All Chapters of Wanita Panggilan & CEO Duda: Chapter 21 - Chapter 30
55 Chapters
Perkumpulan Wanita
Setelah tangisan kami berdua yang membuat perasaan menjadi lega dan tenang, kami pun berencana pergi bersama akhir minggu ini untuk jalan-jalan dan berbelanja. Aku mulai sedikit terbuka dengan kehidupanku selama ini walaupun ada perasaan risih di awal, Namun Tante Lena seperti mengerti dengan keadaan yang aku alami. James yang mengetahui hasil pembicaraan kami kemarin yang membuat dampak positif sangat merasa gembira, dia bahkan ingin ikut jalan-jalan akhir pekan ini tapi tidak bisa. Dia sangat sedih dan kecewa saat aku dan Tante Lena sama-sama bersikeras melarang dia untuk ikut bersama kami. Hari yang ditunggu-tunggu tiba, sepulang Jesen sekolah, kami berdua langsung menuju Mall tempat janjianku dengan Tante Lena. Alice dan Kak Emily juga ikut kumpul bersama kami, James sebenarnya tidak terima karena dirinya tidak diperbolehkan ikut oleh kami. Aku masih teringat percakapan mereka waktu itu. "Ma, ayolah biarkan James ikut kalian." rengek James kepada Tante Lena.
Read more
Satu-satunya Keluarga
Hari ini sudah genap enam bulan aku tinggal bersama James dan Jesen, aku tidak menyangka keseharianku sekarang ini sangat membahagiakan. Sebenarnya James sudah melamarku beberapa kali, namun aku masih ragu untuk menuju jenjang selanjutnya.Keluarga besar James juga tidak mempermasalahkan latar belakangku, namun aku tahu mereka pasti masih khawatir jika orang lain juga mengetahuinya. Keluarga besar dari Papanya terutama, saudara-saudara dari Om Richard sangat ingin menjatuhkan LEWIS Group yang didirikan oleh Om Richard sendiri dulu tanpa bantuan dari keluarganya. Tante Lena sangat khawatir jika saudara dari suaminya yang iri mengetahui hal ini pasti akan berdampak ke LEWIS Group sendiri. Aku sendiri belum pernah bertemu secara langsung dengan paman-paman James, jadi aku belum terlalu mengerti seberapa pengaruhnya itu nanti.Weekend ini James harus tetap bekerja karena ada project dengan salah satu investor, aku berencana meminta ijin kepadanya untuk pergi dengan Lin
Read more
Yes, I Will
Setelah puas mengobrol dan berbelanja dengan Lina, kami berencana untuk pulang karena sudah terlalu lelah. Aku mencoba menghubungi James, namun nomornya tidak diangkat. Aku sedikit khawatir karena biasanya James selalu mengangkat telepon dariku.Karena hari sudah hampir malam, aku akhirnya memutuskan ikut Lina naik taksi yang sudah dipesannya. Untung rumah Lina searah dengan rumah James, jadi setelah mengantar Lina tadi tersebut lanjut mengantarku.Kulihat keadaan di dalam rumah sangat gelap, biasanya pekerja terakhir selalu menghidupkan lampu sebelum dia pulang kerumahnya. Aku kembali menelepon James namun tetap tidak ada jawaban.Aku masuk perlahan ke dalam rumah, aku terkejut karena ada banyak sekali lilin-lilin yang berjejer membentuk sebuah jalan. Aku mengikuti arah lilin yang tertata itu, dan terlihat lampu kelap-kelip dan bunga yang menghiasi di samping lilin-lilin itu.Di ujung jalan itu terlihat lilin yang tertata membentuk gambar hati dan di tengah-ten
Read more
Malam Ini
