Semua Bab Aku Bukan Perempuan Mainanmu: Bab 51 - Bab 60
326 Bab
Seperti Honeymoon
"Berapa?" "Gajimu dua bulan." Jawabnya enteng. Aku melongo sedang ia malah asik menyesuaikan seat agar bisa dipakai merebahkan diri. Otakku membayangkan total biaya acara liburan kami sudah bisa membuatku tidak bisa menutup mulut karena saking tidak menyangkanya. "Far, kmu pemborosan. Nggak tahu cari duit susah kali ya?" "Kamu kebanyakan ngitung duit kantor, makanya perhitungan sama diri sendiri." Aku meliriknya tajam. Bukannya perhitungan tapi staff biasa sepertiku harus pandai pandai mengatur keuangan sampai akhir bulan. Ditambah aku tidak memiliki usaha lain seperti dirinya. Jika uang gajiku habis sebelum satu bulan, memangnya siapa yang akan menjamin kehidupanku? Dasar, lelaki mapan berharta melimpah. Suka mencibir perempuannya yang sederhana seperti aku ini tanpa punya perasaan. "Emang kamu yang bakal ngasih aku uang makan kalau habis?" Affar justru tertawa lirih dengan menyandarkan tubuhnya di kursi yang sudah diatur kenyamanannya. Kemudian giliran aku yang tidak t
Baca selengkapnya
Always Stay Beside Me
-Apalah arti CINTA, jika aku menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah?- Audrey "Jauh-jauh kita kemari. Jangan buat moment yang udah aku siapin seromantis ini, jadi hilang karena hal sepele, Baby." Aku menatap Affar lekat dengan tangan tak berpidah darinya. "Oh ya? Kamu romantis juga ya, Far?" "Karena aku mau kita senang disini, Baby. Lupain apa itu kerjaan di kantor dan segalanya." Lalu dia makin membuat jarak diantara kami menghilang. "Kamu niat banget ya, Far?" "Asal sama kamu." Perlahan dia merayuku dengan bahasa tubuhnya. Tidak menunggu lama, sentuhan pertama itu dia menangkan dengan aku membiarkan Affar melakukan apa yang dia mau. Tangannya tidak bergerak nakal. Melainkan seperti mengajariku tentang apa yang dia inginkan dari hubungan ini. Bahkan alarm bahaya dari dalam diriku yang biasanya berteriak jangan melakukan sentuhan terlalu mendalam, tetiba saja menghilang entah kemana. Usai mendapatkan setetes surga duniawi itu, Affar memberi ruang diantara kami.
Baca selengkapnya
Mau kemana, Sayang?
-Hidup itu terus berlanjut, tidak peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan takdir yang kujalani, biar waktu yang menjawab.- Audrey "Kamu pasti tanya tentang masalahku sama Pak Kusno. Right?" Tebaknya. Aku hanya bisa terdiam membeku dengan kedua mata menatap Affar tanpa berkedip dan mulut terkatup rapat. Ya Tuhan, bagaimana Affar bisa tahu jika aku mencari tahu tentang sidang perceraiannya? Apakah Pak Kusno yang mengatakan semuanya pada Affar? Jika iya, maka matilah aku sebentar lagi. Mungkin karirku pun akan tamat karena Affar bisa dengan mudahnya mendepakku sejauh mungkin dari perusahaan tempatku mengais rezeki. "Far, aku ... ehm ... maksudku --- " "Baby, sebenernya aku marah saat kamu ungkit-ungkit masalahku yang hanya bikin hubungan kita nggak harmonis. But, you still look it for. Bahkan sampai nekat nyari tahu." Selanjutnya aku tertunduk malu. Rasanya aku seperti dikuliti di hadapannya. "M ... maaf, Far." "Tuh kan, kita jadi nggak asyik menikmati sunset karena m
Baca selengkapnya
Hanya Ada Satu Kasur
-Urusan perasaan itu ajaib, bisa membuat perasaan sepi di tengah keramaian, dan membuat perasaan ramai di tengah kesepian.- Tere Liye "Mau kemana, Sayang?" Aku membeku ditempat ketika Affar hampir memergokiku menguping pembicaraannya. Secepat itukah dia menerima telfon? Bukankah jika dihubungi rekan kerja itu setidaknya mereka berbicara selama sepuluh menit? Tapi mengapa ini tidak sampai dua menit? Apa benar dugaanku jika tadi bukanlah rekan kerja? Tapi .... Ya Tuhan, kenapa dia terlalu cepat menerima telfon itu? Sedang aku diselimuti rasa ingin tahu yang membara. Apa aku lebih baik bertanya tentang siapa si penelfon itu atau diam saja? Jika diam maka aku yang akan sengsara karena penasaran, tapi jika aku bertanya maka keharmonisan liburan kami yang menjadi taruhan. Semuanya mengapa serba menjadi dilema. Affar yang tertutup dan aku yang berusaha ingin tahu. "T .... tadi mau ke toilet." Kilahku. "Baru duduk udah ke toilet?" Aku kembali duduk dengan pikiran berkecamuk. La
Baca selengkapnya
Menyelam bersamamu
-Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki dirinya selamanya.- Audrey Aku menggeliat di atas kasur ketika mendengar suara deburan ombak. Kebetulan kamar hotel yang kami tempati menghadap laut. Mataku melirik jam dinding yang ternyata sudah bertengger di angka 05.10 pagi. "Masih subuh." Aku menghela nafas karena ternyata masih cukup pagi. Lalu mataku kembali melirik Affar yang tertidur di sampingku. Bajunya entah dimana. Yeah, dia shirtless. Alasannya karena merasa gerah memakai baju saat tidur. Padahal AC kamar menyala dengan baik. Atau mungkin itu akal-akalan Affar saja? Sedang aku, masih memakai pakaian tidur lengkap. Tidak ada aktivitas gila yang kubayangkan. Dan Affar menepati janjinya padaku akan menjaga batasan. Aku hanya ingin tertidur di dekapan Affar ketika dia sudah menjadi suamiku. Jika kami belum menikah, aku ingin ada batasan dalam hubungan ini. Berhubung aku sangat ingin buang air kecil, akhirnya aku melangkah pelan-pelan agar Affar tidak terbangu
