All Chapters of Jodoh Untuk Wanita Tanpa Rahim: Chapter 71 - Chapter 80
109 Chapters
Bab 71 Rasanya Pasti Sakit
Jason yang masih bisa mendengar suara mantan Rena itu hanya menolehkan kepalanya sejenak tanpa berniat menimpali apapun. Kakinya kembali melangkah menuju pintu keluar cafe. Tindakan tadi membuat Bara geram. Lantas dia pun bergegas menyusul Jason yang sudah tiba di area parkiran. “Mau apa lagi?” tanya Jason begitu menyadari bahwa ada yang membuntuti langkahnya. Bara yang sudah mengepalkan kedua tangannya bersiap hendak melayangkan pukulan ke Jason, namun niatnya terjeda begitu melihat tangan pria tersebut terangkat ke udara. “Perhatikan di mana kau berada sekarang. Ingin reputasi Erlangga Hotel buruk dengan menyerangku di ruangan terbuka begini?” cibir Jason straight to the point. Dia tersenyum miring sambil menggelengkan kepala. “Emosimu selalu tak terkendali. Memang benar ya. Rena cocok meninggalkanmu. Sangat kekanak-kanakan.” “Kau!!” “Lebih baik kau bersihkan namanya secepat mungkin. Setidaknya bisa mengurangi beban yang dideritanya.” Jason
Read more
Bab 72 Mami
Rena malah bergerak mundur begitu sosok tersebut melangkah maju ingin mendekat. Sorot matanya menyiratkan tatapan waspada. “Nak,” ucap wanita paruh baya yang kini sudah bersimpuh di depannya. “Nyonya.” Mbok Ira segera mendekat, namun langkahnya terhenti ketika melihat gelengan mantan majikannya itu. “Mbok, pie tadi buatan siapa?” Diam. Pertanda bahwa dugaannya benar. Pantas saja si Mbok tak menjawab pertanyaannya tadi. “Bisa kita bicara, Nak? Mami mohon.” Rena tak menggubris permintaan tersebut. Dia melirik sang Mami sejenak lalu membalikkan tubuhnya. Memilih kabur ke kamar untuk menumpahkan rasa marah yang telah menyesakkan dada. Setengah jam sudah berlalu. Hatinya sudah lebih baik. Bahkan dia mempersilakan si Mbok untuk masuk ke kamarnya. “Maaf, Non kalau Mbok lancang mengatakan ini,” kata Mbok Ira. Sang gadis kembali bungkam. Membiarkan kepala pelayan tersebut untuk melanjutkan kalimatnya. “Nyonya sangat merindukan Non. Dia
Read more
Bab 73 Seorang Pewaris
Pagi-pagi sekali di kamar Rena sudah terdengar bising. Gadis itu mengomel pada Jason karena dia masih tak percaya diri untuk tampil di depan publik nanti. “Bukankah kau menganggapku Abang?” decak Jason sembari menahan rasa kesalnya. Rena mengangguk pelan dengan bibir yang terus maju. “Maka dengarkan kata-kataku. Kau hanya perlu diam, tersenyum lalu melambaikan tangan. Tak usah memberikan komentar kalau memang dirasa tak membuatmu nyaman. Paham?” kata Jason memberikan intruksi. Bersamaan dengan itu Nyonya Adhisty muncul. Senyumnya merekah begitu melihat pemandangan akur di depan mata. “Apa ada kendala hemm?” tanyanya begitu lembut. “Hah. Untunglah Mami datang kemari tepat waktu. Lihatlah. Putri Mami nih. Keras kepalanya enggak ada lawan,” adu Jason yang langsung mendapatkan lirikan tajam dari si gadis. “Apa??” tantangnya lagi. “Kenapa, Nak? Apa perlu Mami bantu riasannya?” tawar sang Mami yang kini membelai pelan puncak kepala sang Putri yang sekarang sed
Read more
Bab 74 Bukan Saudari
“Papi sangat mencintamu, Ren,” kata Jason dari arah belakang. Ucapan tadi dibuktikan dengan banyak foto Rena yang ada di sana. Ya. Hanya wajahnya seorang yang terlihat di deretan figura tersebut. Mulai dari dia lahir hingga beranjak remaja bahkan menjadi dewasa seperti sekarang. “Ini?” Gadis itu menunjuk foto dirinya ketika hendak pergi ke panti beberapa bulan lalu. Sekaligus menjadi yang terakhir di mana sang almarhum Papi memajang potretnya. “Tanpa kau tahu bahwa Papi selalu mengirim anak buahnya untuk membuntutimu,” jelas Jason seolah menjawab tanda tanya di benaknya. “Benar, Nak,” kata Nyonya Adhisty yang kini menghampirinya dari samping. Dia pun kembali mengenang masa di mana tak bisa mendekati Rena kala itu. Ya. Setelah bercerai, sang Mami sama sekali tak bisa melihatnya dari jarak dekat. Selalu saja dihalangi oleh orang suruhan Papi Rena. “Maafkan aku juga, Mi. Untuk masalah itu sangat menyesal karena tak bisa berbuat apa-apa,” kenang Jason. “Kena
Read more
Bab 75 Jangan Gila!
