All Chapters of Ketika Istri Berubah cantik: Chapter 21 - Chapter 30
145 Chapters
Berlibur ke pantai
Eliana mendengar suara azan menggema dari sudut kamar, tangannya melingkar kesebuah benda yang tebal, ia kaget saat ia bangun ternyata hanya sebuah guling, kemana perginya suaminya? Ternyata Eliana melihat punggung suaminya sedang berada di atas sajadah. Eliana beringsut ke kamar mandi dan mengikuti di belakang suaminya menjalankan dua rakaat salat subuh sudah di tunaikan.Reindra mengaji sementara Eliana membantu Simbok beres-beres. Di ruang makan, Mama Hani sama kakaknya Gio sudah menunggu sambil minum teh. Di piring ada beberapa potong pisang goreng juga singkong rebus yang di beli si Mbok dari pasar, yang sudah disiapkan beserta teh hangat juga kopi. "Minum teh dulu, Reindra."Reindra mengangguk sambil menarik kursi di sebelah Mamanya."Mas, kapan pulang? Di sini dulu ya jangan buru-buru pulang."Gio mengangguk. "Mungkin kalau ngak besuk lusa, aku masih kangen sama kamu juga, Reindra," jawab Gio. "Benar ya? Nanti temani aku ke toko bunga aku," pinta Eliana."Oke.""Memang kalian
Read more
Nafkah batin
"Satria ... tolong augh...!" Panggil Yolanda dari kamar mandi. Satria berlari ke arah dimana panggilan itu. Sesaat Satria terhenyak melihat kaki Yolanda penuh darah, ia panik langsung mendekati Yolanda yang terjatuh di kamar mandi. "Astaga, Yolanda," dengan cepat Satria mengangkat tubuh Yolanda masuk ke dalam mobil. "Aduh sakit, Satria."Satria mengangkat tubuh Yolanda menuju mobilnya. "Gimana sih ceroboh banget bisa sampai jatuh." Satria mengomel sepanjang jalan. HeningHanya terdengar rintihan Yolanda sambil memegangi perut. "Aghh ... sakit cepatlah sedikit, Satria," ucap Yolanda tak tahan. Nyeri sakit, itulah yang dirasakan Yolanda. Saat ini Yolanda sedih merasakan jika Satria tak tulus menolongnya. Tangis pecah saat rasa sakit makin menyerang perutnya. Satria memarkirkan mobilnya dan menggendong tubuh Yolanda masuk ke dalam IGD yang langsung dibantu oleh pihak perawat rumah sakit. Sebenarnya Satria merasa hidupnya setengah hancur sejak kepergian Eliana istrinya. Namun hidup
Read more
Takut kehilangan
Yolanda sudah boleh pulang, Satria membawa Yolanda pulang karena kondisinya juga sudah membaik, hening hanya terdengar suara deru mesin mobil, tak ada pembicaraan dalam mobil. Mobil sudah sampai di rumah mewah Yolanda. "Lo dari mana kalian? Kenapa wajah Non pucat?" tanya Bibi cemas. "Yolanda keguguran, Bi. Habis di kuret." "Astaga, Non hamil selama ini, kenapa tak memberi tahu, Bibi.""Aku juga baru tahu Bi." Bibi ikut menuntun Yolanda masuk ke dalam rumah dan mendudukkan Maureen di atas sofa, wanita itu iba melihat majikannya kenapa bisa kecolongan tak tahu jika hamil. Padahal seminggu yang lalu Yolanda mengajak Bibi berburu kuliner Sushi, bukankah di trimester awal biasanya dipenuhi dengan gejala morning sickness seperti tak boleh memakan daging mentah. Pantas saat itu Yolanda langsung mual dan muntah. Bibi sangat cemas jangan-jangan kemarin salah makan, yang Maureen makan malah bisa menggugurkan kandungan. Bukannya harus mengonsumsi makanan yang bergizi dan tidak berpotensi men
Read more
Eliana Positif
