Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. のすべてのチャプター: チャプター 91 - チャプター 100

Anak itu pasti mendengar pertengkaran ku dengan mas Dika. Sekarang dia sedang membenturkan kepalanya ke dinding, sedang ibu masih berusaha menolong agar anak itu tak terluka. Justru tangannya yang terlihat memerah, karena menghalangi kepala Adit agar tak membentur dinding."Apa yang kalian lakukan? Sudah tau Adit tak suka melihat atau mendengar orang bertengkar. Kalian justru saling berteriak di rumah."Aku tak menjawab hanya membantu ibu menarik tubuh Adit menjauhi dinding. Kini anak itu tengah meringkuk di tempat tidur."Anak setan, kau hanya menyusahkan aku saja!" teriak ku."Ani tutup mulutmu!"Aku terkejut saat mendengar teriakan ibu. Aku kesal karena semua masalah yang timbul karena Asma dan kandungannya. Sekarang mas Dika pergi, tanpa aku ketahui tujuannya."Makanya kau harus sabar, An. Kuasai dulu rumah ini, baru kau bisa bertindak sesukamu. Sekarang kau sendiri yang rugi kalau begini."Ibu benar aku harus mulai hati-hati. Bisa jadi mas Dika akan berbuat macam-macam kalau dia

"Berhenti!"Aku yang tengah mengawasi pengukuran tanah terkejut. saat melihat keributan dikerumunan para wanita biang kerusuhan kampung. Untung pak RT ada disitu juga bersamaku, sehingga kami bisa segera melerai keribuatan itu, namun sayang semua terlambat, korban sudah terkapar tak sadarkan diri."Da ...darah, Pak RT."Aku menunjuk kearah kaki wanita yang baru aku ketahui ternyata mbak Ani. Pak RT terkejut dan segera meminta para wanita itu mengangkat mbak Ani untuk dibawa ke puskesmas."Mbak Asma mau ikut mengantar ke puskesmas?"Aku segera mengelengkan kepala bagiku mencari aman akan jauh lebih baik. Toh ada pak RT biar dia yang mengurus wanita itu."Biar mampus sekalian, Ma. Dia tadi menghinamu jadi kami beri pelajaran padanya."Aku hanya tersenyum mendengar ucapan wanita itu. Biar dia mau berkata apa yang penting aku tak ikut campur."Tapi tak harus mencelakai bayi dalam perutnya juga mbak."Aku berkata sembari meninggalkan mereka. Wanita-wanita ini belum dapat balasan, jadi masi

Aku meletakkan kembali amplop itu, setelah memasukkan lagi cek yang sudah aku lihat."Saya dengar Asma mau membangun masjid di atas tanah milik bapak. Ini sumbangan awal dari saya."Aku menatap kearah ibu, ternyata mas Adam sudah tau rencana kami. Pasti ini ulah Lidya yang bicara pada Iin, atau pada seseorang yang langsung menyampaikan pada mas Adam. "Sebelumnya saya ucapkan terima kasih, Mas Adam. Kalau soal bantuan silahkan langsung pada yang bertangungjawab. Untuk saat ini kami belum membentuk panitia, karena tanah juga baru diukur. Belum ada rencana bentuk masjid yang akan kami bangun, jadi belum tau butuh dana berapa."Aku tersenyum sembari menyerahkan amplop diatas meja. Aku tak mau terjadi sesuatu dengan uang amanah darinya."Kalau begitu simpan saja dulu, Ma. Nanti kita kumpulkan dulu biaya untuk pembangunan masjidnya."Aku menatap ibu dan wanita itu mengangguk. Aku segera menghubungi pak RT, aku rasa pria itu dibutuhkan untuk menjadi saksi pada transaksi ini."Tunggu sebenta

"Bapak mengeluarkan uang sebanyak ini buat apa? Ingat ini tabungan buat kuliah anak kita."Bu Sumanti sudah sering mendengar suaminya suka selingkuh tapi dia belum melihat langsung. Kini dia harus menelan pil pahit, saat tiga puluh juta keluar dari tabungan mereka. Entah ada perasaan apa, sehingga dia memeriksa tabungan itu dan mengeprint buku tabungan, terlihatlah dalam sebulan ini keluar uang tiga puluh juta."Tidak usah teriak begitu, Bu. Uang itu punya bapak juga, jadi tak masalah kalau bapak gunakan buat modal usaha," ucapnya ketus."Usaha apa, Pak? Sampai sekarang aku bahkan tak tau kerjaan dan gajimu."Bu Sum semakin murka dia sudah kehabisan kesabaran, apalagi ini menyangkut tabungan untuk kuliah anak gadisnya."Aku tak mau tau, bapak kembalikan segera uang tiga puluh juta itu. Kalau tidak lihat saja apa yang akan aku buat.”Bu Sum segera meninggalkan suaminya dan membanting pintu dengan keras, tanpa menyadari anak gadis mereka melihat langsung pertengkaran itu."Selama ini ak

"Asma tolong ibu, Nak."Asma terkejut saat mantan mertuanya tiba-tiba masuk ke ruangannya. Iin tampak tak enak hati, karena tak berhasil mencegah wanita itu masuk."Tak apa In, tinggalkan kami berdua."Asma meminta wanita itu keluar, karena mantan mertuanya sudah duduk di depannya. Setelah menarik napas panjang dia pun bertanya."Ibu mau minta tolong apa?"Asma menatap mantan ibu mertuanya. Dia menyatukan kedua tangan di atas meja, siap mendengarkan penjelasan wanita itu."Bantu menemukan Rika, sudah seminggu dia menghilang. Ibu tak berani lapor polisi takut dimintai uang."Asma menarik napas dia merasa heran apa ibunya Alam tak berpikir, sebelum meminta bantuan padanya. Dia hanya mantan menantu yang bercerai karena ulahnya."Sebelumnya boleh aku bertanya, Bu. Apa tak terpikirkan sebelum minta bantuan padaku? Pada wanita yang pernikahannya hancur karena ulahmu."Asma menatap wanita yang tengah menunduk di depannya. Meski kasihan tapi dia tak