“Aku yakin tadi bukan seperti itu kejadiannya,” ucap Jason ketika mobil yang dikendarainya bergerak menjauhi kediaman Tuan Jimmy. Rena melirik ke arahnya sejenak lalu tersenyum tipis. “Pasti Sandra mengatakan sesuatu bukan? Dia terlihat begitu cemburu.” “Terserahlah. Aku tak peduli,” gumam Rena yang justru tampak santai. “Hmm ya. Masih banyak hal yang harus kau pikirkan memang. Terutama tentang perusahaan.” “Ayolah, Abangku yang menyebalkan. Aku sama sekali tak begitu tertarik dengan perusahaan itu,” keluh Rena. “Kau harus belajar. Kelak aku akan menyerahkannya padamu.” “Tidak. Aku ingin kau yang urus,” sergah Rena. “Jangan pernah tinggalkan aku.” Mendengar ucapan barusan Jason pun tergelak. “Wah wah. Sejak kapan kau jadi ketergantungan begini?” “Sejak aku tahu kau mampu menghasilkan lebih banyak uang,” cengir sang gadis yang langsung mendapatkan hadiah sentilan keras di area dahinya. Keduanya lantas terkekeh bersama. Masa-masa indah yang sempat hilang karena kes
Read more
Bab 76 Memanfaatkan Kesempatan
“Lepas kataku!” sentak Rena sembari berusaha ke luar dari dekapan sang mantan. Sayangnya ucapan tadi bukan terdengar sebagai perintah. Bara semakin mengeratkan pelukannya. “Kau boleh menamparku setelah ini. Silakan saja.” Memang dasar keras kepala. Sekeras apapun Rena mencoba hasilnya akan sia-sia. Sumpah, sekarang dia hanya bisa pasrah. Membiarkan Bara mengunci tubuhnya dari belakang. “Aku masih mencintaimu, Ren. Tak bisakah kita bersama?” “Tidak,” balas sang gadis cepat. “Kenapa?” tanya Bara yang kini sudah melepaskan pelukannya. “Apa kau ... menerima lamaran Jason?” Dahi Rena berkerut seketika. Dari mana Bara tahu bahwa Jason pernah menyatakan demikian? Jelas membuat gadis itu bertanya-tanya. “Maaf. Aku hanya asal bicara. Tapi sepertinya dia memang tertarik padamu.” Bara terlihat salah tingkah. Namun dia tak peduli. Yang terpenting apa yang ada di hati sudah tersampaikan. Begitu yang ada di pikirannya sekarang. “Kenapa? Apa kau akan menikah dengannya?” tanya Bara lagi k
Read more
Bab 77 Kenapa Tidak Bersama?
