan tersebut dan seketika pikirannya langsung tertuju pada Gala. Siapa yang tak terenyuh mengetahui hati anaknya terluka? "Ya, i'm okay, Ma." Gala tersenyum lebar meski Dea tahu jika senyum itu teramat palsu, Gala merentangkan kedua tangannya, "mama lihat sendiri kan kalau aku baik-baik aja?""Kamu nggak perlu bohong kalau sama Mama
Read more
Bukan Pernikahan yang Diinginkan
Gendis baru saja turun dari kamarnya di lantai dua lalu berjalan ke arah ruang makan. Saat tiba di sana matanya seketika menatap nanar ketika melihat seseorang yang paling tak ingin ia temui sudah duduk manis di meja makan dan bercengkrama dengan hangatnya bersama kedua orang tuanya. Ia tak suka dengan pemandangan itu. Suasana hatinya belum juga membaik sekalipun Gendis sudah melakukan berbagai cara tuk sekedar 'healing' atau menyegarkan pikiran. Pokoknya kegiatan semacam menghibur diri. Hari ini Gendis ingin pergi ke Onilicius supaya tak melulu memikirkan pertunangan sialan dan agenda pernikahan yang sudah Fatma susun. Ia tak peduli dengan pernikahan yang jelas saja tak ingin ia lakukan. "Pagi, Dis."Gendis baru saja membalikkan badan. Ia berniat tuk segera berangkat tanpa perlu sesi sarapan di rumah. Toh, ia bisa sarapan di Onilicius atau di perjalanan menuju ke toko kue miliknya. Namun, rupanya Jalu Satria—orang yang amat ia benci malah sudah lebih dulu me
Read more
Mencarikan Perempuan Pengganti
Gendis memegang pipinya yang terasa kebas dengan tangannya. Tatapan wajahnya mengarah ke arah lain sebab tamparan itu begitu keras hingga membuat tulang kepalanya berderak. Sakit? Jelas! Tak perlu dijelaskan betapa terasa panas pipi Gendis saat ini. Akan tetapi semua itu ia abaikan begitu saja. Semua rasa kebas, panas, pun dengan perih di pipinya tak ada artinya dibanding dengan sakit di ulu hati Gendis. Seumur-umur, Gendis tak pernah mendapat perlakuan kasar seperti ini. Tak ada satupun anggota keluarganya yang sering 'bermain tangan'. Lalu sekarang? Fatma menamparnya dengan ringan 'hanya' karena ia menentang tentang pernikahan dengan Jalu. Sungguh ironis. Suasana ruang makan berubah menegang setelah satu tamparan mendarat cantik di pipi Gendis. Semua orang cukup syok dengan perilaku tersebut. Terlebih lagi, Setyo yang notabenenya tahu jika di rumahnya diharamkan adanya kekerasan dalam bentuk apapun.Lidah Setyo bahkan terasa kelu tuk sekedar
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status