All Chapters of Mertuaku Selalu Pilih Kasih: Chapter 41 - Chapter 50
64 Chapters
Kesedihan Rani
"Kumohon, Nai. Berikan aku kesempatan. Aku bisa gila jika harus kehilanganmu lagi!" ucap Rendi penuh penekanan. "Apa!?" Naila dan Rendi secara bersama menoleh ke asal suara. Di belakang mereka Rani berdiri terpaku dengan bibir bergetar menahan tangis. "Apa yang aku dengar barusan benar, Mas?" tanya Rani. "Mbak Naila tolong jelaskan padaku," lanjut Rani. Melihat di ruangan itu banyak orang, Naila mengajak Rani ke ruangannya dan Rendi mengikutinya. "Ran, tolong jangan salah paham. Dengarkan dulu penjelasan Mbak," Naila memohon kepada Rani. "Yang kamu dengar tadi memang benar, Ran. Aku mencintai Naila. Sudah dari dulu aku menyayanginya tapi takdir berkata lain." jelas Rendi. "Cukup, Ren! Kamu bisa melukai Rani," geram Naila. "Biarkan saja, Mbak. Aku ingin mendengarkan yang sebenarnya. Aku kuat menerima kenyataan daripada terus-terusan dibohongi," ucap Rani parau. "Maafkan aku, Ran. Aku yang salah, aku mendekat
Read more
Rendi Menyerah?
"Mbak Linda, apa Rani tidak bekerja hari ini?" tanya Naila pada karyawannya. "Dia gak datang, Mbak. Gak tau kenapa gak ngasih kabar juga," sahut Linda seraya membersihkan tempat kerjanya. Naila merasa khawatir pada sepupunya itu setelah kejadian tempo hari. Dia mencoba menghubungi Rani lewat sambungan telepon. "Halo, Ran? Kamu baik-baik aja, 'kan? Kenapa gak masuk hari ini?" tanya Naila beruntun. "Aku lagi gak enak badan, Mbak. Tadi udah ngirim pesan, coba liat deh, Mbak. Mungkin pesanku belum kebuka," jawab Rani. "Oh yaudah. Kamu istirahat aja dulu ya, semoga lekas baikan lagi," ucap Naila. "Iya Mbak." Naila merasa lega setidaknya Rani tak masuk kerja bukan karena dirinya. Dia tak mau hubungan yang baik menjadi renggang karena laki-laki. Saat membuka ponselnya, memang benar Rani telah mengirimkan pesan tadi pagi. Karena sibuk, Naila tak sempat membukanya. Luka di hati Rani masih basah, tak mudah baginya melupakan
Read more
Usaha Arya
ANAKKU JUGA CUCUMU, BU# PART33(43) "Naila ... a-aku cuma ingin melihat Raka," ucap Ikhsan terbata. Dia takut jika Naila akan marah atau menolak kedatangannya. Naila melihat situasi sekitarnya, suasana sore banyak tetangga yang bermain di luar rumah. Di depan juga ada Bapak-Bapak yang ngobrol santai. Rasa takutnya hilang seketika, setidaknya pria itu tidak akan berani berbuat nekad. "Baiklah, Mas. Kamu boleh melihat Raka sebentar, tapi tetap di sini." sahut Naila. Ikhsan lega akhirnya Naila mengijinkannya. Dia meraih bocah gembul itu lalu memeluk dan menciuminya. Raka yang semula berontak akhirnya bisa beradaptasi lagi. Lama tak bertemu ayah kandungnya, tak membuat anak itu merasa seperti orang asing. Dalam hitungan menit, bocah itu bisa bercanda ria dengan Sang Ayah. Ikhsan senang sekali, anaknya kini sudah semakin besar dan mengerti perkataannya. Setelah puas bermain, dia ingin berpamitan kepada Naila untuk kembali."Nai, makasih udah
Read more
