All Chapters of Kau Buang Aku, Kunikahi Bosmu: Chapter 31 - Chapter 40
327 Chapters
Bab 31
Bab 31Bu Retno masuk ke dalam kamarnya setelah mematikan televisi. Hatinya sejak tadi masih saja terbakar amarah apalagi saat mengingat ucapan Adi.Bagaimana pun juga, Bu Retno tak boleh diam saja saat putranya membandingkan dirinya dengan Siti.Susah payah dia telah berusaha menyingkirkan wanita itu dari kehidupan Adi.Bu Retno tahu kalau putranya pasti membutuhkan seorang istri agar bisa menemani serta merawatnya. Tapi wanita paruh baya ini tetap saja merasa enggan untuk berbagi apalagi jika data bulanannya harus terbagi dua.Bu Retno tak ingin kembali menjalani kehidupan yang pas-pasan hanya karena dia harus berbagi dengan menantunya. Wanita paruh baya itu sangat yakin kalau putranya yang masih muda bisa saja menemukan wanita lain. Meski Adi harus menunda waktu beberapa tahun lagi untuk menikah kembali.Setidaknya Bu Retno ingin menikmati masa tuanya sebelum dia harus mengalah pada menantunya. Andai kata putranya memutuskan untuk menikah lagi, Bu Retno tentu saja tak akan tinggal
Read more
Bab 32
Bab 32Yayuk menatap tajam ke arah sosok pria yang kini tengah bersiap untuk pergi ke ruang meeting. Semalam, dia telah menghabiskan waktunya untuk berdebat dengan Adi dan pria itu tak mau mendengarkan nasehatnya sama sekali.Kesal, itulah yang dirasakan oleh Yayuk.Padahal wanita itu hanya ingin membuat keadaan menjadi lebih baik dan juga mengurangi sedikit kecurigaan yang mungkin saja tengah dirasakan oleh sang direktur.Wanita itu kini tampak melipat kedua tangannya tepat di depan dada. Dia masih saja melayangkan tatapan tajam sambil mengangkat wajahnya dan memasang ekspresi yang arogan."Sepertinya kamu sangat bersemangat untuk meeting hari ini, ya?"Adi yang tengah sibuk membaca dokumen lantas menoleh dengan kening yang tampak berkerut. Pria itu kini bahkan tak segan untuk melayangkan tatapan tajam karena dia tak ingin dianggap rendahan."Kenapa? Aku hanya bekerja sesuai dengan peraturan. Ini masih pagi, jadi jangan mencoba untuk menyulut emosi karena aku tidak ingin menghabiskan
Read more
Bab 33
Bab 33Adi melirik ke arah sosok wanita yang kini tampak tengah sibuk menatap layar monitor. Pria itu lantas mendekat perlahan dan mencoba untuk meminta maaf kepada Yayuk. Adi sengaja membeli kopi kesukaan wanita itu. Dia berharap hadiah kecil ini bisa membuat permintaan maaf yang menjadi jauh lebih berharga dan juga dinilai dengan tulus."Kamu masih marah?"Wanita itu melirik sekilas namun tak lama langsung membuang pandangannya karena tak ingin bertatap muka lebih lama lagi dengan Adi. Rasa kesal masih saja menyelimuti hati kecil Yayuk.Bagaimanapun juga pria itu telah berhasil membuat amarahnya memuncak dengan hebat.Adi menghela napasnya perlahan karena dia diperlakukan dengan begitu dingin dan acuh oleh wanita di hadapannya. Padahal dia berniat untuk meminta maaf."Maaf, deh. Aku juga nggak berniat untuk melukaimu apalagi menakutimu," lirihnya.Yayuk menghela nafasnya dengan kasar. Dia kini mendongakkan kepala dan menatap lekat netra hitam milik Adi."Ngapain kamu minta maaf? But
Read more
Bab 34
