Semua Bab PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN: Bab 81 - Bab 90
104 Bab
081 - Kekecewaan Rosdiana
Setelah magrib, baru Yusuf melayani dua pria dari Palembang itu. Saat ini, di teras rumah itu ada beberapa karung bawang, kentang, juga lobak. Serta sekitar delapan peti tomat yang kebetulan masih segar.Semuanya itu baru berumur dua hari sejak dipanen dari ladang sebelum dikumpulkan Yusuf di rumahnya. Semua barang itu sejatinya melebihi jumlah muatan yang biasa dia bawa ke Padang untuk sekali pengiriman.Sebelum isya, mereka pun selesai memuat semua barang itu dengan dibantu oleh satu orang pemuda tetangga terdekat. Namun untuk truk sebesar milik pedagang dari Palembang itu, dengan jumlah itu pun belum akan memenuhi muatan truknya.“Sebenarnya, itu ladang kentangku pun sudah bisa dipanen. Mungkin bisa sekitar 6-7 karung. Tapi ya, malam-malam begini, itu juga kalau...”“Ah, tak usah. Segini pun sudah lumayan banyak ini. Cukup lah untuk menutup biaya. Dari pada kami kembali dengan keadaan kosong saja,” ucap pedagang itu memotong tawaran Yusuf tadi.“Andai sedari siang tadi kita bertemu
Baca selengkapnya
082 - Ketegaran Seorang Suami
Yusuf mengerti ini semua merupakan sebuah kesalahpahaman. Hanya saja, kekusutannya terlalu rumit untuk bisa dia luruskan.Apa lagi, Yusuf juga tak yakin apakah ibu mertuanya itu akan mendengarkan sepatah saja kata-kata darinya saat ini. Di situ Yusuf hanya bisa menunduk tak berkata-kata. Begitu juga dengan Bobby.Tak jua ada respon atas kekecewaannya itu, akhirnya Rosdiana bisa juga dibujuk oleh suaminya untuk kembali masuk ke dalam. Sementara Rayna bertahan di teras itu menemani Yusuf yang saat ini juga sedang menemani Bobby.“Aku rasa ini benar-benar tak ada kaitannya dengan Bu Harmoko,” ucap Yusuf begitu pelan pada Bobby.“Ya, sedari awal pun aku cukup ragu kalau ini perbuatannya. Aku sudah lama bekerja dengannya. Kalau pun Bu Harmoko memang marah padaku hanya karena aku terlihat seperti memihakmu waktu itu, aku tak yakin dia akan memakai pendekatan seperti itu,” jelas Bobby.“Ya, orang dengan harga diri yang tinggi sepertinya, akan lebih memilih untuk memarahimu secara langsung ke
Baca selengkapnya
083 - Iri Dengki Yang Mengintai
Sementara itu, Cindy asyik bersama Aisyah di kamarnya, tak tahu-menahu apa yang sedang terjadi di luar. “Dingiiiin,” gumamnya dengan menggoyang-goyang kedua lutut. Cindy duduk bersila di atas kasur, bergumul dengan selimut tebal karena belum terbiasa dengan dinginnya malam di kampung tersebut. Aisyah juga menemaninya di sana dengan tetap asyik bermain dengan anaknya Yusuf. “Mau ditambah selimutnya, Kak Cindy?” tanya Aisyah. Cindy menggeleng cepat. “Aku sengaja memilih datang ke sini di musim penghujan ini, karena berharap bisa merasakan sensasi penggunungan yang berkabut. Besok juga akan terbiasa,” jelasnya. “Sekarang mah, tak jelas lagi musim kemarau atau musim penghujam, Kak. Cuaca sekarang sudah tak menentu,” balas Aisyah. “Hoho, mau bahas efek pemanasan global sekarang?” sahut Cindy berseloroh. Di ruang tengah, Rosdiana masih diam, duduk ditemani suaminya dan Mak Sannah. Mak Sannah nampak serba salah, mendapati dua orang besannya itu seperti tak menikmati kunjungan mereka di
Baca selengkapnya
Sedikit Catatan Tentang Harta Pusaka Di Minangkabau
