Semua Bab To The Moon and Back, Only for You: Bab 31 - Bab 40
84 Bab
Chapter 30 - His rebellion
"Kamu yakin, Thunder?"Sharon yang sedang mengoleskan salep di pelipis anaknya bertanya pelan dan hati-hati. Ia berusaha agar suaranya tidak terdengar oleh Catherine, yang saat ini sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton.Gabriel yang sedang duduk di depannya, balas berbisik pada ibunya. "Aku yakin, mam. Aku mendengarnya sendiri. Suaranya halus. Tapi setelah itu, dia tidak mengatakan apapun lagi, meski aku sudah mencobanya."Merapihkan bekas-bekas kapas dari atas meja makan dan membuangnya, Sharon kemudian menutup kotak obatnya. Ia kembali memperhatikan anak perempuan kecil yang masih tampak asyik dengan tontonannya. "Kalau memang benar, Tatiana pasti akan sangat senang sekali. Dia dan suaminya mulai putus asa karena selama hampir 2 tahun ini, belum ada kemajuan yang berarti dari terapi anak itu.""Menurutku, lebih baik kita tidak mengatakannya dulu pada bibi Tatiana, mam. Aku tidak mau membuatnya kecewa, apalagi kalau benar aku hanya salah dengar tadi."Tersenyum simpul, Sharo
Baca selengkapnya
Chapter 31 - Nana and her wisdom
"Pap-""Sayang. Aku berangkat dulu." Tanpa menghiraukan sapaan anaknya, Stephen mengecup pipi Sharon dan langsung keluar menuju pintu depan.Hati Gabriel benar-benar ter*mas sakit. Ia pun menoleh pada ibunya yang tampak berdiri dari kursinya dan mulai merapihkan piring-piring kotor dari atas meja."Mam..."Nada putus asa dari anaknya akhirnya menghentikan kegiatan Sharon. Sejenak, wanita itu hanya menatap tumpukan piring-piring di depannya dan akhirnya ia mengangkat wajahnya, memandang anaknya."Kenapa kamu bisa berfikiran seperti itu, Thunder? Kenapa kamu tega untuk bisa berfikir, kalau kami berdua menginginkan seorang anak perempuan? Bagaimana bisa kamu membandingkan kasih sayang yang kami berikan, dengan seorang anak perempuan yang jelas-jelas bukan anak kami? Bukan pula saudaramu?"Kedua mata hitam Gabriel mulai berkaca-kaca. Kejadian tadi malam benar-benar memberikan pelajaran bagi remaja tanggung itu untuk mulai dapat menjaga mulutnya. "Mam..."Kepala Sharon kembali menunduk dan
Baca selengkapnya
Chapter 32 - The boss's from his bosses
= Empat tahun setelah kepergian Thunder dari rumah keluarga Hamilton =Kota NY, Amerika. Perusahaan NAMAC Inc."Yo, Carter. Apa rencanamu malam ini? Ke club yuk."Gabriel yang menatap layar komputernya menengadah. Terlihat pria berambut pirang berdiri bersandar pada pembatas kubikal di depannya. Kedua mata orang itu bersinar dan bibirnya tersenyum miring. Nama orang ini Daniel Lewis, karyawan bagian marketing yang sudah sekitar 2 minggu ini cukup sering main ke tempatnya, entah karena apa. Padahal sebelumnya, mereka tidak begitu dekat meski satu lantai."Tidak ada rencana. Setelah ini, aku akan langsung pulang." Ia kembali menatap layarnya. Sama sekali tidak berminat untuk pergi kemana-mana malam ini. Ia hanya ingin pulang, mandi dan tidur. Ia baru saja pulang dari perjalanan dinas selama beberapa minggu, dan badannya sangat membutuhkan istirahat.Belum menyerah, pria pirang itu memandang sekitarnya dan menunduk ke arah Gabriel. Ia sedikit berbisik. "Ayolah, Carter. Sedikit bersenang-
Baca selengkapnya
Chapter 33 - She's leaving with a beautiful smile