Bab 34Adi menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya secara perlahan. Setelah membeli minuman kalengan, pria itu memilih untuk pergi ke rooftop.Kepalanya terus saja berdenyut nyeri karena Adi saat ini harus mencari inspirasi untuk produk baru yang akan diproduksi di cabang perusahaan.Padahal dia berniat untuk meminta maaf pada Yayuk. Namun wanita itu justru menolak permintaan maafnya dengan mentah-mentah dan balik menghinanya.Kesal, itulah yang dirasakan oleh Adi.Dia kembali menyeruput minuman kalengnya. Pemandangan dari atas cukup memanjakan mata dan membuat rasa sakit di kepalanya sedikit berkurang."Pak Adi," panggil seseorang dari belakang.Adi yang merasa namanya dipanggil sontak langsung berbalik dan mendapati sosok seorang wanita berdiri tepat di ambang pintu masuk rooftop."Selina?"Wanita muda itu tampak menyunggingkan senyum tipis sambil mendekat. "Kenapa sendirian saja disini, Pak?" tanyanya."Cari angin segar," kilah Adi.Selina mengangguk-anggukkan kepalanya perl
Read more
Bab 35
Bab 35Adi berangkat ke kantornya dengan wajah yang tampak kesal. Ibunya selalu saja memaksa agar dia mendapatkan pekerjaan lain supaya bisa menghasilkan uang lebih banyak.Kesal, itulah yang dirasakan oleh Adi.Andai saja tubuhnya tak pernah kehilangan tenaga meski bekerja berat sekalipun, Adi pasti akan mencari pekerjaan lain agar bisa memenuhi segala keinginan ibunya.Tapi semakin lama dia merasa kesal karena setiap kerja kerasnya tak pernah diapresiasi sedikitpun.Entah mengapa jalanan pagi hari ini tampak macet dan hal itu membuatnya merasa semakin kesal. Adi memukul stir mobilnya dengan kasar karena sejak tadi klakson mobil di belakangnya dibunyikan terus-menerus."Sialan! Apa dia buta sampai tak melihat kalau di depan sana juga macet?!"Adi mengusap wajahnya dengan kasar. Tak ada gunanya jika dia marah karena para pengemudi yang bodoh dan tak sabaran tak akan mungkin mau mengerti.Rasa kesalnya buyar seketika saat mendengar dering ponsel. Pria itu lantas meraih ponsel yang bera
Read more
Bab 36
Bab 36Kaya Setelah Menjanda "Siti," panggil seorang wanita paruh baya berbadan sedikit gempal.Wanita itu menoleh dan mendekat perlahan. "Ada apa, Bi Lastri?""Bibi lagi kurang enak badan. Kamu bisa bantu belanja?"Siti menganggukkan kepalanya perlahan. Saat ini pekerjaannya juga sudah selesai dan dia bisa bersantai. Namun saat tahu jika wanita paruh baya itu kini tengah tak enak badan, Siti tentu saja harus membantunya."Boleh, Bi. Biar saya saja yang beli," ujarnya.Wanita paruh baya itu lantas memberikan secarik kertas bertuliskan beberapa bahan makanan serta sebuah kartu kredit."Ini catatan belanjanya dan kartu kredit. Beli semua kebutuhannya, ya."Siti kembali mengangguk secara perlahan. Dia lantas memanggil putrinya untuk ikut pergi ke supermarket. Gadis kecil itu dengan riang gembira langsung mengikuti langkah ibunya sambil berceloteh ria.Sesekali Siti tampak mengulas senyum tipi saat melihat putrinya tampak bahagia meskipun kini tak lagi tinggal bersama dengan ayah kandung
Read more
Bab 37
Bab 37Sepanjang perjalanan menuju rumah Handi, Siti hanya diam dan menunduk lesu karena dia telah kehilangan banyak tenaga setelah membalas perkataan Ibu mertuanya.Hati kecilnya memang merasa lega karena semua hal yang selama ini berusaha untuk ditahan pada akhirnya berhasil keluar. Tapi tetap saja dia merasa khawatir dan juga takut.Kening Putri tampak berkerudung hingga kedua alisnya saling menyatu saat melihat ibunya yang tampak diam saja setelah keluar dari supermarket. Gadis kecil itu tahu bahwa ibunya saat ini pasti tengah bersedih."Ibu," panggilnya.Siti yang merasa namanya dipanggil sontak langsung menoleh dan menatap lekat manik mata milik Putri.Gadis kecil itu lantas menyerahkan sebuah coklat yang sempat dibelinya dari supermarket."Ini buat Ibu," lirihnya.Kening Siti tampak berkerudung hingga kedua alisnya saling menyatu. "Kenapa? Apa Putri nggak suka?"Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya perlahan. Rasanya tak mungkin jika dia tak menyukai makanan manis seperti cok