Ini merupakan catatan penulis (bebas coin), sebagai pendukung agar pembaca bisa lebih memahami konflik yang terjadi di cerita ini terkait harta warisan. Dulu sempat terjadi antara Keluarga Yusuf dan Keluarga Mila, dan mungkin akan kembali lagi terjadi di keluarga lainnya dengan pemicu yang berbeda. “Bagi yang rasanya malas membacanya, boleh di skip saja dan lanjutkan ke chapter berikutnya” Di dalam adat Minangkabau, terdapat tiga jenis peninggalan yang diserahkan oleh pendahulu terhadap para generasi penerus. Yang pertama adalah “sako”, yang berarti gelar, yang akan diturunkan pada setiap laki-laki yang sudah menikah. Ini hampir tak pernah ada masalah, karena hanya menyangkut gelar yang akan disandang oleh seorang laki-laki. Namun seperti biasanya, masalah itu baru muncul ketika sudah menyangkut “harta”. Selain “Sako” tadi, ada lagi istilah “Pusako” yang berarti harta pusaka. Terdapat dua jenis harta pusaka. Yang pertama adalah “Pusako Tinggi” atau harta pusaka utama yang diturunka
Baca selengkapnya
084 - Kegundahan David
Sejatinya, siapa pun kerabat dari pihak Rosdiana.yang ingin tinggal di Rumah Gadang itu, bisa tinggal bersama-sama di sana jika mereka mau. Termasuk pihak keluarga lain yang masih satu rumpun dengan Rosdiana. Begitu juga dengan Cindy, serta Rani bersama suaminya, David. Padahal Rosdiana membuatkan satu rumah khusus untuk Rani dan David adalah bentuk sayang dia pada mereka, agar mereka bisa leluasa di sana. Ini sesuatu yang tak didapatkan oleh Yusuf dan Rayna selama tinggal bersama Rosdiana dan Harmoko di Rumah Gadang itu. Bahkan jika David dan Rani ingin tinggal di sana pun sepeninggal Rosdiana, tak ada juga yang berhak untuk melarang. Karena Rayna nanti hanya mewarisi amanah merawat Rumah Gadang itu, bukan mewarisi kepemilikannya. Namun David justru iri atas apa yang akan Yusuf peroleh dengan menikahi Rayna yang anak tertua. Pada hal, dia sendiri hidup enak dan tenang, jauh lebih baik dari apa yang didapatkan Yusuf selama dua tahun tinggal di sana. “Sudah lah! Kamu hanya menambah
Baca selengkapnya
085 - Pertemuan
Memang dalam urusan bisnis, tak selamanya semuanya bersifat pribadi. Kadang ini semua hanya sebatas negosiasi.Di satu waktu mungkin seseorang akan berkata bahwa dia tak akan berbisnis dengan orang tertentu karena ada kesan buruk. Namun ketika datang tawaran yang menggiurkan, semua kesan buruk masa lalu itu bisa dilupakan.Ini juga kenapa, sebagian orang tak terlalu memikirkan soal prinsip dan etika dalam berbisnis. Terutama bagi mereka yang merasa bahwa pihak mereka punya daya tawar lebih kuat, dan memang punya dukungan yang kuat untuk itu.Mereka percaya semua akan berubah ketika sudah dihadapkan pada uang. Mereka percaya bisa merubah sikap orang, ketika mereka bisa memberikan tawaran yang tak bisa ditolak.Itu lah yang dipikirkan David saat ini. Dia sadar banyak petani yang enggan menjual barang mereka padanya. Begitu juga pada para tauke lain yang satu komplotan dengannya.Selama ini dia dan tauke lainnya mengabaikan hal itu. Karena mereka percaya punya daya tawar yang kuat. Namun
Baca selengkapnya
086 - Rumah Yang Lapuk
Tentu bisik-bisik Mahzar itu cukup menyita perhatian para distributor lainnya yang ada di ruangan VIP di rumah makan tersebut.“Ada apa, Da Mahzar?” tanya Syaiful.“Ini! Bocah ini bersikeras kalau dia yang ingin mentraktir semuanya. Jika aku biarkan dia yang bayar, mau ditaruh di mana mukaku sebagai yang paling senior di sini,” jawab Mahzar berkilah.“Ya biar saja. Sekali-kali kasih juga ruang pada yang paling muda untuk berbuat sesuatu,” balas Syaiful sembari sibuk mencuci tangannya di kobokan.Mahzar pun menyikut lengan David dan mengatakan kalau dia menerima tawaran David untuk membayar semua pesanan itu. David hanya bisa menunduk dengan memasang wajah malu-malunya di depan para tauke senior yang lainnya.Namun tak seperti para tauke yang lainnya, Arifin yang duduk di sebelah David cukup bisa mendengar bisik-bisik mereka itu. Namun dia tetap bersikap tenang tanpa memberikan reaksi sedikit pun, seakan dia tak tahu apa-apa.Setelah puas menyantapi hidangan itu, semua terlihat bersand
