All Chapters of Ranjang Panas CEO: Chapter 11 - Chapter 20
71 Chapters
Bab 11
"What!! Berteman!? Ingat Vano, tidak pernah ada yang namanya pertemanan antara pria dan wanita!" seru Kenzi dengan wajah jengahnya."Lagi pula aku hanya sekedar respect padanya, kurasa dia itu berbeda dengan wanita yang biasa naik ke ranjangmu Kenzi. Dia itu apa adanya dan dia juga tidak pandai menyembunyikan perasaanya, kurasa kau lah yang sudah salah menilainya," Vano pun kembali membayangkan wajah Freya dengan senyum manis yang terukir di wajah cantiknya itu."Cih!! Dia itu hanya memasang tampang polos Vano! Aku mengingatkanmu karena kau sudah seperti saudaraku sendiri, aku tidak mau kau mengalami hal yang sama denganku!" Kenzi pun kembali mengingat masa dimana dia memergoki secara langsung alias live, adegan ranjang panas mantan kekasihnya yang bernama Viona."Tunggu dulu Ferguso, kau tidak bisa begitu saja menyamakan Freya dengan Viona kan?" protes Vano."Tunggu saja aku membuka topeng polosnya!" Kenzi pun beranjak dari sofa dan duduk di kursi kerjanya, membuka
Read more
Bab 12
Byurr!!Untuk ke sekian kalinya Kenzi menyemburkan kopi yang Freya buat, namun kali ini Freya menundukkan kepalanya sambil berusaha untuk menahan tawanya."Huek!! Kopi apa ini? Kenapa asin?! Kau mau membuatku darah tinggi?!""Ups maaf tuan, kurasa aku salah memasukkan garam ke kopi anda tuan aku kira itu gula. Mungkin itu karena tadi saat aku sedang mencari gula, mataku kemasukan debu jadi aku tidak bisa melihat dengan jelas," elak Freya, "Mampus!! Rasakan itu, siapa suruh kau mengerjaiku!" batin Freya yang sedang menahan tawanya."Ooh ... Jadi tadi matamu itu kemasukan debu?" Kenzi pun beranjak dari duduknya dan berjalan perlahan ke arah Freya, dan sontak saja Freya pun perlahan berjalan mundur selangkah demi selangkah karena Kenzi pun juga dengan perlahan namun pasti mendekat ke arahnya dengan senyum devilnya.Hingga Akhirnya ...Bruk!!Langkah Freya pun terhenti saat dirinya mundur sampai menabrak sisi sofa dan membuatnya terjatuh ke atas sofa i
Read more
Bab 13
"Dor!!" "Aaaaa!! Ampun ... Ampun ... tadi aku tidak sengaja melakukanya, ku mohon maafkan aku tuan Kenzi ..." ucap Freya sambil mengatupkan kedua tanganya di depan dada, tanpa berani membuka kedua matanya."Hah? Kau ini kenapa Freya? Ini aku, Vano," Vano pun berusaha menahan tawanya, melihat ekspresi lucu yang Freya perlihatkan saat mengira dirinya adalah Kenzi.Freya pun segera membuka matanya dan bernafas lega, "Huft! Ku kira kau si Cadas itu yang datang untung marah-marah padaku," gerutu Freya karena berfikir paati dirinya tampak bodoh tadi di hadapan Vano."Memangnya apa yang terjadi sampai kau takut seperti itu jika yang datang ke sini tadi adalah Kenzi? Apa terjadi sesuatu di antara kalian?" tanya Vano mengangkat ebelah alisnya menatap Freya untuk mendapatkan jawaban."Aku baru saja membuat si Cadas itu mimisan," Freya menghela kasar nafasnya, dengan raut wajah yang nampak lesu."What!? Mimisan? Bagaimana bisa, ayo ceritakan padaku," Vano pun menarik kursi yang ada di depan mej
Read more
Bab 14
