Semua Bab MATE: Bab 21 - Bab 30
33 Bab
BAB 20; HOW ABOUT A CHILD?
Embusan angin malam terasa sedikit dingin menerpa kami berdua. Ini sudah hampir tengah malam, tapi kami berdua masih di tempat ini. Tempat dimana tragedi besar enam belas tahun silam terjadi. Kami terdiam sangat lama setelah Dave menyelesaikan kisah kelamnya. Pria itu terlihat sangat rapuh saat ini. Dave terus mengucapkan kata maaf berkali-kali, bahkan untuk pertama kalinya aku melihatnya menangis malam ini. Dia terlihat sangat terbebani dengan dosanya, kesalahan besar yang pernah dilakukannya. Mata kelabu itu kini terpejam. Wajahnya tampak sangat lelah. Saat ini Dave sudah tertidur di pangkuanku. Malam ini, Dave menunjukkan sisi terlemahnya dan juga kerapuhannya. Segala hal yang tak pernah aku tahu. Dengan hati-hati aku mengusap rambut hitamnya perlahan, menyisirnya dengan jari-jariku. Aku sedikit terkejut saat tiba-tiba Dave menangkap tanganku yang bertengger dikepalanya. "Emm .... Sia ..." gumamnya masih terpejam sambil bergerak tidak nyaman. "Aku
Baca selengkapnya
BAB 21; CHOCOLATE MUFFIN
Sudah dua bulan berlalu sejak peristiwa mengerikan itu terjadi. Peristiwa dimana Dave telah membunuh Eros, yang merupakan Alpha dari salah satu pack terkuat di negara ini.  Dan sejak hari itu pula aku selalu merasa gelisah setiap detiknya. Aku tidak tau kenapa .... Walaupun hari itu Dave mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja, tapi aku tetap merasa tidak tenang. Harusnya aku merasa senang, tapi aku justru merasa takut dan juga gelisah. Bahkan rasa gelisahku semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Menurutku, bukan seperti ini yang seharusnya terjadi. Bagaimana bisa kami masih bisa hidup dengan damai  setelah apa yang sudah terjadi? Pertanyaan itu terus berputar di otakku. Membuat rasa gelisahku semakin menjadi dan ketakutaku kian menumpuk. Namun, aku tak pernah mengutarakan kegelisahanku ini pada Dave. Yah, aku tidak ingin membuatnya khawatir. Aku sudah banyak membuatnya kesulitan karena aku, jadi kali ini aku tidak ingin menambah beban pikirannya
Baca selengkapnya
BAB 22; A PROMISE
Sebelumnya Dave sudah berjanji untuk menjagaku. Dan dia benar-benar melakukannya. Bahkan lebih dari itu. Dave lebih protektif dan memberi perhatian ekstra padaku. Di masa-masa awal kehamilanku ini dia lebih banyak menghabiskan waktunya bersamaku. Terlebih dimasa awal ini, aku mengalami morning sickness yang cukup membuat mood pagiku hancur. Tapi Dave selalu bisa membuat perasaanku lebih baik melalui caranya sendiri. Sebagian besar waktunya tersita hanya untuk merawatku. Jujur, aku senang dengan hal itu. Tapi tak bisa dipungkiri jika aku masih menyimpan kegelisahanku sampai saat ini. Bahkan semakin hari, malah semakin buruk. “Sia, kau mendengarku?” Aku sedikit tersentak saat Dave memanggil namaku. Saat ini kami sedang berada di kamar kami. Semenjak diketahui aku sedang mengandung, Dave mulai melarangku melakukan banyak hal. Aku juga tidak diijinkan kemana-mana, kecuali ditemani olehnya atau Alena. Yah, kurasa Dave sedikit berlebihan. Tapi tetap saja aku menuruti kata
Baca selengkapnya
BAB 23; PLEASE, STAY WITH ME!