Baca selengkapnya
087 - Kayu Tua Penuh Memori
Sekarang Mahzar masih saja memperhatikan David yang tengah sibuk mengelap wajahnya dengan tisu. Entah sudah berapa tisu yang sudah dia habiskan sejak keluar dari ruangan VIP tersebut. Di mata para milenial, penampilan David ini memang terkesan wah, memberikan gambaran profesional dari seorang pebisnis. Ibarat kata orang minang, “tacelak di mato rang banyak”, menjadi perhatian karena enak dipandang. Namun terkadang, ini juga yang menjadi penilaian buruk Mahzar terhadap David. Di matanya, David yang selalu parlente itu justru memberikan gambaran ketidakbecusan sebagai pedagang. Karena dalam pandangan konservatifnya, seseorang tak akan bisa sukses dalam berdagang kalau takut mengotori diri. “Kau lihat saja tingkahnya. Belum lama dia di dalam bersama yang lainnya, sekarang dia sudah begitu risih dengan kondisi penampilannya,” ucap Mahzar. “Bukankah beberapa waktu terakhir ini dia sendiri juga sudah ikut turun ke ladang, sejak Yusuf tak lagi bekerja pada Harmoko?” tanya anak buahnya. “
Baca selengkapnya
088 - Kejujuran Pengusaha Kampungan
Sore itu, seluruh kentang itu ditumpuk di satu titik di salah satu sudut ladang. Sementara Yusuf baru saja kembali membawa gerobak yang baru saja ditambal bannya.Cindy dan Aisyah sudah asyik saja memilih-milih kentang yang besar dan yang paling bagus yang bisa mereka kumpulkan. Pasalnya, mereka juga sudah membeli dua jenis alat pemotong kentang. Satu untuk membuat stik kentang, satu lagi untuk membuat potato chip.Kening Yusuf terlihat berkerut saat menemukan mereka sudah cukup banyak juga menyisihkan kentang-kentang itu.“Serius mau diambil sebanyak itu?” tanya Yusuf.Cindy pun langsung termangu, merasa resah berpikir Yusuf tak begitu senang jika terlalu banyak kentangnya yang diambil. Dia pun mengembalikan beberapa dengan sedikit perasaan serba sungkan.Namun Aisyah malah mengambil lagi kentang yang dikembalikan Cindy, dan memasukkannya kembali ke dalam baskom.“Ih, Akak ini kenapa lah? Kok dikembalikan lagi? Sudah capek-capek ini Aisyah memilihnya,” gerutu adik Yusuf itu.“Kakakmu
Baca selengkapnya
089 - Petani Yang Busuk Hati
Orang dari Palembang itu menghela nafas cukup dalam. Tentu dia mengerti juga pentingnya untuk menjaga amanah dalam perdagangan. Tapi dia tak juga bisa membuang raut wajah kecewanya.Di situ Yusuf mulai merasa sedikit prihatin dan tergerak untuk membantu.“Apa Pak Rizky mau sedikit bersabar? Ini aku juga sedang panen kentang. Kalau dari yang sudah terkumpulkan seharian ini, mungkin ada sekitar 700 an kilo,” tawar Yusuf.Pedagang itu pun menoleh ke arah tumpukan stok barang Yusuf. Stok yang banyak di sana juga kentang-kentang juga.“Rasanya, tak mungkin juga saya muat truk dengan kentang saja semuanya,” ucap orang tersebut.“Ya, tak apa. Ambil saja kentang ini nanti sebanyak kebutuhan Pak Rizky saja. Sementara itu, kenapa tak saya temani saja mencari barang? Mumpung masih sore,” tawarnya.Raut wajah pedagang dari Palembang itu sedikit berubah mendengarkan tawaran tersebut.Yusuf pun bersegera mencarikan orang untuk membantu Dani dan Bobby memuat kentang-kentang yang ada ke dalam karung
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status