"Mampus!!"Jantung Freya pun seakan berhenti berdetak saat ini, karena yang baru saja yang menelponnya tidak lain adalah orang yang baru saja dia bicarakan, siapa lagi kalau bukan Kenzi."Apa aku akan di kuliti olehnya? Oh tuhan ... aku belum siap mati hari ini!" gumam Freya sambil berjalan gontai keluar dari ruangannya.Freya pun menguatkan hatinya untuk memenuhi panggilan Kenzi, karena mau tidak mau dia harus tetap menuruti perintah Kenzi. Bagaimanapun si cadas itu tetap bosnya, ya ... walaupun dia bos yang amat sangat menyebalkan.Tak! Tak! Tak!Freya pun kini sudah berdiri tepat di depan pintu ruangan kerja milik Kenzi, namun hanya untuk mengetuk pintu saja, rasanya sangatlah berat bagi Freya."Hufft ..." Setelah menenangkan dirinya, Freya pun segera mengetuk pintu ruangan yang sudah bagai neraka dunia untuknya itu. Tok ...Tok ...Tok ..."Masuk." Suara berat dan terkesan dingin itu pun terdengar menyahuti ketukan Freya dari dalam sana.Freya pun masuk ke dalam dengan was-was.Br
Read more
Bab 15
Hari-hari sebelum keberangkatan mereka bertiga ke miami bagaikan sebuah surga sebelum neraka bagi Freya.Kenzi benar-benar tak lagi mencari masalah dengannya, tapi hal itu justru membuat Freya bingung, "Tumben banget si Cadas itu tidak mencari masalah denganku, tapi itu juga kabar bagus untukku jadi aku bisa tenang selama masa trainingku.""Kelihatannya kau sedang senang Freya?" Suara langkah kaki pun terdengar mendekat ke arah Freya."Eh, Vano? Ada apa? Apa ada pekerjaan lagi untukku?" "Tidak ada. Aku hanya mau mengingatkanmu kalau besok kita akan berangkat ke miami, aku takut kau lupa.""Oh itu aku tidak lupa, aku juga sudah mempersiapkan semuanya." Freya memamerkan deretan gigi putihnya."Baguslah kalau begitu, tapi besok kita tidak jadi naik pesawat reguler.""Hah? Lalu?""Kita akan naik pesawat pribadi milik keluarga Adinata.""Waah ... daebak! Sekaya itukah mereka?" kagum Freya."Ya, itu baru sebagian dari kekayaaan keluarganya Kenzi. Kalau begitu apa kau makan siang bersama?"
Read more
Bab 16
"Huft ... akhirnya masa percobaanku yang berat ini selesai juga." Gumam Freya sembari menatap langit-langit kamar itu, "Tapi apa iya si Cadas itu akan berhenti menggangguku karena masa percobaanku sudah selesai? Sepertinya itu mustahil, selama tujuh hari ini saja dia sudah terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya padaku." Wajah Freya pun terlihat murung.Selama masa percobaan ini, sudah tak terhitung berapa kata-kata kasar yang dia terima dari bosnya itu. Bahkan julukan sebagai wanita murahan, jal*ang, penjaja tubuh, wanita panggilan, dan masih banyak lagi julukan lain yang di sematkan Kenzi padanya tanpa alasan yang jelas."Jika saja aku tidak benar-benar membutuhkan pekerjaan ini, aku sudah pasti memilih untuk keluar dari pekerjaan ini sejak awal. Tapi mau bagaimana lagi, pekerjaan ini bisa membantu orang tuaku di masa sulit seperti sekarang." Batin Freya.Memang selama masa percobaan ini, Kenzi tak pernah bersikap baik padanya. Dia selalu saja sengaja mencari masalah dengan Fre
Read more
Bab 17
"Apa yang harus ku lakukan? Ini sudah hampir setengah jam! Apa aku harus terus di sini? Bisa-bisa aku akan mati kedinginan." Gumam Freya. "Ah benar! Aku minta tolong saja pada Vano untuk mengambilkan handukku."Cklak!Sebuah kepala menyembul keluar dari celah pintu, dan memang hanya kepala saja yang terlihat, "Vano ..." panggil Freya yang tidak mendapat jawaban dan setelah menscan seluruh penjuru ruangan, Freya memang tak bisa menemukan Vano di sana. "Eh, kemana dia? Apa dia sudah pergi duluan karena lama menungguku? Berarti aku bisa keluar dengan tenang sekarang." Freya pun dengan hati senang keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya.Namun saat tengah mencari baju yang akan dia pakai, tiba-tiba pintu kamar pun terbuka.Cklak!Freya membelalakkan matanya kala ia memutar pandangannya dan menemukan sosok Vano di ambang pintu "Aaaaaah!" Freya yang terkejut pun sontak langsung duduk sambil menutupi aset berharganya."Astaga, Freya maafkan aku. A-aku tidak sengaja.