Tubuhku merasakan gejolak aneh, ketika melihat pemandangan indah di depan mataku. Terlihat James sedang berdiri tegak, dengan rambut basah dan handuk kimono yang hanya terlilit seadanya. Bagian dadanya yang bidang terpampang dengan jelas, yang membuatku tertegun ketika melihatnya. "Apa yang kamu lihat sayang" Suara berat James menyadarkanku dari lamunan, aku terkesiap dan menjadi salah tingkah dibuatnya. James yang melihatku malah tersenyum geli. "Kenapa kamu kesini James?" Aku berusaha menetralkan suaraku, dan mencoba bersikap seperti biasa. Aku sangat malu dengan pikiran dan mataku yang berkelana melihat dada bidang itu. "Aku hanya ingin melihatmu sebelum tidur, atau kamu mau menemaniku malam ini sayang" Entah kenapa aku sangat terkejut dengan ajakannya itu, padahal sebelum ini kami sudah sering tidur bersama. Mungkin karena efek imajinasiku tadi, membuatku berpikiran yang tidak-tidak dengan ajakannya. "Tidak James, malam ini
Read more
Malam Yang Panjang
Warning 18+ "Bolehkah malam ini sayang?" Bisikan James membuatku seperti tersihir, aku tidak bisa berkata apa-apa. Tubuhku kaku dan bibirku seperti kelu untuk menjawab pertanyaan James yang mendadak itu. James melepas pelukannya, dia memegang pudakku untuk mengarahkan pandanganku kembali menghadapnya. Badanku masih belum bisa kukendalikan, aku masih bertahan dengan diamku. Sedetik kemudian tubuhku telah melayang, James menggendongku dan membawa ke arah ranjang. "James!" Aku terpekik karena kaget dengan perbuatannya yang tiba-tiba. Dia hanya diam sambil meletakkanku di atas kasur secara perlahan. James berlari kecil mengelilingi ranjang dan masuk kedalam selimut tepat di sampingku. Dia memelukku sambil memejamkan matanya, aku masih belum tahu harus menjawabnya seperti apa. Dia juga tidak berbicara apa-apa lagi setelah tadi berbisik. "Aku tidak akan melakukannya jika kamu belum siap sayang." Dia mengatakannya masih dengan mata yang tertutup, membuat
Read more
Memilih Perlengkapan
Pagi ini aku terbangun sedikit siang, mungkin karena kelelahan bergulat semalam membuat tubuhku sakit semua. Aku melihat James yang masih tertidur di sampingku, tubuh polos kami yang masih menempel satu sama lain membuatku teringat dengan kejadian semalam, dan itu membuatku sedikit malu. Perlahan aku menyingkirkan lengan James yang melingkariku, aku pun mengambil semua pakaianku yang berserakan di lantai dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah lebih dari setengah jam aku membersihkan diri dan berganti pakaian, aku pun menjalani rutinitas pagiku seperti biasa.Karena hari ini adalah hari Minggu dan mereka libur , aku pun sedikit leluasa untuk berkutat di dapur. Aku berencana membuat kue kering, Jesen dan aku suka sekali cemilan manis. Katanya kue buatanku sangat enak, dan membuatku menjadi semangat untuk membuatnya lagi.Ketika kedua lelakiku sudah bangun semua, kami pun sarapan bersama. Jesen sangat senang, ketika tahu aku membuatkan camilan untuknya. Disela-sela m
Read more
Pertunangan
Hari ini adalah hari pertunanganku dengan James, kini aku sedang berada di salah satu ruangan dindalam gedung acara, tempatku dirias untuk acara nanti. Jantungku berdegup cepat, dan perasaan gugup terus menyerangku. Walaupun ini bukan acara pernikahan, namun tetap saja ini langkah awal kami menjajaki hubungan yang lebih serius nantinya. Aku memakai gaun A line seperti ketika di pernikahan Kak Jeremy waktu itu. Namun gaun yang sekarang kupakai, berlengan pendek dengan lebih banyak detail payet dan brukat dengan bagian punggung yang terbuka. Aku sangat menyukai gaun ini yang terlihat sangat indah, karena gaun ini dibuat menggunakan ukuranku membuatnya terlihat menempel dengan tepat disetiap lekukan tubuhku. Riasan flawles di wajahku, juga sangat sesuai dan serasi dengan gaunnya.Aku perlahan keluar menuju ruangan tempat acara di adakan, di sampingku ada Mama dan Jesen yang memegangi tanganku dan mengantarkanku ke arah James. Aku merasa malu dengan tatapan James, yang sa