Pukul setengah lima pagi Eliana telah sibuk di dapur masak bareng Simbok. Dan menyiapkan pakaian Dafa juga memandikannya. Entah kenapa meskipun ada Simbok yang sudah mengurus rumah namun sepertinya Eliana masih harus mengurus suaminya dengan baik. Rasanya badan capek jika tak bekerja. "Non, gimana rasanya jadi, Nyonya Reindra?" Goda Simbok pada Eliana. Eliana tersenyum menatap wajah yang sedikit keriput itu. "Apanya yang gimana, Mbok Siti ada-ada saja deh.""Yah, Non El gak seru ah," bisiknya pelan. "Habisnya Simbok pertanyaannya aneh.""Kan penasaran, Non pengin tahu, Mbok!"Eliana tersenyum lebar. "Ya gitu dech.""Hmm."Sarapan sudah siap di atas meja, semua anggota keluarga menikmati sarapan bersama. Panas mentari mulai menerobos masuk melalui celah jendela. Di luar sana langit tampak cerah dihiasi gumpalan awan putih yang berarak pada hamparan langit biru. Usai membersihkan sisa sarapan, Eliana kembali melangkah menaiki tangga dan memasuki kamar yang pintunya sedikit terbuka.Di
Read more
Cemburu
"Sudah selesai, Mbak El." Sonya bertanya pada Eliana. "Sudah, Sonya alhamdulillah," jawab Eliana sembari membereskan nota untuk diantar ke pelanggan hari ini. Sonya berjalan mendekati Eliana dan duduk di depannya, sambil membantu mengecek satu persatu. "Sonya boleh minta tolong, Mbak El."Eliana melihat kearah wajah Sonya yang sedang cemas. "Iya kenapa Sonya, kamu sepertinya ada masalah.""Hhmm, benar, Mbak, hati Sonya yang lagi terluka," jawabnya malas.Eliana tersenyum dan menatap lekat wajah sahabatnya. "Astaga memang kenapa bisa begitu?"Sonya terdiam. "Apa katakan saja siapa tahu, Mbak bisa bantu?" tanya Eliana serius. "Janji ya, Mbak jangan sedih." Sonya menyerahkan foto usang miliknya ke arah Eliana. Pandangan Eliana berhenti pada foto anak perempuan memeluk boneka, foto yang dicetak dengan ukuran sedang. Foto yang berada di ponsel milik Sonya, ada Eliana, Reindra juga Safana. Lama sekali Eliana menatap foto usang di dalam sebuah ponsel, sesaat ia terpana tangannya gemetar
Read more
Mencintaimu
Panas matahari mulai menerobos masuk melalui celah kisi kisi jendela. Satria menatap jauh ke arah luar balkon kamarnya. Di luar sana langit tampak cerah dihiasi gumpalan awan putih pada hamparan langit biru. Usai membereskan laptopnya Satria masih berdiri tegap menatap jauh menerawang entah kemana tujuannya. Satria tengah memijit pelipisnya dengan mata terpejam. Bayangan mantan istrinya kini kembali hadir di dalam ingatannya. Padahal beberapa tahun ke depan, Satria sudah mencoba melupakannya dan tak memikirkannya. Namun saat membeli bunga itu wajahnya kembali lagi hadir dalam bayangan semu.Satria menghela napas pelan, ia kembali berjalan menuju kamar mandi. Lalu bersiap untuk ke kantor. "Satria, hari ini, Cika dioperasi…." Suara Yolanda terdengar memelas di pendengaran Satria. Satria terdiam, kembali sibuk memakai dasi. "Aku salah, oke aku tahu, Satria, tapi Cika itu darah dagingmu bukan?"Satria berjalan mendekat ke arah Yolanda.dan memberikan kartu ATM itu. "Apa kamu gak ngera
Read more
Harga Diri
Waktu seolah lama sekali berputar, Satria menatap jauh di area persawahan. Satria hanya buang-buang waktu untuk meratapi kesedihannya. Dilema saat ini yang ia rasa bahkan disini di tempat ini pertama kali ia bertemu dengan gadis pujaan hatinya Eliana. Di sebuah desa yang begitu asri juga ramah lingkungan. Mereka berjalan beriringan melewati bentangan sawah penduduk suasana yang selalu ramai oleh para petani yang akan pergi ke sawah. Membuat Satria teringat akan kisah cintanya dengan Eliana saat itu. "Cantik kamu pagi ini." Ucapan itu membuat Eliana terkejut dan tentu menjadikan pipinya bersemu merah. Karena saat itu Satria merasakan hangatnya."Pagi-pagi sudah dapat rayuan gombal." Kala itu ia sedang menaiki sepeda mininya. "Kamu nanti bisa semangat untuk mengayuh sepedamu itu. Dan untuk melewati hari-hari selanjutnya bersamaku." Terlihat senyum terukir di bibir Elina."Alah merayu saja kau ini, awas aku mau lewat jangan dihalangi.""Tidak stop ....""Awas ich ... mau di tabrak?" An
