Semua Bab Payung Yang Jebol: Bab 1 - Bab 3
3 Bab
1. Aku, Sarni Trilili
Tangisnya belum mereda. Dadanya yang tambun terguncang-guncang hebat. Betul, suara isak tangisnya sudah tidak keras lagi. Tetapi itu malah terdengar menyakitkan, ngenes-ngenesi ati. Sementara dari balik pintu muncul dua perempuan yang sebaya dengannya. Yang satu berkebaya dan satunya lagi memakai rok. Tak ada gincu-gincu di bibir mereka. Pendatang yang ber-rok duduk di samping si penangis, menghibur. Sedangkan si kebaya diam dengan pancaran mata yang sukar diraba, entah turut berduka cita atau sebaliknya. Boleh jadi kematian laki-laki Sarni Trilili merupakan hiburan tersendiri baginya.“Sudahlah. Kematian itu milik siapa saja. Maka tak usah terlalu ditangisi, ” bisik yang berkebaya.“Betul. Besok lusa kau pasti sudah tertawa renyah lagi,” sambung yang ber-rok sambil sedikit melengos. Tangan yang berkebaya pun menyubit pantatnya, agar temannya itu menjaga mulut.Kematian Jonet Tralala yang terkena radang tebece menambah perbendaharaan jand
Baca selengkapnya
2. Tragedi Tengah Malam
Tragedi! Tragedi!Tragedi tidak jadi terjadi. Karena dengan kuat gigi Sarni Trillili menggigit jari-jari tangan setan itu. Bekapan itu lepas dan orang itu lari sambil menahan sakit di tangannya.  Sarni Trilili belum sempat mengenali si misterius. Duh gusti! Sarni Trilili menangis. Sakit, sakit hatinya. Ketika Surip Sasawati pulang diantar Yu Munah Soblem, sempat pula mereka melihat mata sembabnya. Tapi perkiraan mereka jelas tangisan itu karena Sarni Trilili  baru teringat dengan Jonet Tralala, sang almarhum. Sarni Trilili pun enggan menceritakan aib yang hampir saja menimpanya. Maka, ketika Yu Munah Soblem pamitan, ia hanya bisa mengangguk tanpa berkata-kata. Ketika Surip Sasawati tertidur Sarni Trilili hanya bisa klisikan. Otaknya berteka-teki silang, siapa gerangan setan yang hampir memperkaosnya.Kamto Oncekkah? Rasanya bukan. Kamto Oncek orangnya cebol dan tangannya kurus, tak sekekar itu. Tampaknya bukan orang dusun ‘ex’. Di dusun ‘ex&
Baca selengkapnya
3. Menunggu Mawar Merah
Uba rampe pendukung keberadaan warung gudeg sudah siap sedia. Dengan mobil colt gundul para pemuda dusun ‘ex’ pergi ke kota Kendil untuk membantu membereskan calon warung. Semua itu di bawah komando Kang Jito Akik. Akhirnya warung Trilili’s Gudeg pun siap diresmikan. Tapi Sarni Trilii menunggu hari Senin untuk potong pita dan melepas burung merpati untuk  peresmian. Sejak itu warung Trilili’s Gudeg sudah resmi buka. Untuk promosi, Sarni Trilili menyebar ribuan brosur yang dicetak sederhana.Eloknya, yang jajan pertama kali adalah Joko Pekik. Ah, Sarni Trilili jadi salah tingkah. Pasti ia dapat bocoran dari Mbah Darmo.“Makan siangnya kok ke sini? Apa tidak kejauhan?” tanya Sarni Trilili berbasa-basi. Padahal hatinya kecilnya ia senang kalau Joko Pekik berada di dekatnya.“Ah, hari ini ‘kan pembukaan warung Mbakyu Trilili. Tentu saya sempat-sempatkan ke mari.” Sejak hari itu pula Trili
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status