Semua Bab Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku: Bab 71 - Bab 80
256 Bab
Bab 69
"Itu kan Tirta Prasetya yang artis itu!" "Lama nggak muncul tau-tau sudah punya anak aja." Terdengar obrolan para pengunjung restoran yang juga sedang berjalan-jalan disekitar kebun teh ini. "Kemarin gosipnya lagi dekat sama janda. Jangan-jangan jandanya yang cantik itu." "Pantesan aja si Tirtanya mau. Jandanya cantik kayak anak gadis." "Cantik tapi tetap aja Janda. Sayang banget ganteng-ganteng dapetnya Janda!" "Iyaaa, harusnya Tirta itu jodohnya artis lagi atau model terkenal. Ini malah janda. Udah punya anak dua pula." Astaga! Kenapa mereka bicara terang-terangan seperti ini di dekat kami? Kupingku hampir panas rasanya. Aku menggandeng Giska untuk mempercepat langkah kami melewati jalan setapak di kebun teh ini, menuju saung. "Sera, kamu kenapa?" Pras yang masih menggendong Pangeran tiba-tiba menyusulku dan meraih salah satu tanganku. "Lepasin, Pras!' Sontak aku menepis tangan kekarnya, hingga pria itu terkejut. Terdengar hempasan napas kasar dari pria bule yang berjal
Baca selengkapnya
Bab 70
"Maaf, permisi, permisi ...!" Aku berusaha menerobos kerumunan para ibu-ibu dan remaja yang sibuk memotret wajah Pras. Cukup sulit melewati para wanita itu. Namun akhirnya aku tiba di hadapan Pras. Pria tersentak melihatku yang sudah berlinang air mata.. "Seraa ...!" "Prass, Giska belum ketemu!" jeritku tanpa sadar. "Bundaaaa! Bunda kenapa nangis?" sontak aku menoleh ke arah suara yang sejak tadi aku rindukan. Astaga! Ternyata Giska ada di samping Pras. Tangan kiri pria bule itu sedang menggenggam erat jemari Giska. Sementara tangan kanannya sedang mengusap-usap pangeran yang mulai mengantuk. Jelas saja aku tadi tak bisa melihat Giska, karena tertutup oleh para wanita yang berebut hendak berfoto bersama Pras.. "Giskaaa, sini, Nak!" Tanpa peduli pada semua mata memandang, Aku meraih putriku dan membawanya menjauh dari kerumunan itu. Tak kuhiraukan panggilan Pras berkali-kali menyebut namaku. Entah kenapa rasanya kesal sekali hati ini. Kenapa Pras tidak mengabariku bahwa ia suda
Baca selengkapnya
Bab 71
"Aku ...ingin Kamu!" "Haah? M-maksud Kamu--" Pras menatapku begitu dalam. Wajahnya semakin dekat. "Tuan Tirta, maaf. Ada Bu Sarah dan Non Grace datang." Terdengar suara Bik Yati dari luar kamar. Pintu kamar ini sedikit terbuka. Asisten rumah tangga Pras itu pasti melihat Pras sedang mendekapku. Sontak Pras melepaskan dekapannya secara perlahan. Ia berkali-kali berdecak kesal. "Mau apa lagi sih mereka itu? Ganggu aja!" gerutunya sambil melangkah meninggalkanku yang masih berusaha mengendalikan rasa gugup. Aku terduduk di ranjang. Jantungku berdetak cepat. Napasku memburu. Tatapan Pras tadi begitu berbeda. Ia belum pernah menatapku seperti itu. Satu tanganku menekan dada yang masih berdebar-debar. Setelah sedikit tenang, Aku beranjak hendak keluar kamar. Ketegangan yang baru saja kurasakan membuat tenggorokanku kering dan merasa haus. Samar-samar Aku mendengar perdebatan antara Pras dan Tante Sarah. Aku melangkah ke dapur hendak minum. Setelah meneguk segelas air putih, aku ke
Baca selengkapnya
Bab 72