Kutatap pantulan wajahku di cermin, memperhatikan hal-hal kecil yang berubah di wajahku. Kulitku tampak sedikit pucat, dan mataku terlihat sayu dengan lingkaran hitam di sekitarnya. Sudah beberapa hari ini aku sering terbangun di tengah malam, kemudian terjaga sampai pagi datang. Aku mendesah, wajahku benar-benar sangat buruk sekarang. Keran wastafel terbuka kemudian kubasuh wajahku agar terlihat lebih segar. Kupikir aku akan mengalami penuaan lebih cepat jika terus menerus seperti ini. Dave berdiri di depan jendela saat aku keluar dari kamar mandi. Dahinya tampak berkerut dan pandangannya lurus ke depan. Pria itu telihat sedang berpikir keras. Dave masih terdiam saat aku sudah berdiri di dekatnya. Ekspresi seriusnya juga membuatku tak berani untuk bersuara. Aku hanya diam sambil terus memperhatikan wajahnya dari samping. Bisa kurasakan keadaan yang dingin dan tegang di sekitar kami. Rasa takut dan cemas mulai menggerogoti perasaanku. Membuat jantungku tanpa sadar bekerja le
Baca selengkapnya
BAB 24; EGOIST
Aku duduk bersandar di kepala ranjang sambil menatap lurus ke depan. Hanya suara jarum jam yang terus beretik yang terdengar di ruangan ini. Jarum jam terus berputar, namun nyatanya waktu berjalan sangat lama. Alice sudah pergi sejak setengah jam yang lalu, meninggalkanku dalam kekacauan di otakku. Apa yang dikatakan Alice masih terus berputar dalam kepalaku. Membuatku merasa kacau sekaligus membuatku menyadari sesuatu. Menyadari seberapa egoisnya diriku. Pintu kamarku terbuka, kulihat gadis bernetra hazel menatapku dengan waspada. Aku hanya melihatnya sekilas, sebelum akhirnya kembali menatap kosong kearah jam dinding yang berada lurus dengan pandanganku. Alena mulai mendekat, dia terlihat khawatir dan juga gelisah. “Apa yang sudah dikatakan Alice?” tanya Alena tanpa berbasa-basi. Aku menatap gadis itu tanpa menjawab pertanyaannya. “Kenapa kalian tidak memberitahuku?” Tanyaku balik, menatapnya dengan tatapan terluka. “Apa yang terjadi di pack? Apa ya
Baca selengkapnya
BAB 25; BAD DREAMS
Mataku perlahan terbuka saat mencium bau tanah yang basah. Hal yang pertama kali kulihat adalah langit mendung yang tertutup oleh daun daun yang lebat. Mataku melebar dan aku segera bangkit saat menyadari tempat ini bukanlah kamarku. Ku abaikan rasa pusing di kepalaku. Dengan panik kuedarkan pandanganku ke segala penjuru. Banyak sekali pohon-pohon besar yang menjulang tinggi di sekitarku. Kemudian aku bisa memastikan bahwa diriku berada di tengah-tengah hutan yang sangat asing untukku. Aku mulai bangkit. Suasana begitu sepi seperti tak ada makhluk hidup lain yang tinggal di sini selain aku dan juga pohon-pohon ini. Kufokuskan indra penciumanku, berusaha mencari bau makhluk lain dihutan ini. Namun tak ada bau apapun yang tercium selain bau khas tanah basah dan juga bau tumbuh tumbuhan yang menyegarkan. Hingga akhirnya samar-samar aku mencium bau yang sangat familiar untukku. Aroma lavender samar-samar tertangkap indra penciumanku. Membuatku langsung mengetahui siapa p
Baca selengkapnya
BAB 26 ; UNINVITED ENEMY
Mataku segera terbuka saat merasakan pergerakan kecil pada tubuhku. Kurasa sesorang seseorang berusaha memindahkan tanganku. Namun aku segera memeluk tubuh Dave kembali setelah orang itu berhasil menyingkirkan tanganku. “Sia, aku membangunkanmu?” suara Dave berbisik pelan. Sepertinya orang yang berusaha menyingkirkan tanganku adalah Dave. Aku mendongakkan kepalaku, menatap wajahnya setelah mengerjapkan mataku beberapa kali “Tidurlah kembali.” Mintanya setelah mengecup keningku sekilas kemudian kembali melingkarkan tangannya di sekeliling tubuhku. Aku melirik kearah jam dinding sekilas. Waktu belum menunjukkan pagi tiba. Tapi kurasa Dave ingin segera melepaskan diri dariku. “Apa aku memelukmu terlalu erat?” tanyaku, memastikan alasan Dave ingin melepaskan diri dariku. “Tidak, bukan begitu,” jawab Dave masih dengan suara yang pelan. “Lalu, kau ingin pergi?” tanyaku kembali, berusaha tetap bernada setenang mungkin. Meskipun rasa takut terus mengg