Setelah menempuh perjalanan hampir 9 jam, Gabriel akhirnya mendarat di Jerman dan langsung melaju ke rumah sakit. Pria muda itu sampai sekitar jam 5 pagi dan tampak ayahnya, duduk di samping Grandmamma yang tertidur tenang. Berbagai peralatan medis tertancap di badan yang ringkih dan tua itu. Kepala ayahnya meneleng ke samping dan pria baya itu terbangun, ketika mendengar suara pintu yang terbuka pelan.Ayah dan anak itu saling berpandangan dan tanpa bersuara, Stephen bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati pria muda yang masih terdiam di depannya. Tampak sorot mata Gabriel yang berkaca-kaca dan merasa sangat bersalah pada pria yang telah membesarkannya dengan penuh cinta selama ini.Tangan kanan Stephen mencengkeram rambut hitam anak lelakinya yang lebih tinggi darinya, dan menarik pria yang jauh lebih muda itu ke dalam pelukannya. Pelukannya sangat erat dan pria baya itu mencengkeram punggung lebar anaknya, yang juga membalas pelukan itu dengan sama kuatnya. Keduanya meneteska
Baca selengkapnya
Chapter 34 - His promise
Proses pemakaman Grandmamma baru saja selesai, namun Gabriel masih belum meninggalkan area makam itu. Perlahan, ia meletakkan bunga tulip putih di makam yang masih basah dan mengusapnya pelan. "Terima kasih, Nana..."Setelah berdoa dalam hatinya, pria muda itu bangkit dari posisinya dan berbalik. Kedua matanya melebar dan terkejut saat ia menyadari ada seseorang yang telah berdiri sedikit jauh di belakangnya.Di depannya, tampak sosok anak perempuan berambut cokelat kemerahan. Matanya yang amber memancar datar dan bibirnya tidak tersenyum. Tampak beberapa tangkai bunga tulit berwarna putih di tangan kirinya. Keduanya sejenak hanya saling menatap dalam diam, sebelum akhirnya anak itu memutus pandangannya dari Gabriel dan melangkah mendekati makam yang ada di depannya.Sedikit berjongkok, anak perempuan itu meletakkan tangkai-tangkai tulip itu di samping rangkaian bunga yang tadi diletakkan oleh Gabriel. Jari-jari mungilnya mengusap pelan tanah makam itu. Tampak kedua tangannya menangk
Baca selengkapnya
Chapter 35 - His first kiss
Dengan berdebar keesokan harinya, Gabriel mengetuk pintu kokoh yang ada di depannya. Ia menurunkan pandangannya dan mencoba menyusun kalimat yang akan dikatakannya nanti pada sang pemilik rumah.Pintu yang terbuka menampilkan sosok kecil yang berdiri di depannya. Tidak menyangka kalau Catherine langsung yang membuka pintunya, Gabriel sedikit gugup. Otaknya sejenak terasa kosong, dan ia belum mampu mengatakan apapun. Konsentrasinya baru kembali ketika terdengar suara lembut dari anak di depannya."Ada apa datang ke sini?""Kat, selamat siang. Paman dan bibi ada?"Kepala kecil itu menggeleng, dan ekor kudanya yang panjang melambai-lambai di belakangnya. Bibir kecilnya yang cemberut, membuat anak itu terlihat sangat imut dan menggemaskan. Dan lagi, terasa dorongan untuk mengusili anak ini tapi bukan untuk membuatnya menangis, melainkan marah. Gabriel ingin membuat anak ini marah dan meluapkan perasaannya.Iseng, bukannya mundur tapi Gabriel malah semakin melesekkan badannya ingin masuk
Baca selengkapnya
Chapter 36 - Ending story for her
= Dua minggu sejak kepulangan Thunder ke Amerika ="Thunder Gabriel!"Seruan itu tidak menghentikan langkah-langkah kaki yang terdengar cepat di koridor yang telah sepi itu, karena jam yang telah menunjukkan angka 22.00."Thunder Gabriel! Berhenti kataku!"Selesai mengatakan itu, terasa tarikan yang sangat kuat di leher kerah kemeja Gabriel dari arah belakangnya. Dan hanya dalam waktu beberapa detik, tubuh pria itu telah melayang di udara. S*al!Terpaksa Gabriel mengambil alih tubuh Thunder dan membuatnya memiliki kemampuan untuk menghindari serangan yang sangat mematikan itu. Tubuhnya berputar di udara dan ia pun mendarat sangat mulus. Dengan segera, Gabriel mundur dan berusaha menjauhkan dirinya dari wanita mengerikan di depannya.Yang terjadi di depan matanya, membuat mata kelabu Nathalina membesar. Wanita itu sejenak membeku, baru kemudian ia menegakkan dirinya dan kepalanya meneleng ke kiri. "Thunder Gabriel. Sebenarnya kau ini apa?"Mulai jengkel dengan pertanyaan atasan dari k
Baca selengkapnya
Chapter 37 - Goodbye NAMAC Inc.