"Kamu meeting nanti jam berapa?" Pras bertanya sambil menyetir mobil. Pagi ini jalanan belum terlalu macet. Setelah subuh tadi, kami langsung berangkat kembali menuju Jakarta. "Setelah makan siang. Meetingnya di kantorku, kok." jawabku sambil memberi Asi botol pada Pangeran. "Nanti biar Aku temani!" "Eh, nggak usah, Pras! Kamu sudah terlalu lama meninggalkan perusahaanmu. Mulai sekarang perusahaan Arief biar aku yang handle. Jika nanti Aku membutuhkanmu, Aku pasti akan hubungi Kamu." Aku tidak mengatakan pada Pras bahwa yang akan meeting denganku nanti siang bernama Roy dan Levin. Aku juga tidak mau melibatkan Pras disini. Perlahan-lahan Aku harus terbiasa tanpa bantuan pria ini. Dia tak akan selamanya berada diantara Aku dan anak-anak. Tante Sarah pasti akan mencarikan wanita yang memang pantas untuk pria tampan dan mapan sepertinya. "Sera, kenapa melamun? itu Pangeran susunya sudah habis." Astaga! Kenapa Aku sampai lalai begini? Sejak Tamte Sarah datang ke Bungalow kemarin, A
Baca selengkapnya
Bab 73
"Loh, Sera?" Levin sangat terkejut melihatku. Pria dengan warna kulit sawo matang dan sedikit gemuk itu menatapku tak percaya. "Levin? Ternyata beneran kamu, Pak Levin CEO PT. Abadi Jaya." Aku pun memandangnya intens, Levin jauh berbeda dengan selan jas berwarna krem serta dasi coklat tua yang menggantung di kemejanya. Levin pun berkali-kali menatapku dari bawah hingga ke atas. Mungkin ia juga mellihat penampilanku yang berbeda kali ini..Hari ini aku memakai pakaian formal stelan rok panjang dan blazer. Tidak seperti kemarin di puncak, memakai kemeja panjang dan celana jeans. "Sebenarnya sejak kemarin aku sudah menduga--duga, ketika Keanu mengatakan perwakilan PT Abadi Jaya bernama Pak Levin dan Pak Roy," ujarku dengan mengulas senyum. Kami tertawa karena pertemuan yang cukup mengejutkan ini."Silakan duduk, Pak Levin!" "Terina kasih." sahut pria berjambang tebal itu.. "Sebenarnya perusahaan ini adalah perusahaan keluarga. Aku dan Mas Roy yang mengelola," jelasnya. Aku mengan
Baca selengkapnya
Bab 74
"Aku dan Pras tidak punya hubungan khusus. Kami hanya berteman baik. Almarhum suamiku menitipkan Aku dan anak-anak sebelum ia meninggal. Mungkin karena itu Pras merasa bertanggung jawab pada kami." Aku menjawab pertanyaan Levin setelah berpikir beberapa saat. Tampak senyum mengembang dari pria yang katanya mirip artis brazil itu. "Syukurlah. Aku pikir kalian sepasang kekasih. Karena aku lihat tatapan Tirta padamu berbeda." Aku hanya tertawa lirih mendengar pendapat Levin. Sebenarnya Aku pun merasakan hal yang sama pada tatapan mata Pras. Debaran-debaran yang sering aku rasakan, membuatku tak mengerti dengan perasaanku sendiri. "Hey, kok melamun?.Ayo dihabiskan makannya!" Aku tersentak. Kenapa Aku malah melamunkan Pras? "Kak Sarah berniat akan menjodohkan Tirta dengan Grace, keponakanku. Jika dia memang tidak ada hubungan khusus denganmu, akan lebih mudah kami untuk mendekatkan mereka." Entah kenapa ada sesuatu yang berdenyut nyeri di dalam dadaku saat mendengar kalimat yang d
Baca selengkapnya
Bab 75
"Ra ... Sera ... !" Pria itu spontan berdiri ketika melihatku datang. Begitu juga dengan Pak Yono.. "Maafkan Saya Bu Sera. Saya sudah berusaha meminta Dido untuk pergi. Tapi dia bersikeras mau nunggu Bu Sera di sini." Pak Yono tertunduk karena merasa bersalah. "Di-dido ...Lo ... Lo udah ... bebas?" Napasku tersengal, ucapanku terbata-bata. Mungkin aku masih merasa trauma mengingat sesuatu yang pernah terjadi antara aku dan Dido. "Ra ... Gue minta maaf. Gue benar-benar menyesal!" Tiba-tiba Dido berlutut di depanku. Bahunya bergetar. Dia menangis. "Kapan Lo bebas?" Aku mulai bisa menguasai diri. Bagaimanapun juga Aku kenal Dido sejak SMA. Waktu kejadian itu aku seperti tidak mengenal dirinya sama sekali. "Gue baru bebas kemarin, Ra. Gue langsung ke sini. Selama di penjara gue benar-benar menyesal. Tolong maafin Gue, Ra!" Dido masih terus bersujud di depanku.. "Bangun, Do!" "Nggak, Gue nggak akan bangun sebelum Lo maafin Gue!" Dido semakin tergugu di depanku. "Bangun , Gue bilang!
