All Chapters of Suamiku Selingkuh: Chapter 41 - Chapter 50
81 Chapters
Menatap harapan
Shelomitha menatap pantai dari kejauhan, Ia memandang ombak-ombak kecil yang berlarian ke pinggiran pantai. Buih-buih kecil menyebar searah mata angin. Berserakan bebas lepas kemana pun mereka akan pergi. Deru ombak, menyiratkan satu nyanyian dengan keindahan tersendiri.Anak-anak kecil asik bercengkrama dengan ombak. Terdengar tawa ceria mereka yang membuat semangat Shelomitha untuk kembali bangkit.Shelomitha memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Matanya nanar menatap gulungan-gulungan ombak yang saling berkejaran kencang, namun pecah menghantam karang.Shelomitha melihat bocah kecil berlari kesana sini. Ada yang bermain layang-layang, membuat bangunan dari pasir, itulah anak-anak pantai. Tapi tidak dengan Rania juga Raka ia tetap berada dalam posisinya bermain di dalam rumah.Apakah hati mereka bahagia? Shelomitha pun tak tahu apa yang dirasakan oleh kedua anaknya. Shelomitha mencoba berbicara pelan kepada kedua anaknya."Raka, Rania sini, Nak." "Iya, Bunda." "Mau ikut
Read more
Kasmaran
"Saya sudah menjodohkan, Bima dengan gadis pilihan saya dan masih gadis tentunya." Shelomitha tak menjawab. "Raka bawa adikmu, masuk, Nak.""Iya, Bunda.""Mama, keterlaluan. Apa pantas ngomong begitu, Ma. Malu." "Kamu ini ya, Bima.""Sudah ayo kita pulang, Ma.""Mama ngak suka ya, Bima.""Tenang, Ibu. Dan maaf, saya tidak pernah mengganggu putra, Ibu. Sepertinya Ibu salah sasaran. permisi." Shelomitha pergi lalu Mang Kardi menutup pintu gerbang. Wanita paruh baya itu, menggeleng pelan. "Mama keterlaluan, malu-maluin saja.""Dih malu kenapa, Mama ngak suka saja ya kamu bergaul sama dia, janda pula, banyak gadis lain yang cantik, Bima.""Sudahlah. Keterlaluan, Mama." Bima melangkah pergi meninggalkan, Mamanya sendirian. Shelomitha hanya tersenyum, menginggat ucapan wanita oaruh baya itu. Hatinya sedikit tidak enak karena perkataan wanita tadi. Tapi bukankah benar ia hanya seorang janda, seorang janda anak dua siapa juga yang mau? "Bunda, jangan sedih gitu.""Enggak, Bunda baik-b
Read more
Kangen
Siska menyiapkan sarapan pagi, di apartemen Amar, memasak ayam geprek untuk dokter Amar. Selesai memasak Siska memanggil Amar dan mengajak untuk sarapan pagi. Selesai makan Siska memberanikan diri untuk bicara."Dokter Amar, hari ini Siska akan pindah saja?" "Pindah kemana? Memang kamu ada tempat tinggal," jawab Ammar pada Siska."Siska tidak tahu, Dokter Amar, bisakah Anda mencarikan pekerjaan untukku." "Apartemen sebelah ini punyaku Siska, kalau kamu tidak nyaman tinggal disini pindahlah di sebelah, untuk pekerjaan nanti saya akan carikan, apa kamu menjaga putri saya Zahra saja, nanti aku akan membayarmu," ucap Amar pada Siska."Boleh dokter Amar, biar aku menjaga Zahra saja." "Baiklah nanti sepulang kerja, aku akan mengajakmu ke rumahku, sekarang aku berangkat kerja dulu." Pamit Amar pada Siska."Terima kasih buat semuanya, dokter. Meskipun Anda tahu, saya bukan perempuan baik-baik, tapi Anda masih mau menolongku." "Sama-sama Siska."Siska merapikan tempat makan lalu mencuci p
Read more
Kangen