Baca selengkapnya
BAB 27; POOL OF BLOOD
Matanya yang berwarna merah menatapku tajam. Bagai api yang berkobar, hanya dengan tatapannya saja seolah aku sudah hangus terbakar. Dadaku menyempit, paru-paruku terasa terhimpit saat tangan pria berambut perak itu mulai menekan tenggorokanku kuat, mengangkat tubuhku perlahan hingga kakiku mengambang di udara. Pandanganku kian mengabur seiring menipisnya udara yang ada dalam paru-paruku. Air mataku mengumpul di kelopak mata, tak kuat menahan sakit yang menggerogoti tubuhku. Semua terjadi dengan cepat, bahkan sebelum otakku bisa mencerna semuanya. Dobrakan keras sebelumnya mengantarkan seorang pria asing yang memiliki aura yang sangat kuat. Tatapan matanya bagai elang yang mencengkram mangsanya. Kemudian dalam sekejap tubuhku sudah dibawah kendalinya. Tubuhku terasa lemas, sudah berkali kali aku memberontak tapi yang kulakukan hanya menguras tenaga saja. Pria itu menyeringai, mengejek ketidakberdayaanku ditangannya. Sudah terlambat untuk menyelamatkan diri sekarang.
Baca selengkapnya
BAB 28; HELPLESS
Mataku membulat, Jantungku terasa berhenti sejenak dan napasku tercekat. Air mataku mengalir deras, mulutku tak mampu bersuara bahkan isak tangisku sama sekali tak terdengar. Semua indraku seolah mati rasa. Kegelapan melingkupiku, mataku tak bisa beralih dari sosok yang bersimbah darah di bawah tangan kotor iblis itu. Hening, aku tak bisa mendengar apapun bahkan detak jantungku sendiri. Karena memang jantungku seperti berhenti berdetak untuk sekarang. Otot-otot sendiku terasa sangat lemas, hingga aku tak memiliki daya sedikit pun untuk bergerak satu senti saja dari tempatku. Kutatap tajam pria itu dengan kedua mataku yang kuyakin sudah gelap seluruhnya. Amarah mengusaiku dan kurasakan Lucy yang semakin liar berusaha mengambil alih tubuhku. Hanya kebencian serta rasa murka yang teramat besar yang mengisi ruang kosong dalam hatiku. “Iblis itu harus mati!” Kalimat itu terus berdengung dalam kepalaku. Rasa murkaku perlahan mengikis logika dan aka
Baca selengkapnya
BAB 29; MAID
Langit-langit coklat menjadi pemandangan pertama saat aku membuka mataku. Aroma tanah basah dan juga tumbuhan hijau memenuhi indra penciumanku. Membuatku langsung mengingat dimana tempatku berada. Perlahan aku bangun dan menatap selimut merah yang membukus tubuhku. Dibalik selimut itu pakaianku sudah berganti, bukan lagi pakaian yang kukenakan kemarin. Dan aku juga menemukan lengan kananku yang sudah dibungkus dengan perban. Kurasa Alena yang melakukannya. Kutatap sekelilingku, mencari keberadaan gadis itu. Namun aku tak menemukannya di ruangan ini. “Kak Lena.” Langkahku terhenti saat melihat gadis itu sedang berdiri di depan lemari kayu yang ada di dapur. Pakaian yang dia kenakan sudah berganti lebih baik dari kain lusuh yang sebelumnya. Mendengar panggilanku Alena berbalik, menatapku dengan senyuman khas miliknya. Membuatku tertegun saat melihat senyum di wajah gadis itu. “Kau sudah bangun? Lebih baik kita sarapan sekarang. Ada beberapa buah yang bisa kita makan. M
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status