Semua Bab KARMA PERSELINGKUHAN AYAH : Bab 61 - Bab 70
181 Bab
BAB 70. Tak tahu malu.
“Barang kali aja, ya, kan, Oma? Apa Oma lihat ayah?” tanyaku konyol. Aku juga tahu kalau orang yang sudah meninggalkan mana bisa datang lagi.Oma menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menangis.“Ada apa, Bu? Cepat katakan,” bujuk opa.“Uangku ... uangku hilang, Pak!” teriak oma histeris.“Uang? Uang apa dan di mana?” tanya opa lagi.“Di sana, Pak. Di atas pintu. Ibu simpan di wadah bekas HP ini,” jawab oma. Tangisnya pecah.“Kok, bisa? Kenapa Ibu taruh di sana. Berapa Bu, biar kita bantu cari,” sela Tante Devi.“Du—a, Dev. Du—a puluh juta!” Oma makin histeris.“Apa!” sahut mereka bersamaan.Ha-ha sudah kuduga, pasti mereka terkejut. Duh, Oma, maafkan aku, ya? Aku jadi jahat sama oma.“Kok, Ibu ini aneh! Kenapa uang sebanyak itu Ibu taruh di sana. Aku yakin Ibu pasti lupa narok.” Tante Devi mulai beraksi dia mulai menggeledah lemari baju oma.“Enggak, Dev! Ibu enggak lupa narok, kemarin masih ada,” jawab oma.“Bapak-bapak, Ibu, kami permisi undur diri. Insya Allah besok malam kami ke s
Baca selengkapnya
BAB 71. Aku tidak takut padamu, Opah!
~k~u🌸🌸🌸Hari ini tepat hari ke empat kepergian ayah. Sidang yang seharusnya dijalani ayah juga kemarin telah digelar. Benar kata Om Ardi, Om Jeep mengajukan banding. Harusnya dia menjalani hukuman selama 20 tahun. Aku tidak rela jika akhirnya nanti dia bisa bebas ataupun masa tahanannya berkurang.“Al, boleh pinjam uang enggak mau beli perlengkapannya sekolah,” ujar Nindi. Dia membuyarkan lamunanku.“Enggak ada uang aku, Nin. Minta sama mamahmu saja.”“Mamahku juga enggak ada. Barusan aku minta. Tolonglah, Al. 300 ratus ribu rupiah saja, nanti kalau Om Opik sudah transfer langsung aku balikin.”“Siapa Om Opik?”“Ayolah! Jangan pura-pura enggak tahu, dia itu sugar Daddyku.”“Jadi, kamu sekarang terang-terangan begitu sama aku?”“Mau gimana lagi, Al. Aku terpaksa jika tidak begini aku tidak bisa sekolah. Papaku masuk penjara, mamahku mana bisa biayain aku.”“Gila, kamu Nin! Masih banyak jalan halal. Kamu enggak takut kejadian kemarin terulang lagi?”“Mau pinjemin apa enggak nih? Kal
Baca selengkapnya
BAB 72. Terkejut WA dari Nindi.
“Alya, kamu sudah gila, ya! Kamu enggak tahu gimana sebenarnya Opa! Dia, di—a itu monster!” teriak Nindi.“Tenang, Nind. Opa memang monster. Kita harus pakai otak untuk melawan opa. Bukan dengan kekuatan,” kataku meyakinkan.“A—ku takut, Al. Aku ....” Kugenggam erat jemari Nindi aku tahu dia sangat takut dan juga trauma.“Everything is ok! Trust me!” kataku lagi.“Tapi, kalau ....” Nindi ragu melanjutkan kalimatnya.“Nindi, ada Allah yang akan menolong kita, jadi jangan takut. Ada Om Ardi yang memberi kita jaminan keselamatan. Selama kita yakin semua akan baik-baik saja. Kamu kira aku tidak takut pada opa. Sama aku pun takut, tapi kalau kita tunjukkan rasa takut kita opa akan semakin senang dan juga akan semakin menindas kita.”“Thanks, Al.”“You are welcome.”Kami tidak melanjutkan pembicaraan tentang opa lagi karena ada Angga. Ini rahasia keluarga siapa pun tidak boleh tahu. Bila akhirnya tahu biarlah dari orang lain ataupun dari media.Pedofil itu penyakit yang harus ditangani buka
Baca selengkapnya
BAB 73. Tante Anin tidak mau pergi.