Read more
Penyesalan Satria
Langit cerah mulai menampakkan sinarnya, menemani langkah Eliana menuju dapur, membantu Simbok memasak untuk sarapan pagi. Meskipun sudah sangat besar perut Eliana, namun ia tak ingin jika bermalas-malas. "Ma, dapat tugas tadi dari sekolah, Dafa lupa," wajah Dafa cemberut ke arah Eliana. Eliana tersenyun dan memegang kesua pundak anaknya. "Kenapa bisa begitu, kok tidak dikerjakan semalam.""Daffa lupa, Ma.""Baiklah sini, Mama bantuin kerjakan ya."Terlihat senyum mengembang dari wajah Dafa. "Iya, makasih, Mah."Eliana tersenyum ke arah Simbok. Sambil memotong sayuran, dan mencucinya ke wastafel sambil menyiapkan bumbu yang sudah di uleg. Mbok Siti tersenyum melihat Eliana meskipun hamil besar namun masih saja bantu-bantu si Mbok. Lalu berjalan mendekati Dafa dan membantunya Selesai membantu Dafa, Eliana bersiap ke toko bunga miliknya, Meski belum yakin akan mendapatkan izin dari suaminya. Karena akhir-akhir ini suaminya overprotective, tetapi Eliana pastikan semangatnya pasti sang
Read more
Welcome my baby
Welcome my baby"Maksudnya bagaimana, Zian...?" tanya Satria pada adiknya. "Ya, Mas Satria harus berani ngomong sama, Mbak Eliana, " jawab Zian sambil tersenyum, berharap kakanya bisa mengerti. Satria mengatur napasnya yang sedikit naik turun, dadanya seolah sulit untuk bernapas kini. "A---apa itu akan berhasil?" tanya Satria lagi tak percaya akan apa yang di ucapkan oleh adiknya. "Tidak ada yang salah, Mas, bahkan Ibu begitu merindukan Daffa."Satria menggangguk. "Entahlah apa aku berani melakukannya, Zian."Zian tersenyum. "Demi Ibu, Mas."Wajah Satria membulat menahan gejolak rindu yang lama ia abaikan. Seorang anak, bahkan apakah Daffa mengenalinya atau tidak. Rasanya Satria mengingat ke beberapa tahun yang lalu, saat ia memutuskan meninggalkan Eliana sendirian menanggung beban hingga ia mengusirnya tanpa rasa manusiawi. Dengan seluruh sesal menguasai relung jiwa Satria. Seketika, pandangannya buram tak bisa membayangkan jika Eliana begitu menderita selama ini. Satria menelan
Read more
Dia Ayah Kamu
"Dia, Ayah kamu, Daffa." Eliana berusaha setenang mungkin agar anaknya tidak syok. Daffa terlihat begitu bingung. "Maksudnya, Ayah. Ma?" tanya Daffa tak mengerti. Entah apa kesalahan Satria tidak termaafkan? Sehingga anak kandungnya tak mengenalinya seperti ini. "Iya sayang jadi ....""Jadi, aku adalah teman, Mama kamu saat kamu masih kecil kau sering memanggilku dengan sebutan, Ayah." Sahut Satria pada Eliana. "Benar begitu, Ma?" tanya Daffa pada Mamanya. Eliana menelan saliva yang terasa pahit. Ia tak ingin membuat anaknya terluka dan menjadi anak yang merasa terkucilkan. Air matanya jatuh membasahi pipi, entah ia tak bisa berpikir kali ini. "Sayang, Daffa, dia adalah Ayah kamu namanya Ayah Satria, beliau sama kayak Papa Rein. Jadi kalian ada ikatan darah mengerti sayang." Jelas Eliana pada Daffa. Daffa terdiam ... wajah yang ceria terlihat sangat murung, dan menatap ke arah Eliana. Sesaat hening tak ada satu kata suarapun yang keluar. "Ayah ... Ma? Tidak," tanya Daffa lagi.
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status