"Bunda, Raka hari ini ada tugas bikin kolase membuat ikan, dengan bahan biji-bijian, Bunda bisa ngak?" Raka bertanya pada sang Bunda. "Minta sama Simbok buat siapin bijinya sayang, nanti, Bunda ajarin bikin caranya." "Baik, Bunda." Raka berlalu pergi dan menemui Mbok Darmi untuk menyiapkan bahannya. Sudah terkumpul semua bahannya saatnya Shelomitha membantu Raka menempel bahan biji-bijian kedelai dan kacang hijau juga jagung. "Bisa ngak?""Oh begitu caranya, bisa, Bunda.""Ok. Kalau begitu kerjakan."Raka menata dan menempel biji-bijian dengan rapi, selang beberapa menit tugas menghiasan ikan dengan kolase sudah siap."Bagus ngak, Bunda?''"Itu bisa. Bagus lagi. "Makasih sudah bantuin Raka, Bunda." Shelomitha tersenyum. "Sama-sama sayang. Bunda akan selalu ada buat, Raka."Raka mengangguk mengiyaka. "Tapi, kok murung begitu kenapa nih?" tanyanya penasaran. "Bunda, Raka kangen sama ...," ucapnya seraya nyengir kuda."Kangen siapa? Papa?"Raka menggeleng. "Lalu?""Om, Arya."Be
Read more
Hampa
Syerli menatap lekat foto suaminya Bramantyo, apa yang sebenarnya terjadi dengannya? Apa kekecewaanya pada Shelomitha membuatnya berubah seperti ini, ia memang telah menjadi suaminya namun jiwanya tetap bersama wanita itu.Apa yang harus Syerli lakukan agar Bramantyo bisa mencintainya dengan tulus, kehidupannya dengan anak-anaknya sudah kembali. Bramantyo mencukupi kebutuhannya, namun tidak dengan hatinya. Kasih sayangnya terhadap Sultan juga Fino pun sangatlah baik."Assalamu'alaikum." Bramantyo datang setelah pulang bekerja. "Wa'alaikumsalam, Mas. Sudah pulang?"Syerli membawakan tas milik Bramantyo. "Kenapa, Li wajahmu agak pucat? Mau kedokter?" tanyanya. Bramantyo menatap istrinya karena ia melihat wajah istrinya tidak begitu sehat."Syerli tidak apa-apa, Mas, hanya saja agak mual mungkin masuk angin," jawab Syerli pada Bramantyo suaminya."Ya sudah, Mas mandi dulu, bikin teh hangat biar tubuhmu hangat." "Iya, Mas. Mas juga mau sekalian dibikinin kopi?" tanyanya. "Boleh sayan
Read more
Cinta Pertama Shelomitha
Raka berlari mencari Shelomitha, namun Bundanya itu masih bekerja di Butik, Raka mendengus kesal. Ia sama Rania menunggu Shelomitha di depan pintu sambil bermain di depan rumah. Dan akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga."Bunda lama sekali pulangnya?" tanya Raka antusias ia ingin segera memberi tahu Bundanya."Ada apa sayang? tumben nungguin, Bunda?" tanya Shelomitha tak mengerti, tidak biasanya Raka bicara seperti ini."Ma coba lihat ini.""Apa?""Ini." Raka menyerahkan satu lembar kertas.Glek. Shelomitha menelan saluva yang terasa begitu pahit. Ya Allah, Arya mau lomba di kota ini, hati Shelomitha sedikit bergetar, ia tahu dengan perasaanya. Ada yang berdetak di dalam tubuhnya, melihat kertas yang diberikan anaknya Raka."Bunda kita lihat ya? Ayolah, Bunda?" Raka juga Rania memohon pada Shelomitha."Hemm, baiklah tapi ada syaratnya?" tanyanya pada Rania juga Raka."Apa, syaratnya, Bunda," jawab keduanya bersamaan, berharap Bundanya mengiyakan."Boleh. Sih tapi kita lihatnya d
Read more
Rencana Raka dan Rania
Shelomitha menghebuskan nafas panjang, ia tidak pernah mengira jika Arya tidak mengenalinya hingga saat ini. Shelomitha menginggat saat Raka menang dalam lomba saat itu ia tanpa sadar memeluk Arya, ia tak tahan dengan bebannya yang ia tanggung sendiri. Bayangkan saja selama ini Arya menghilang saat ia kembali ia sudah tak mengenalinya.Tapi, perasaan buat Arya dari dilu hingga sekarang tidak pernah berubah hingga detik ini, ia menyayangi Arya melebihi dirinya sendiri. Kalaupun Arya sedah menikah saat ini dengan Amanda, Shelomitha hanya bisa iklas. Shelomitha mencoba mengerti tentang makna dari cobaannya ini."Bunda? Besuk jadi kan kita lihat lomba tandingnya, Om Arya?" tanya Raka juga Rania antusias. Shelomitha mengangguk."InsyaAllah sayang, tapi inget pesen, Bunda ya, cukup Lihat dan diam jangan berteriak memanggil namanya." "Siap, Bunda," ujar Rania juga Raka barengan."Ini baru anak, Bunda, waktu kita mau pindah kesini kan Om Arya mau menikah, kalau misal kita deket lagi sama, O