Tidak tahu malu! Tidak punya iman. Otak mesum! Bisa-bisanya Vidio begitu dikirimkan pada cucunya sendiri tepat saat cucunya sedang sekolah.Awas kamu opa! Habis kuhajar burungmu sampai loyo bila perlu kubasmi pakai jurus tendangan mautku.Drrrrttttt!Lagi pesan dari Nindi.Pesan diteruskan.[Bagaimana, Sayangnya Opa? Kamu pasti menikmatinya juga ‘kan. Opa rindu padamu.]Brengs*k! Benar-benar aki-aki luknut! Pantas saja kelakuan ayah bejat ternyata menurun dari opa.Astaghfirullah jadi ngomongin ayah yang sudah meninggal gara-gara opa.[Blokir aja, Nind! Jangan kamu balas.] Kukirim balasan pada Nindi. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadi Nindi. Pasti dia pun sekarang syok. Mana dia baru sembuh sakit.[Berkali-kali aku blokir nomornya, tapi dia selalu kirim pakai nomor baru.][Matikan ponselmu, setelah ini kita ke kantor polisi!]Tak kudapati lagi balasan dari Nindi. Semoga saja ponselnya langsung dinonaktifkan.Pesan-pesan dari Nindi barusan langsung aku kirim ke nomor Om Ardi. C
Baca selengkapnya
BAB 74. Kejahatan tidak akan pernah menang.
🌸🌸🌸“Jangan mimpi, Tan. Ayahku itu tidak pernah memberiku apa-apa. Harta yang diberi ayah padaku itu harta ibuku. Kasihan deh, Tante sudah jadi selingkuhan orang kere ditinggal untuk selamanya pula tanpa dibekali harta sepeser pun!” sahutku.“Bukan kamu yang menentukan Al, tapi pengadilan,” jawab Tante Anin pede sekali.“Jadi, Tante mau bawa masalah ini ke hukum?” tanyaku meyakinkan.“Iya, dong! Kenapa, kamu takut, ya?” sahutnya lagi.“Enggak. Sama sekali enggak takut. Silakan saja, tapi memangnya Tante punya duit untuk ngurus ini dan itunya. Ingat Tante Anin itu masih dalam pengawasan ketat polisi. Tante enggak lupa kan, kalau terlibat dalam pembakaran kamar tidur Aldi yang menewaskan Aldi?” kataku telak. Tante Anin kaget.“Tidak! Aku tidak bersalah! Aku tidak mau dipenjara aku tidak mau melahirkan di penjara!” Histeris Tante Anin memegangi kepalanya lalu terduduk di lantai seraya menangis meraung-raung.“Ada apa ini, kenapa tangis-tangisan sudah seperti ada kematian saja!” tegur
Baca selengkapnya
BAB 75. POV Nindi.
POV NINDIKurasakan tubuhku ada yang menindih dan mulutku dibekap tangan. Hembusan nafas memburu sangat terasa menerpa wajahku. Aku berontak sekuat tenaga, kugapai lampu tidur lalu kupukulkan ke kepalanya. Berhasil! Orang itu terjatuh lalu secepat kilat menyelinap ke luar kamar.Sudah pukul 03.13 WIB. Mungkinkah itu maling? Aku sangat ketakutan.Gegas kukunci kembali pintu kamar. Perasaanku tadi pintu sudah terkunci kenapa orang itu dengan mudah bisa masuk kamar yang kutempati.“Ada apa sih, Nin. Malam-malam begini teleponin Mamah? Tinggal ketuk pintu kamar, kok!” gerutu mamah saat menghampiriku.“Mah, tadi ada yang menyelinap masuk kamarku dan berusaha melecehkanku,” jawabku gemetar.“Ya ampun, Nindi! Kamu mimpi kali! Mana ada maling masuk rumah ini. Kamu kan, tahu sendiri rumah ini dipagar tinggi ada satpam juga.” Mamah tetap tidak percaya pada ceritaku.“Mah, aku enggak bohong ....”“Sudah kamu tidur lagi sana! Masih malam ini. Lagi pula kenapa kamu tidur sendiri ke mana Anin?” tan
Baca selengkapnya
BAB 76. POV Nindi.
Mengetahui aku sakit Tante Tari sangat cemas. Hingga akhirnya membawaku untuk tinggal bersama mereka.Baru saja beberapa hari merasakan jadi orang kaya Alya terus saja merajuk akhirnya om Hendra memutuskan untuk membawa aku dan ke dua orang tuaku ngontrak rumah. Mau tidak mau aku kembali menuruti. Setidaknya aku sekarang sekolah di tempat Alya.Hari-hari kujalani dengan bahagia. Om Hendra juga meminjami Papahku mobil aku sekarang setiap hari pulang pergi sekolah naik mobil.Aku berkawan dengan orang-orang yang mengasyikkan pergi ke tempat karaoke hampir tiap hari untuk bersenang-senang. Saat kelulusan SMP itulah aku kehilangan kegadisanku bersama pacarku. Aku melakukannya dengan sadar dan atas dasar suka sama suka. Kata mereka pacaran memang harus begitu. Itu gaya orang-orang keren. Aku nurut saja toh, aku pun menikmatinya.Berbeda dengan Alya, meski dia orang kaya hidupnya monoton begitu saja. Belajar dan belajar. Ditambah lagi Alya menutupi kecantikannya dengan memakai jilbab jika k
Baca selengkapnya
BAB 77. POV Nindi.
