All Chapters of My Destiny: Chapter 11 - Chapter 20
49 Chapters
Bab 11 ( Perlawanan Aletta )
Setelah bertemu dengan Raka tadi di rooptoof, Aletta langsung berjalan tergesa ke kantin menyusul Kanaya seperti yang dijanjikannya tadi. Namun, beberapa menit kemudian, Kanaya mengiriminya chat dan mengatakan jika dirinya sudah kembali ke kelas. Aletta mendengus. Dia lalu menggerakkan tangan membalas chat dari Kanaya lagi. Bruak! Di tengah jalan, Mauryn beserta gank-nya menabrak Aletta sampai tersungkur ke lantai koridor. Sebenarnya bukan itu yang membuat Aletta terbelalak dengan wajah kaget. Pasalnya, karena tabrakan tadi, handphone di genggamannya terjatuh dan kemungkinan langsung rusak seketika mengingat handphone-nya itu bukan handphone mahal dengan kualitas tinggi. “Ups ... jatuh deh. Makanya, kalau jalan hati-hati.” Sudah biasa bagi kelas unggulan meremehkan kelas lain. Apalagi kelas IPS seperti Aletta. Sangat tidak mungkin bagi Mauryn meminta maaf sekalipun yang salah di sini adalah dirinya. Aletta mengepalkan tangannya. Emosinya sedang tidak
Read more
Bab 12 ( Aletta Menyerah )
 Aletta benar-benar terkejut. Bahkan, nyaris menjatuhkan mangkuk kosong bekas mie ayam yang hendak dia berikan pada penjaga kantin, saat Satria tiba-tiba datang di hadapannya. “Lo bisa minggir gak?” tanya sinis Raka. Masalahnya Satria menghadang dirinya dan Aletta yang ingin menemui Ibu kantin untuk membayar makanan mereka tadi. Satria tak menjawab. Bahkan, meliriknyapun tidak. Netra matanya terfokus hanya pada satu orang. Aletta. Ya, Satria memandangi Aletta dengan raut tajamnya tanpa kedip, membuat gadis itu seketika menunduk antara takut dan gugup. “Ikut gue!” Satu kalimat yang tegas dan tak ingin dibantah Satria lontarkan pada Aletta. Gadis itu terbelalak. Seketika dia terperanjat ka
Read more
Bab 13 ( Bullying )
Aletta memicingkan matanya saat Mauryn CS tiba-tiba berada di depannya dan menghadang jalannya. Aletta menghela nafas kasar. Dia malas kalau harus berurusan dengan mereka sepagi ini.“Minggir!”Mauryn menyeringai.“Bawa dia!” titahnya. Sedetik kemudian, masing-masing tangan Aletta sudah dicekal kuat oleh Katya dan Silla.“Kalian apaan sih? Lepasin gue!” sentak Aletta berusaha memberontak. Mauryn lagi-lagi menyeringai. Dia lalu mengisyaratkan pada kedua temannya tadi untuk membawa Aletta pergi dari koridor tersebut. Semua pasang mata yang entah sejak kapan menonton mereka berdua kompak meringis. Bagaimanapun juga, kemarin Aletta sudah secara tak langsung mempermalukan Mauryn. Itu sama artinya Aletta sudah mencari masalah dengan Singa betina di sekolahan ini. Tidak ada yang berani membantu, tidak ada yang berani melapor, semua orang di sana hanya bisa diam. Beberapa diantara mereka ada yang merasa prihatin pada Aletta dan
Read more
Bab 14 ( Satria Cemburu? )
“Kira-kira si Mauryn mau ngapain tuh anak, ya? Kasihan sih, tapi mau gimana lagi? Kalau kita ikut campur, entar dikira berkhianat sama teman sekelas sendiri,” ucap Zain. Dia dan Kevin juga ikut menyaksikan kejadian langka di koridor tadi. Tadinya mereka heran kenapa tiba-tiba Mauryn mencari masalah dengan anak IPS saat di koridor tadi, tapi setelah beberapa anak lain memberitahu mereka perihal kejadian kemarin, Zain dan Kevin mengerti. Baru kali ini ada siswi anak IPS pula, berani melawan seorang Mauryn. Jelas saja Mauryn tak akan tinggal diam. Tak lama kemudian, Satria masuk ke kelas. Dia duduk di kursinya dengan santai sambil memegang handphone. “Eh, Sat. Lo darimana aja? Ah, lo udah ketinggalan kejadian menghebohkan tadi,” celetuk Kevin. Satria melirik sekilas. Berita apapun itu, dia sama sekali tak perduli. “Bener tuh, Sat. Tahu gak? Ada cewek anak IPS yang ngebentak Mauryn, lho,” ujar Zain. “Bukan cuma ngebentak, katanya sih dia juga berani ngela
Read more
Bab 15 (Pahlawan untuk Aletta)