Read more
Bab 18
"Cih! Dasar wanita jal*ng!" ujaran lirih seorang pria yang duduk di bangku paling ujung, siapa lagi kalau bukan CEO arrogant kita, Kenzi Adinata. "Semudah itu dia menerima Vano? Hah, apa yang aki katakan? Tentu saja dia menjawabnya dengan sangat mudah, bukankah memang itu yang dia inginkan sejak awal?!" batinnya yang tak henti-henti menuduh Freya dengan hal-hal buruk yang tak pernah ia lakukan."Tuan, anda mau pesan apa?" tanya seorang pelayan wanita pada Kenzo."Buatkan satu kopi americano." Ucapnya."Baik tuan."Dia pun kembali memegang koran yang ada di hadapannya itu sebagai alat penyamaran, tapi sayangnya ..."Vano, coba lihat orang itu." Tunjuk Freya ke arah seorang pria yang duduk di bangku paling ujung."Kenapa?" Vano pun mengikuti arah telunjuk Freya dan mendapati seorang pria yang tengah membaca koran. "Seorang pria membaca koran, memangnya apa yang aneh sampai kau menyuruhku melihatnya?""Apa kau tidak merasa ada yang aneh?""Hah? Tidak." Jawabnya sambil menggelengkan kepal
Read more
Bab 19
Drtt ...Drtt ...Drtt ...Freya pun segera mengalihkan pandangannya ke arah laut, dan menarik kepalanya dari bahu Vano. "Siapa yang menelepon jam segini?!" gumam Vano dengan kesal, karena momen indah itu hampir saja terjadi namun di gagalkan oleh getaran dari benda pipih itu."Ehm ... angkat saja dulu, siapa tau telepon penting." Ucap Freya."Haish ... karena pacarku sudah bilang begitu, maka akan ki angkat teleponnya." Gombalan receh Vano yang sudah bisa membuat pipi Freya semakin bersemu merah."Aaaa! Tadi dia memanggilku pacarnya?! Oh tuhan ... rasanya aku ingin sekali berteriak sekeras mungkin! Mimpi apa aku semalam, sampai-sampai aku mendapatkan durian runtuh ini?" jerit hati Freya yang merasa sangat-sangat bahagia saat ini.Namun saat Vano melihat nama yang tertera di layar ponselnya, dia pun berdecak sebal. "Ck!""Ada apa?""Ternyata itu dari Kenzi, dan ku rasa dia hanya ingin mengganggu kita.""Jangan sembarang menuduh, coba saja angkat dulu teleponnya.""Baiklah ...""Halo,
Read more
Bab 20
"Karena aku masih perlu membicarakan hal lainnya denganmu, Vano. Dan lagi ini memang tugas dia, dan tujuanku membawa serta wanita murahan itu agar dia bisa melakukan pekerjaannya. Aku tidak membawanya ke sini untuk berlibur atau jalan-jalan santai, Vano." Jelasnya."Tapi Kenzi, kenapa begitu mendadak?""Apa kau jadi bodoh begini karena terlalu lama dekat dengan wanita jal*ng itu, Vano? Bukankah hal semacam ini sudah sering terjadi?" "Stop, Kenzi! Berhenti memanggilnya dengan sebutan kotor! Dia punya nama, namanya Freya! Dan kau harus tau, mulai sekarang dia adalah pacarku dan aku akan segera melamarnya setelah kita kembali!" setelah mengatakan hal itu tanpa menunggu jawaban Kenzi, Vano pun keluar dari kamar Kenzi dengan membawa serta dokumen itu."Vano akan melamar wanita jal*ng itu? Tidak! Tidak akan ku biarkan rencana busukmu itu berjalan dengan lancar, wanita sialan!" geram Kenzo dengan gigi yang bergemelatuk dan rahang yang sudah mengeras menahan amarahTok...Tok...Tok..."Siap
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status