Read more
Kasih Luka
Keputusan Mama Wulan bagai tombak yang menembus dada Shelomitha, bukan? Karena itu kini Shelomitha menangis. Tapi, Sayang, kenapa Shelomitha keukeuh membiarkan tombak itu tetap menancap di sana? Kenapa tidak Arya biarkan mencabut dan mengobati lukanya? Malah malah Mama Wuo tancapkan jua di dada Shelomitha.Retak dada Shelomitha. Pecah jantungnya, berserakan kepingannya di atas pasir pantai ini. Entah dapat la punguti kembali, atau biarkan saja nanti tersapu oleh gelombang pasang? Berapa banyak senja yang kita habiskan bersama? Tidak satu kali pun matahari timbul tenggelam tanpa kita bersenda-gurau. Tidak setetes air matanya yang jatuh tanpa kusediakan bahu paling nyaman.Shelomitha, ingat saat terakhir Arya dalam pembaringan, Shelomitha hanya bisa menangis dalam dekapan ilusi? Saat Mama Wulan tak mengizinkan untuk mendekati. Begitu kejam memainkan perasaan Shelomitha yang begitu rapuh. Haruskah Shelomitha tambal dengan penuh kasih luka dengan mengoyak hatinya sendiri.Apa Shelomitha
Read more
Kegelisahan Arya
Shelomitha menatap layar laptop di ruang kerjanya, ia menatap lekat foto Arya dari kertas pemberian anaknya Raka. Betapa ia sangat merindukannya, merindukan saat bersama waktu masih sekolah, merindu saat melihat Arya memakai kaca mata super tebal dengan gaya culunnya.Shelomitha ingat jika Arya selalu menyukai nama Dara, Shelomitha Sandara, sudahlah toh dia sekarang mungkin saja sudah menikah. Andai ia belum menikah.'Hah kenapa otakku hanya ada Arya' ucapnya dalam hati.Sementara Arya bersiap-siap berangkat, sang mama menemainya sampai depan pintu, beliau berpesan agar Arya menjaga kesehatan, makan teratur juga tetap fokus."Mama, Arya berangkat dulu ya?" Pamit w pada Mamanya."Iya sayang, inget pesan, Mama ya," ucap Mamanya cemas."Baik, Ma, sudah yang penting do'a Mama yang Arya butuhkan." Fiko sambil mencium takzim punggung tangan sang mama.Fiko diantar sama Mang Usep menuju Bandara, selang beberapa menit mobil Arta sudah sampai di Bandara. Arya merasa ada yang aneh pada dirinya
Read more
Berharap
Dada Shelomitha bergemuruh hebat, rahasia selama ini ia pendam sendiri. Arya pun tidak mengetahui jika dirinyalah Dara gadis yang selalu berkepang dua pujaan hatinya. Saatnya menepati janji mengajak Raka juga Rania melihat perlombaan sang Paman, Shelomitha berusaha tegar dan tidak gugup ketika meliahat Arya nanti.Tok ... tok. "Masuklah, Nak.""Bunda sudah siap belum?" tanya antusias Rania yang sudah rapi dengan baju kesayangannya, sambil memeluk tubuh Shelomitha."Bunda belom mandi.""Yah, Bunda.""Baiklah sayang, Rania sama Raka sarapan dulu biar, Bunda mandi ya." "Ok, aku tunggu di bawah ya, Bun.""Iya,Nak."Rania pun berlalu pergi keluar kamar Shelomitha dengan perasaan gembira.Shelomitha duduk di depan cermin, menatap cermin yang berada di depannya, wajah yang kian hari kian memucat, ia sedikit memoleskam bedak lalu berdandan warna natural yang menjadi pilihannya. Ia terlihat begitu cantik, jauh dilupuk hatinya ia merindukan Arya. Shelomitha turun dari lantai atas menuju meja
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status