"Kau sudah yakin dengan keputusanmu?""Ya, Nona Axelle. Saya sudah mantap.""Ny. Corentin, Thunder Gabriel. Sudah berkali-kali aku bilang, panggil aku dengan sebutan Nyonya Corentin saat kita sedang berdua saja.""Tapi apakah tidak apa-apa, No- Ny. Corentin? Karena saya pernah melihat pandangan suami Anda yang tajam dan menusuk, kalau saya terlihat terlalu akrab dengan Anda. Meski sebenarnya dengan panggilan itu, seharusnya suami Anda menghilangkan kecemburuannya pada saya. Tapi tetap saja..."Terdengar kekehan pelan dari bibir tebal Nathalina. "Biarkan saja. Dia baru mengalaminya selama 7 tahun ini sebagai suamiku tapi aku telah menahan perasaan kehilangannya, lebih dari 25 tahun masa hidupku. Dia telah ingkar janji selama 10 tahun, Thunder Gabriel. Kalian para pria harus ingat, kalau wanita adalah mahluk pendendam. Meski memaafkan kesalahan kalian, tapi akan ada saatnya kami ingin membalas perbuatan kalian yang telah menyakiti kami.""Begitukah?"Gabriel menelan ludahnya, kala ia te
Baca selengkapnya
Chapter 38 - He' s back
Tepat jam 05.00 pagi, pesawat yang membawa Gabriel mendarat dengan mulus di bandara kota B, Jerman. Dan tidak sampai satu jam kemudian, ia telah sampai di pekarangan rumahnya sambil membawa sebuah koper dan juga ransel. Ia meletakkan barang bawaannya yang tidak terlalu banyak di teras rumahnya.Hari masih cukup gelap dan juga sepi. Tampak beberapa orang tetangganya yang mulai keluar untuk ber-jogging dan menikmati udara pagi yang segar juga dingin. Tampak pria itu semakin merapatkan jaketnya dan mengusap dahinya. Sedikit hangat. Badannya juga terasa menggigil. Sepertinya dirinya mengalami flu saat di Amerika karena selama dua hari sebelum kepergiannya, ia lembur dan tidak tidur untuk membereskan semua pekerjaannya yang masih tertinggal. Tubuhnya benar-benar butuh istirahat saat ini.Baru saja dia akan menekan bel rumahnya, tiba-tiba ia melihat sosok seorang anak remaja perempuan yang sedang berlari-lari melintasi jalan di depan pekarangannya. Tampak rambut panjangnya yang berwarna cok
Baca selengkapnya
Chapter 39 - You have to marry me
Sementara itu di dalam kamarnya, tampak Catherine membersihkan hati-hati kedua mata Gabriel. Pria itu masih terdengar mengerang lirih saat ia mengusap kelopak matanya yang tertutup."Maafkan aku, Gabe. Aku tidak tahu kalau itu dirimu tadi. Masih perih? Coba kamu buka matamu."Terlihat anggukan pelan dari kepala Gabriel yang ada di pangkuan Catherine. Perlahan kelopak mata pria itu bergetar dan mulai mengerjap-ngerjap, dan akhirnya membuka. Pria itu terlihat menatap wajah gadis yang saat ini memandanginya dari atas. Keduanya tampak saling memandang dalam diam.Canggung, Catherine mengangkat kepala Gabriel yang berambut hitam dan membaringkannya hati-hati ke atas bantal. Terasa keringat yang membasahi rambut hitam legam pria itu. Keningnya masih terasa panas. Pria ini seperti sedang demam."Gabe? Kamu sedang sakit?"Baru saja tangan Catherine terangkat menjauh, salah satu tangan Gabriel mencengkeram pergelangannya dan memaksa gadis itu untuk memegang area bawah tubuhnya yang sedang terl
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status