  “To–tolong!” Aletta melambai-lambaikan tangannya ke permukaan. Dadanya sesak karena banyaknya air yang masuk melalui hidungnya. Dalam upaya Aletta berteriak minta tolong, dia sempat melihat sekilas seseorang di ujung sana. Satria. Orang itu seperti Satria.  “Aletta!” teriak Raka yang langsung berlari secepat kilat mendekati kolam dan ikut menceburkan diri di sana, menyelamatkan gadis itu. “Al, lo gak papa, 'kan?” tanya Raka setelah berhasil membawa Aletta ke permukaan. Gadis itu menggeleng dengan seragam basah kuyup dan tubuh menggigil. Matanya mengarah ke ujung sana dan ... benar! Itu memang Satria. Lelaki itu berdiri seraya menatapnya datar. Aletta tersenyum miris dalam hati. Dia benar-benar bodoh karena sekelebat sempat membayangkan jika
Read more
Bab 16 ( Dihukum )
Anna yang saat itu tengah memotong sayuran untuk membuat makan siang, menoleh pada ponselnya yang bergetar di meja. Wanita itu mencuci tangannya terlebih dulu, mengelapnya dengan serbet, baru berjalan mengambil ponselnya lagi serta mengangkat telponnya. ‘Ya, hallo. Betul, dengan saya sendiri.’ ‘APA?! Baik-baik. Saya ke Rumah sakit sekarang.’ Setelah menutup telpon, Anna segera bergegas melangkah keluar rumah. Dia sempat menghubungi Aletta, tapi ponsel putrinya itu malah tidak aktif. Jelas saja! Anna sama sekali belum tahu kalau ponsel Aletta sudah rusak dan belum diperbaiki. Aletta sendiripun tidak sedikitpun memberitahunya kemarin. “Aduh, Aletta. Kamu di mana lagi? Kenapa telponnya gak aktif?” gumam
Read more
Bab 17 ( Aneh )
 “Gerald! Ya Tuhan, kenapa kamu bisa kaya gini sih, Nak?” tanya Anna seraya mendekap tubuh putranya itu yang terbaring di brankar dengan mata terpejam. Air matanya meluruh deras tanpa pertahanan. “Apa Nyonya ini Ibu pasien?” tanya seorang Dokter. Anna mendongak dan mengangguk mengiyakan pertanyaan Dokter barusan. “Sebenarnya apa yang terjadi pada putra saya, Dok? Kenapa dia bisa seperti ini? Apa ada luka parah sampai membuatnya belum bangun juga?” Pertanyaan beruntun itu spontan langsung dilontarkan Anna. 
Read more
Bab 18 ( Dilema )
Anna menyerahkan sebuah map berisikan sertifikat rumahnya kepada seorang pria berjas yang duduk di depannya sekarang. Pria itu membuka map tersebut kemudian membacanya dengan teliti. Sedetik kemudian, matanya beralih pada Anna. “Berapa yang Nyonya butuhkan?” tanyanya pada Anna. “50 juta.” Pria itu nampak berfikir sejenak. Tak lama kemudian, dia mengangguk setuju. “Baik. Aku akan berikan uangnya, tetapi kau tentu tahu 'kan peraturan jika menggadaikan rumahmu ini padaku? Jika selama satu bulan kau tidak bisa membayarnya, rumahmu akan jadi milikku.” Anna menghela nafas sebentar. “Tentu, Pak. Saya usahakan dalam sebulan ke depan, uang Bapak
Read more
Bab 19 ( Penolakan Aletta )
Setelah menunggu hampir lima jam lamanya, akhirnya operasi Gerald selesai juga. Dokter mengatakan jika operasinya berjalan sangat lancar dan kondisinyapun kini mulai berangsur stabil. “Apa saya bisa melihat keadaan putra saya, Dok?” tanya Anna kepada Dokter yang baru saja keluar dari ruangan operasi. “Kami akan memindahkan pasien ke ruang perawatan terlebih dulu, baru setelah itu pasien sudah bisa dijenguk,” jawab Dokter tersebut menjelaskan. Anna mengangguk paham. Dokter itupun kemudian pamit pergi. “Alhamdulillah. Terimakasih, Ya Allah. Terima kasih ...,” ucap Anna penuh syukur. *** Raka duduk di mobilnya seraya memainkan game online di han
Read more
Bab 20 ( Kepergok )
  *** “Ibu.” Anna yang sedang duduk di kursi tunggu menoleh. Dilihatnya Aletta yang berjalan pelan menghampirinya. “Sayang, kamu darimana aja sih, Nak? Lama sekali!” tanya Anna. Aletta terdiam. Dia tidak mungkin mengatakan kalau dirinya habis melakukan transfusi darah untuk orang lain. Tidak! Ibunya pasti akan merasa khawatir nantinya. “Maaf, Bu. Tadi di jalannya macet.” Anna menghela nafas. “Yasudah, tidak papa. Kamu sudah makan?” tanyanya. Aletta menggeleng. 
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status