“Apa kau ingin membunuhku?” David yang mendapat umpatan dari sang atasan sekaligus teman kecilnya itu hanya mengulum senyum. Sama sekali tak ambil pusing dengan yang dikatakan Bara barusan. “Kalau kau terlambat lima menit saja. Aku pasti sudah tak bernyawa,” ketus Bara dengan wajah masamnya. “Tuhan berkata lain bukan? Buktinya Bapak tidak apa-apa,” sanggah David dengan berani. “Justru kejadian mengerikan tadi ada hikmahnya. Bapak bisa tahu bahwa Nona Rena masih mencintai Bapak. Bukankah itu bagus?” Ya. Benar yang dikatakan oleh sang asisten. Kini kedua matanya bergerak kian kemari mencari sosok Rena. “Dia sedang bersama Jason. Pria itu mengajaknya ke kantin untuk makan siang,” jelas David yang bisa menebak isi pikiran seorang Bara. Di sisi lain Rena tampak gelisah. Hanya beberapa suap makanan yang mampu masuk ke mulutnya. “Sudahlah. Mantanmu yang menyebalkan itu takkan mati sekarang,” dengus Jason dengan senyuman miringnya. Rena membolakan m
Read more
Bab 78 Menginap Di Rumah Sakit
Di sinilah Rena sekarang. Terpaksa menemani Amel di rumah sakit yang sedang dituntut untuk bertanggung jawab. Belum sampai satu jam, Rena mengernyit heran ketika melihat sang teman yang tampak gelisah tak jauh dari tempat Bara berbaring. “Maaf, Pak,” gumam Amel dengan wajah bimbangnya. Bara menoleh sejenak lalu bergumam pelan. “Kenapa lagi? Mau di penjara?” Rena berdecap lidah mendengar ancaman barusan. Tak pelak dia menunggu Amel buka suara lagi. “Kenapa, Mel?” “A-anu, Ren, Pak. Ibu saya sedang di rumah sendirian. Saya takut kalau asmanya kumat. Apalagi sekarang lagi musim hujan. Adik saya sedang PKL di desa. Sementara Ayah saya masih menginap di kampung.” Alih-alih merasa iba, Bara menghela napas pelan. “Apa urusannya denganku? Kau ini mau curhat atau apa sih?” “Dasar tak punya hati,” ketus Rena. “Kasihan Ibunya di rumah sendiri.” “Terus aku bagaimana? Punya keluarga tetapi semuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Tak mungkin aku merepotkan David
Read more
Bab 79 Ada Yang Kalian Sembunyikan?
Rena menggeser tubuhnya agar sang wanita bisa masuk ke dalam ruang rawatan.“Jadi kau yang menjaganya satu malaman?”“Iya,” jawab Rena cepat. “Itu hanya karena—““Aku yang meminta. Hanya Rena yang boleh menemaniku.” Suara barusan membuat kedua wanita tadi menoleh ke arah belakang. Tampak Bara bergerak untuk mengambil posisi duduknya.“Kenapa tak bilang kalau kau sakit? Untung Kak Tita yang beri tahu.”“Aku tak butuh bantuanmu,” pungkas Bara seraya menepis lengannya yang disentuh Sandra barusan.Kekehan kecil lolos dari mulut putri sambung Mami Rena itu. “Baiklah. Oh ya Kakakku tersayang Rena. Lebih baik kau segera pergi. Jangan temui Bara lagi. Dia calon tunanganku.”“Sandra.”“Kenapa? Memang benar ‘kan? Aku tak mau hubungan masa lalu kalian yang tak penting menjadi penghalang masa depan kita, Bara.” Rena yang malas berhadapan dengan sejoli itu memilih menyambar tas yang terletak di atas nakas. Di saat yang sama Jason sudah menyembul di depan pintu.
Read more
Bab 80 Penyusup?
“Ya sudah kalau memang tak ada yang kalian sembunyikan,” kata Nyonya Adhisty. “Kenapa malah tegang begitu? Mami hanya bertanya.” Rena dan Jason saling berpandangan lalu memaksakan senyuman mereka.“Mami bawain makan siang nih. Ada pie madu kesukaan Rena dan kacang almond panggang untuk Jason.”“Wah. Kebetulan sekali aku sedang lapar. Masih ada waktu sekitar lima belas menit untuk mengisi perut,” gumam Jason usai melirik sebentar arloji di tangan kanannya. Ketiganya lantas masuk ke ruangan Rena. Menyantap makanan yang dibawa sang Mami dengan suka cita.“Mami?”Nyonya Ashisty menggeleng pelan sambil tersenyum. “Mami sudah sarapan di rumah, Sayang.”Rena mengangguk lalu kembali menyuapkan makanannya ke dalam mulut. Saking senangnya diberi kejutan oleh sang Mami, dia hampir lupa kalau wanita yang pernah melahirkannya itu sudah ada keluarga yang tentu saja juga menjadi prioritasnya.“Aku lupa ada Sandra dan Tuan Jimmy yang pasti akan mengingatkan Mami sarapan,” ceng
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status