Baca selengkapnya
Bab 76
"Prass, tolong tahan emosimu!" Aku berteriak saat tiba-tiba Pras menghampiri Dido dan mencengkeram kaos lusuh yang sedang dikenakan pria kurus itu. "Ampun Tuan Tirta! Aku mohon! Aku ke sini hanya ingin minta maaf!" Dido berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan kekar Tirta. Wajah Dido.memucat. Tubuhnya gemetar. "Prass, Aku mohon tahan emosimu!" Aku terpaksa mendekati Pras yang wajahnya sudah merah padam sejak tadi. Aku khawatir Pras tak bisa mengendalikam emosinya. Tubuh Pras jauh lebih besar dari pada Dido. "Pras, sudah! Dia nggak ngapa-ngapain, kok. Cuma mau minta maaf sama Aku." Aku terus mencoba membujuk Pras sambil mencengkeram jasnya. Perlahan Pras melepaskan Dido. Namun sorot matanya masih menatap tajam dan sengit pada pria kurus yang penampilannya nampak jauh berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Pria kurus itu tertunduk dengan tubuh gemetar.. "Dido, sebaiknya Lo pergi dari sini sekarang!" pintaku. "Tapi bagaimana mengenai‐-" "Nanti Gue kabarin lewat Pak Yono
Baca selengkapnya
Bab 77
Tirta Prasetya "Sera, Sera! Buka pintunya! Aku minta maaf! Aku tidak bermaksud untuk membentakmu! Sera, please ...!" Masih tak ada jawaban dari dalam. Pintu kamar Pangeran pun terkunci. Sera pasti sangat kecewa padaku. Entah kenapa tadi aku begitu marah sampai bicara dengan nada kasar padanya? Astaga! Bodohnya Aku! Cemburu. Ya, semua ini karena aku terlalu merasa cemburu. Aku cemburu melihat Sera bersama pria lain. Aku melangkah menuju sofa yang berada tak jauh dari kamar Sera. Aku akan menunggunya disini hingga dia keluar dari kamarnya. Seketika aku teringat dengan kejadian beberapa jam yang lalu. Mataku membelalak saat melihat foto Sera dan Levin di sebuah akun media sosial dengan caption betuliskan 'wanita yang dikabarkan sedang dekat dengan Tirta Prasetya, ternyata juga dekat dengan seorang pengusaha.' Saat itu, mendadak hatiku memanas. Kedua tanganku mengepal. Pantas saja dia tidak mau Aku temani meeting. Kembali Aku memandang foto mereka berdua. Rasanya tidak rela meliha
Baca selengkapnya
Bab 78
"Kamu masih di sini?" tanyaku dingin. Rasanya masih enggan bersikap seperti biasa padanya. "Bundaaa, kok Bunda marah sama Om Bule?" Aku terkejut dengan pertanyaan Giska. Apa yang sudah dikatakan Pras pada putriku? "Giska jangan makan es krim terlalu banyak. Nanti batuk, Sayang!" Aku mencoba mengalihkan pembicaraan pada Giska. "Nggak kok, Bunda. Ini tadi juga habisinnya berdua sama Om Bule. Ya kan, Om?" Giska menggandeng Pras dengan manja. Pras tersenyum pada putriku. "Giska sekarang belajar dulu. Om mau bicara dengan Bunda!" pinta Pras yang langsung disetujui oleh Giska. Tak lama kemudian Giska sudah berlari menuju kamarnya. "Pulanglah, Pras. Aku tidak apa-apa. Jika kamu masih ingin menanyakan tentang foto itu, sebaiknya kamu tanyakan langsung pada Levin." ucapku seraya berlalu dari hadapannya. Aku melangkah ke dapur. Mungkin dengan minum segelas susu hangat, perasaanku akan menjadi lebih baik. "Sini aku buatkan!" Tiba-tiba Pras muncul dari belakangku dan meraih gelas dan sen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
26
DMCA.com Protection Status