Assalamualaikum everyone 😍bantu follow akunku yaaa. Untuk yang sudah follow aku ucapkan banyak terima kasih 😘,🌸🌸🌸 NINDIAku terharu saat Alya memberiku uang 1 juta rupiah katanya untuk beli makanan jika aku lapar.Makanan rumah sakit memang tidak enak rasanya di lidahku yang terbiasa makan makanan orang kaya. Aku tidak berhenti merutuki diriku sendiri yang super ceroboh. Gara-gara kecerobohanku aib dan jati diriku jadi terungkap.Setelah lama termenung aku putuskan untuk memberi tahu Alya. Aku yakin Alya mau membantuku.Sejujurnya aku malu pada Alya. Rasanya seperti jatuh ke dalam jurang. Tapi, bagaimana lagi dia sudah terlanjur tahu.Aku pikir tadinya Alya akan memberi tahukan pada teman-teman yang lain dan aku sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku akan jadi korban bulian seisi sekolah. Bukan hanya sekolah saja, tapi seluruh jagat raya.Ternyata dugaanku salah. Alya tidak memberi tahu pada siapa pun dia benar-benar bungkam menutupi aibku.Kuberi Alya
Baca selengkapnya
BAB 78. POV Nindi jadi sugar baby.
“Sudah berobat Om, tinggal masa pemulihan aja,” jawabku jujur.“Oke, karena sebentar lagi Maghrib sepertinya kita harus bicara mengenai kontrak kerja kita berdua,” kata Om Darwin lagi lalu melirik pada Putri.“Yap, betul sekali. Kalau gitu aku permisi ya, Om, Nind.” Aku kaget kenapa Putri harus pergi lalu aku dengan siapa?“Tenang, Nind. Aku tunggu kamu di kamar sebelah. Papiku ada di sebelah baru datang,” ucap Putri seolah mengerti kegelisahanku. Aku mengangguk ragu.“See you ....” pamit Putri seraya mencium pipi kiriku.“Duduk sini ....” Om Darwin menepuk-nepuk kasur di sebelahnya. Meski, canggung aku tetap menurutinya.“Kamu enggak bawa salin? Kok, masih pakai baju sekolah?”“Ba—wa, Om. Ta—di, Putri mengajakku beli,” jawabku terbata. Entah kenapa aku tiba-tiba takut sekali.“Santai aja, Nind. Kamu baru pertama kali, ya?”“I—ya, Om,” jawabku jujur.“Oke, aku mengerti sekarang. Kamu tunggu sebentar sambil baca surat perjanjian kita. Aku sudah menuliskan semuanya dalam map ini. Aku ma
Baca selengkapnya
BAB 79. POV Nindi ingin membunuh Opah.
~k~u🌸🌸🌸“Al, apa sepupumu itu sudah taubat kok, sekarang mau jalan kaki pulang pergi sekolah?” tanya Angga.Kami memang sedang dalam perjalanan pulang sekolah.“Entah, deh! Kurasa karena gengnya tidak memberi tumpangan jadi terpaksa jalan kaki,” jawab Alya.“Yee ... aku bisa kali pesan taxi. Lagi pingin jalan kaki saja. Kenapa sih, kalian sewot gitu? Takut keganggu ya, acara pacarannya?” sindirku.“Apaan sih, Nind!” Enggak lah. Kami itu hanya heran saja makanya tanya,” sahut Angga seraya menoyor kepalaku.“Kirain ... tapi, kalau kalian pacaran cocok deh! Alya cantik, kamu juga ganteng Ngga. Kenapa kalian enggak jadian aja” ledekku lagi.“Ngomong lagi, kusumpel mulutmu pakai daun pisang di kebun sono!” bentak Alya.“Marah tandanya iya, loh, Al.” godaku lagi.Alya mengambil kerikil dan melemparkan padaku. Takut kena aku lari menghindar. Alya tidak mau kalah dia ikut lari mengejarku.“Stop, Al. Capek!” teriakku.Pluk!Kerikil lumayan besar berhasil mendarat di kepalaku.“Puas, Al!” be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
19
DMCA.com Protection Status