Baca selengkapnya
57. Dikocok pakai tangan
-Untuk saat ini kubiarkan masa lalumu tenggelam beserta seluruh kisahnya. Aku tidak peduli jadi apa dan bagaimana dulu kamu disana.- Audrey    Masih jelas di otak jika mama melarangku pacaran. Alasannya agar aku bisa fokus pada karir. Juga, aku tidak yakin mama akan mengijinkanku menjalin cinta dengan pria yang usianya hampir dua kali usiaku.  Tapi inilah cinta, tidak memandang apapun selama hati terus menggaungkan namanya.  Akhirnya, kubiarkan panggilan dari mama berakhir begitu saja hingga tiga kali. Sebenarnya ada rasa khawatir, siapa tahu mama menelfon karena ada hal penting. Tapi mama pasti curiga dengan keberadaanku di atas kapal di tengah laut menemani Affar diving.  Selesai menikmati liburan siang ini, Affar mengajakku kembali ke hotel. Ia sangat lelah sehabis diving.  Tentu saja, dia sudah tidak muda lagi untuk melakukan diving. Tenaga dan tulangnya tida
Baca selengkapnya
58. Masukkan ke mulutmu
-Rindu itu bukan masalah jarak, melainkan perasaan yang membuatnya seolah olah ada sekat yang nyata.- Audrey    Affar menoleh dengan tatapan yang tidak bisa kuartikan. I feel unsure as to what I choose. Tiba tiba saja ia mendorongku hingga terbaring di ranjang. Aku berada di bawah tubur kekar coklatnya. "Alright, aku terima." Aku tersenyum kaku pasalnya baru kali ini melakukan hand sex. Pilihan sulit yang harus kujalani demi mempertahankan Affar disisiku.  "I want to see you naked baby." Pintanya yang langsung membuatku menggeleng tegas. 
Baca selengkapnya
59. Selir kesayangan
-Jangan suka mengikat perempuan dengan janji janji manis yang tidak pasti, yang kamu sendiri tidak bisa penuhi dan tepati.- Audrey   Hari ini kami pulang dari Lombok dengan senyum mengembang layak ABG baru jatuh cinta. Dia benar benar memanjakanku selama liburan. Tapi sebelum ke bandara Affar kembali memanjakanku dengan pergi ke toko perhiasan mutiara khas Lombok. Tidak tanggung tanggung, ia menyuruhku membeli perhiasan mutiara sesuka hatiku.  Bagai kucing diberi ikan gurami, tentu aku tidak menolak. Ini kesempatan untuk memperbanyak logam mulia yang kumiliki beserta surat kepemilikannya.  Deretan kalung, gelang, anting, bahkan bros mutiara dipajang di dalam etalase kaca bening. Mana mungkin aku tidak silau melihat kemewahan dunia yang Affar tawarkan dengan cuma cuma. Setali tiga uang, janjiku membelikan Amelia bros mutiara menggunakan uang pribadiku pun
Baca selengkapnya
60. Bersama lelaki lain
-Bagaimana aku tahu kamu itu sungguh menyayangiku? Mungkin dengan melihat apa yang telah kamu lakukan untukku.- Audrey    Seharian aku dibuat mondar mandir karena Mas Fajar jatuh sakit. Alhasil aku harus menghandle pekerjaannya bersama Pak Lio alias Pak Asmen. Ternyata Affar cukup dekat dengan Pak Lio. Bahkan dalam beberapa kesempatan mereka sempat hang out bareng di sebuah cafe ternama. Setelah keluar ruangan Pak Lio, aku mendekati portofolio denah yang tergantung di tembok ruangan Divisi Operasional Dua. "Karya terbaik arsitektur Paralio Kian Mahardika." Bacaku. Di samping namanya ada nama event lomba tahunan perusahaan kami.  "Juara dua. Keren."  Kini aku sudah berada di dalam mobil Pak Lio menuju lokasi proyek, ditemani music player yang memecah kecanggungan. Sejauh yang kutahu, Pak Lio bukan orang yang pandai basa basi. Mungkin saat kuliah dulu terlalu banyak t
Baca selengkapnya
61. Gadis ranjang
-Cinta itu bersabar, bukan tergesa gesa. Bersabar menunggu orang yang tepat mengisi kekosongan di hati.- Audrey   "Hai baby." Affar merengkuh tubuhku lalu mencium pipi dan bibirku. "Hai daddy."  "You look so fresh and ...... hot." Bisiknya kala Samsul sudah menjalankan mobil Affar keluar kantor.  "I have prize for you." Imbuhnya.  "Apa?"  Affar menyuruhku pindah ke kursi belakang. Apa lagi kalau bukan untuk...... Dia perlu 'kehangatan' secara batiniah.  "Far, jangan diremas kenceng kenceng." Bisikku. Affar tersenyum jahil. "Junior sudah tegang."  Affar menuntun tanganku menyentuh kejantanannya yang keras. Setelah selesai makan malam, dia menarikku kembali ke mobil lalu melanjutkan aktivitas 'hangat' yang sempat tertunda. Aku senang jika Affar hanya mendapat kehangatan dariku saja.  Tidak jauh dari tempat kami
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
33
DMCA.com Protection Status