Read more
Melarikan Diri
Dengan kemampuan terakhirku, aku meraih tasku yang dibawakan oleh Alice, kemudian aku berlari keluar dari gedung itu.Sesampainya di depan gedung, aku menghentikan taksi yang kebetulan sedang lewat dan masuk kedalamnya. Dari dalam mobil, aku melihat James yang menyusulku dan berteriak memanggilku.Ada perasaan sakit dihatiku, ketika berusaha untuk tidak menghiraukannya. Aku hanya ingin melarikan diri saat ini, rasa bersalah dan rasa malu yang aku rasakan sudah tidak terbendung lagi.Aku meraih ponsel yang ada di dalam tas, aku mencari nama Lina disana dan menghubunginya. Ketika deringan kedua, panggilanku tersambung dan terdengar suara dari seberang sana."Lina!"Teriakku di detik pertama panggilan itu tersambung, kemudian aku menangis sejadi-jadinya. Lina terdengar bingung dan panik, dia mencoba memanggilku dari ujung sana, namun tangisanku tidak berhenti. Sopir taksi yang seperti paham dengan keadaanku, memberikan sekotak tisu untukku mengelap air mata.Setel
Read more
Hal Tak Terduga
POV James Hari ini adalah hari pertunangan kami, aku sudah menantikannya dari jauh hari. Jika aku boleh memilih, sebenarnya aku ingin langsung menikah dengannya. Namun pasti Daisy tidak akan setuju dengan keputusanku itu, dia selalu mengutamakan kebahagian orang lain dari pada dirinya sendiri. Itulah salah satu alasan aku bisa mencintainya sedalam ini, karena dia benar-benar penyayang. Aku sudah bersiap dengan tuxedo yang aku kenakan, dengan rambut yang kutata ke belakang yang membuatku terlihat sedikit lebih muda. Setelah merasa semua sudah pas dan sempurna, aku pun melangkahkan kakiku ke ruangan tempat acara ini akan berlangsung nantinya. Walaupun aku sudah pernah menikah sebelumnya, namun perasaan tegang dan gugup tetap ku rasakan. Aku mencoba mengatur napasku agar rasa gugupku tidak terlihat, dan juga agar Daisy tidak mengetahui kegugupanku ini. Aku ingin terlihat gagah di depannya, agar dia tidak akan bisa berpaling dariku. Acara pun akan segera dimu
Read more
Kepergian Daisy
"Kamu pasti ingat kami, kami selalu tahu kehidupanmu dari Mami. Ternyata ada untungnya kamu menjadi wanita panggilan, akhirnya kamu bisa mendapatkan pria kaya seperti ini."Kini aku paham garis besar keadaan ini, sepertinya kedua orang ini adalah orang tua kandung Daisy, namun Daisy selama ini bilang kalau dia yatim piatu. Daisy terlihat lebih gemetar dari tadi, sedetik kemudian dia langsung berlari keara Alice dan menyambar tasnya. Dia pun langsung berlari keluar, tanpa melihat ke arah belakang lagi. Aku berlari menyusulnya, berusaha memanggil namanya berkali-kali namun tidak menghentikan langkahnya untuk masuk ke dalam taksi yang dihadangnya. Aku mengambil kunci mobil yang ada di saku kemeja, dan berlari menuju mobilku yang terparkir di samping gedung. Aku mempercepat laju mobil, untuk mengejar taksi yang di tumpangi oleh Daisy tadi. Namun aku kehilangan jejak taksi itu, ketika terhalang oleh lampu merah yang lumayan lama. Disepanjang perjalanan aku masih tidak tahu
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status