Pendekatan Arya
"Ka-kamu?" ucap Arya kaget pada seorang perempuan yang ada di hadapannya. "Iya, Mas. Ini aku Renata. Jadi sekarang kamu tinggal di kota ini juga?" tanya seorang perempuan yang ternyata bernama Renata. "Iya, aku pindah ke sini dan tinggal sama Mama aku," ucap Arya seraya memalingkan wajahnya dari Renata. "Dan ini Naila calon istriku," lanjut Arya lagi. Naila menutup mulutnya terkejut. Tak menyangka Arya akan mengatakan itu. Belum berhenti rasa terkejutnya, Arya tiba-tiba saja merangkulnya mesra. Terlihat sekali ada gurat kecewa di wajah manis Renata." Ja-jadi kamu sudah mau menikah?" "Iya, seperti yang aku bilang tadi" sahut Arya. Wajahnya yang biasa ramah kini berubah menjadi dingin tanpa ekspresi. "Ayo, sayang. Kita cari tempat makan lain yang lebih nyaman," ucap Arya seraya menggandeng tangan Naila. Naila yang masih bingung dengan situasi ini, menurut saja saat Arya menggandengnya keluar dari restoran. Sepanja
Read more
Membuka Hati
Aarrgh!! "Mas Ikhsan, tolong aku," teriak Amanda. Bu Sukma dan Pak Jaka keluar dari dalam kamar mendengar keributan di rumahnya. Pak Jaka berusaha menghentikan Irda yang masih terus menyerang menantunya itu. "Sudah Irda, hentikan! teriak Pak Jaka. "Biarin, Pak. Perempuan gak punya malu ini memang harus diberi pelajaran!" hardik Irda dengan nafas terengah-engah. "Pasti kamu yang buat gara-gara dulu sama Irda, 'kan?" Bu Sukma membela anaknya. "Kalian semua emang keluarga toxic!! Awas aja aku bakal aduin ke Mas Ikhsan!" teriak Amanda lalu berlari masuk ke dalam kamarnya. Sementara Ikhsan kini lebih sering menghabiskan waktu di luar bareng temannya. Pria itu bahkan betah berjam-jam nongkrong di warung untuk sekedar minum kopi. Suasana rumah yang dulu sering dirindukannya, kini hanya menjadi tempat numpang tidur saja. Tak ada kedamaian ia temukan di dalamnya.**** "Mas, aku udah gak betah tinggal di sini," ucap Amanda ketika suaminya baru pulang dari nongkrong di warung. "Ada apa
Read more
Rendi Kecelakaan
Di tikungan tajam, ada mobil yang berjalan dengan kecepatan penuh juga. Rendi berusaha menghindari mobil itu dan sedikit oleng. Dia banting stir ke kanan dan .... BRAK!! Mobil Rendi menabrak pohon yang ada di pinggir jalan. Kepala mobil remuk dan Rendi tak sadarkan diri. Beberapa orang yang berada di sekitar tempat kejadian berlari menghampiri. Ada yang berusaha menolong, ada yang menelpon untuk segera mendapatkan pertolongan.**** Rani mondar-mandir menunggu kedatangan Rendi. Dia merasa mungkin Rendi ada masalah hingga lama menunggu tak datang juga. Ingin menelponnya tapi takut mengganggu Rendi yang sedang menyetir. Karena lama tak datang juga, akhirnya dia tak sabar mengambil ponsel untuk menghubungi pria itu. Rani mencoba menghubungi nomer Rendi, ada yang mengangkat."Halo?" Rani merasa itu bukan suara Rendi."Halo, dengan Rendi, bukan?" tanya Rani penasaran. "Mas Rendi, baru saja kecelakaan, Mbak. Ini sedang dibawa ke Rumah Sak
Read more
Rendi Kritis?