Read more
Bab 38
Bab 38Saat tiba waktunya untuk makan siang, Adi tampak mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari seseorang. Matanya tampak memicing saat melihat sosok wanita muda yang di salah satu meja kantin.Pria itu kini tampak mengulas senyum tipis di wajahnya dan mendekat ke arah meja di mana Selina berada.Namun langkahnya terhenti seketika saat seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya. Adi lantas menoleh dengan kening yang tampak berkerut hingga kedua alisnya saling."Ada apa?" tanyanya dengan nada ketus saat melihat sosok Yayuk.Wanita itu tampak memutar bola matanya dengan malas. Andai saja bukan karena terpaksa dia juga tak akan sedih untuk menyia-nyiakan waktunya."Dicariin Bu Rosa," ujarnya."Oh, ya? Beneran?"Yayuk mendengus kesal. "Ngapain aku bohong? Sana pergi!"Adi menghela nafasnya perlahan. Dia lantas berlalu pergi meninggalkan kantin dan mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Selina.Yayuk menatap kepergian pria itu sambil menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyu
Read more
Bab 39
Bab 39Selina meletakkan sendok ke atas nampan. Wanita muda itu kini telah selesai menyantap makan siang. Tangannya terlalu meraih segelas es teh yang sejak tadi memang dipesan.Pandangan Adi terus saja mengarah pada Selina dan membuat wanita itu merasa sedikit tak nyaman. Bahkan gesture yang ditunjukkannya sudah bisa menjelaskan bahwa wanita itu memberikan kode agar seseorang menolongnya.Tapi para karyawan lain tentu saja tak memiliki keberanian karena Adi memang memiliki kuasa yang cukup besar.Mereka hanya bisa diam dan menonton dari kejauhan.Adi tampak mengerutkan kening saat melihat tingkah wanita muda di hadapannya yang tampak sedikit aneh."Ada apa?"Selina menggelengkan kepalanya perlahan. Lagi, wanita muda itu hanya bisa mengulas senyum tipis dan berusaha bersikap seolah baik-baik saja walau sebenarnya merasa tertekan."Nggak ada apa-apa, Pak."Adi mengulas senyum tipis. "Makasih karena selama ini kamu selalu mengirimkan pesan penyemangat untukku," ujarnya.Wajah Selina kin
Read more
Bab 40
Bab 40Adi sengaja membawa wanita itu pergi menjauh dari kantin karena kini para karyawan terus saja berbisik dan tanpa rasa malu menggunjing secara terang-terangan.Adik-adik merasa sangat bersalah karena Yayuk telah menghina Selina. Andai saja pria itu lebih tegas, Yayuk tak akan mungkin berani mengatakan hal.Wajah Selina tampak sendu. Wanita muda itu jelas merasa terhina dan juga marah."Selina," panggilnya.Perlahan wanita itu mulai mendongakkan kepalanya dan menatap lekat bola mata hitam milik Adi."Maaf karena aku sudah membuatmu berada dalam masalah," lirihnya.Selina menggelengkan kepalanya perlahan. "Pak Adi nggak salah. Seharusnya saya memang tidak terlalu dekat dengan anda," ujarnya.Adi menghela napasnya perlahan. Pupus sudah harapannya untuk menjalin hubungan lebih dekat lagi dengan Selena karena wanita muda itu kini telah memutuskan untuk tak lagi dekat dengannya.Semua ini terjadi karena Yayuk. Andai saja wanita menyebalkan itu tidak datang dan membuat masalah, maka se
Read more
PREV
123456
...
33
DMCA.com Protection Status