ANAKKU JUGA CUCUMU, BU# PART36(47) Setibanya di rumah, Naila makan bersama dengan Raka. Bu Rima duduk menemani mereka makan. "Ibu udah makan?" tanya Naila. "Udah, Nai. Jadi sekarang gimana keadaan Rendi?" tanya Bu Rima. "Keadaannya tadi masih kritis waktu aku pulang, Bu. Semoga saja dia lekas sadar," ucap Naila. "Aamiin," sahut Bu Rima. Ponsel Naila berdering tanda ada panggilan masuk. Ternyata Arya yang menelponnya. "Halo, Nai? Tadi aku mengirimi kamu pesan namun tak kamu balas," ucap Arya. "Oh iyakah? Maaf aku baru sempat buka ponselku, tadi di rumah sakit," ucap Naila seraya menyendokkan nasi ke mulut Raka, anaknya. "Siapa yang sakit, Nai? Kamu baik-baik aja, 'kan?" teriak Arya spontan. Suaranya terdengar melengking di telinga Naila. "Hadew ... jangan teriak dong, aku gak budek. Rendi yang kecelakaan, sekarang kondisinya kritis," jelas Naila. Arya bernafas lega. Setidaknya tidak terjadi hal yang buruk
Read more
Pernyataan Cinta Rendi
Rani menunggu Rendi hingga tengah malam. Karena kelelahan, gadis itu tertidur di samping Rendi. Perlahan Rendi membuka matanya, pandangannya terasa buram, setelah beberapa saat pandangannya mulai terang. Dilihatnya siapa yang kini berada disampingnya. Rani tertidur sambil menggenggam tangan Rendi. Rendi tersenyum hangat melihat gadis itu. Dia merasakan ketulusan Rani, cinta yang besar dari gadis itu. Tangannya membelai lembut wajah Rani. Sentuhan tangan Rendi membuat gadis itu menggeliat. Dengan setengah sadar dia membuka matanya, dan membulat sempurna ketika melihat Rendi tengah memandangnya. "Mas, Mas Rendi ... kamu udah sadar, Mas?" ucap Rani masih tak percaya. Rendi tersenyum menanggapi ucapan Rani. Lantas gadis itu memeluk erat Rendi yang masih terbaring lemah. "Mas, aku khawatir banget sama kamu, aku takut sesuatu yang buruk terjadi padamu," ucap Rani tak dapat menahan tangis. Rendi membelai rambut hitam legam milik Rani,"B
Read more
Rencana Anton
Bu Sukma, Pak Jaka, dan Irda bersiap-siap pergi menjenguk Rendi. Mereka membawa baju ganti dan makanan untuk Bu Ida dan anaknya karena masih belum diperbolehkan dokter untuk pulang. "Mas, kamu berangkat kerja jam berapa? Ini aku udah mau pergi sama Bapak dan Ibu," tanya Irda pada suaminya, Anton. "Ini udah mau berangkat, Dek. Bekal makan siangku udah kamu siapkan?" tanya Anton. "Udah itu tinggal ambil di meja makan," sahut Irda. "Yaudah, aku berangkat dulu, Dek," ucap Anton. Seperginya Anton, Bu Sukma dan keluarganya juga pergi ke rumah sakit. Sedangkan Ikhsan sudah berangkat kerja dari tadi pagi sekalian mampir ngopi di warung. Tinggal Amanda yang masih tidur di kamar. Perempuan itu memang terbiasa bangun siang. Dia tak mau bersusah payah masak dan membersihkan rumah. Mengetahui istri dan mertuanya telah pergi, Anton kembali lagi ke rumah. Lelaki itu sudah punya rencana licik di kepalanya. Sudah lama dia tergoda akan ke
Read more
Arya-Membuka Hati
Di kediamannya, Arya tersenyum sendiri memandangi ponsel. Tanpa sepengetahuan Naila, pria itu berhasil mengambil foto dirinya. Bu Hera merasa heran dengan sikap putranya itu. Dia mendekati Arya, tapi anaknya itu belum menyadari kedatangan Mamanya. Dilihatnya sumber yang membuat putranya tersenyum sendiri. Bu Hera tersenyum melihatnya. "Cantik!" Bu Hera mengatakannya ketika melihat foto Naila. Arya kaget dan ponsel ditangannya nyaris terlepas. Beruntung dia dapat menangkapnya kembali. "Mama, selalu ngagetin aja," ucap Arya malu-malu. "Jadi kapan kamu membawa Naila ke sini?" tanya Bu Hera penasaran. "Nanti, Ma. Aku belum menyatakan perasaanku padanya." jawab Arya masih malu-malu. "Maksud Mama bukan itu. Kapan kamu membawa Naila ke sini untuk membicarakan pengambilan foto," ujar Bu Hera santai. "Oh, itu!" Arya tertawa dengan kesalahpahamannya, wajahnya merah menahan malu. "Beberapa hari ini Naila masih sibuk, na
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status