All Chapters of SUAMI UNTUK TUAN PUTRI: Chapter 61 - Chapter 70
106 Chapters
Bab 61
Pagi ini menjadi cerah setelah subuh rintik-rintik hujan turun, sepertinya langit tidak ingin membuat hari pertamanya menjadi mendung, dan menghadiahi semangat pagi yang terik.Bagi Zora, Matahari pagi adalah sebuah kekuatan. Walau terik ia hangat dan mengisi jiwa, sering kali saat hatinya sedang lelah, berjemur di matahari pagi akan membuat dirinya lebih baik. Ia dengan gontai penuh semangat melangkah menuju parkiran dengan kekuatan penuh. Ternyata sepasang mata memperhatikannya."Semangat amat!"Zora melihatnya, memberikan senyum terbaik dan mendipkan matanya dengan genit, segera ia menancapkan gasnya untuk pergi ngantor hari ini.Sosok itu siapa lagi bila bukan Affandra yang bahkan tidak akan pergi sepagi itu ke kantor. Ia menjadi menyesal memberinya pinjam sebuah motor. Harusnya ia punya alasan untuk selalu sarapan bersama, tapi melihat gadis itu sekarang lebih ceria dan dewasa hatinya juga senang.Dulu wanita itu selalu merengek manja padanya. Sempat ia mengira kehilangan wanita
Read more
Bab 62
Zora terlihat menjadi murung dan mulai kehilangan selera makannya. Setiap orang punya alasan atas setiap tindakan yang dilakukan. Begitu pula pasti Papa nya. Dia pria yang juga keras kepala, mungkin ini salah satu yang di turunkan ya untuk Zora.Mengingat ayahnya, perasaan itu campur aduk.Dan Affandra kembali menawarkan untuk bekerja bersamanya."Pergi aja dari sana. Aku bisa jadiin kamu sekertarisku, atau posisi apapun yang kamu mau.""Aku gak menginginkannya." Jawab Zora dengan ketus, dan hatinya sedang tidak selera. "Apa bedanya bekerja denganmu atau Papaku? Kalian hanya memandangku sebagai putri orang kaya yang beruntung, tak peduli sekeras apapun aku berusaha, semua orang hanya memandangku sebagai keberuntungan memiliki ayah seperti itu." Jelasnya sedih."Lalu apa yang kamu dapat dari Gavin Tect? Bahkan kamu juga mendapatkan pekerjaan itu karna kamu seorang Zora kan?"Zora tidak bisa menyangkal bahwa ini benar. "Tapi tidak semua
Read more
Bab 63
Gavin Tect bukan hanya memproduksi ponsel. Tapi juga TV dan beberapa elektronik lain. Zora berada di Tim Divisi 6 yang memantau penjualan produk smart phone. Setelah beberapa hari Zora mendalami produk, Ami sebagai ketua Tim menghampirinya dan bertanya apa yang sudah ia pelajari sejauh ini. Dan bagaimana pendapatnya soal produk-produk yang sudah mereka garap.Ini bukan pertama kalinya Zora melakukan bisnis. Apalagi sebelumnya ia bekerja untuk ayahnya yang sangat efesien dan berpengalaman dalam bisnis. Pemasaran bukan hal yang sulit untuk Zora karna dia juga ikut memikirkan cara, tidak hanya bergantung pada para profesional marketing.Dengan lugas ia menjelaskan setiap detile produk yang sudah di pelajarinya, begitupun segmen yang cocok sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan segmen tersebut.Mendengar penjelasannya Ami benar-benar puas dan kagum dengan wanita ini, entah bagaimana wanita muda seperti ini dengan cepat memahami proses pemasaran yang r
Read more
Bab 64
Kembali pada pekerjaannya, ia menemukan banyak iklan yang di pasang kurang efektif, atau tidak sesuai segmen. Walau tetap menghasilkan profit tapi tidak terlalu signifikan.Ia segera melihat daftar influencer dengan segmen audience yang ia inginkan dan mencatat beberapa nama. Juga membuat daftar dimana orang-orang yang membutuhkan produk ini bisa dengan mudah melihat iklannya.Ia segera membawa file yang sudah di kumpulkan untuk berkonsultasi dengan Mbak Ami. Mengeluhkan pendapat dan memberikan solusi yang mungkin bisa membantu."Ini bagus. Kamu bisa coba hubungi para influencer ini dulu.""Serius mbak?""Ya, coba tanya tarif mereka. Soalnya beda-beda kan?" Ami masih memperhatikan data-data yang diberikan Zora dengan seksama. "Saya akan konsultasi juga sama Pak Ronald bila ada yang cocok untuk jadi Ambassador produk kita." Zora mengangguk tersenyum penuh semangat, ia sangat senang konsepnya di perhatikan. Dan Ami terlihat antusi
Read more
Bab 65
Zora menghela nafasnya kesal. "Kenapa dia selalu muncul. Apa dia selalu menggodamu?""Kamu kan tau, Dania sudah menjadi investor saat masih menjadi temanmu. Dan dia melakukan lebih banyak suntikan dana. Anthony entah kenapa menyukainya. Tapi wanita itu lebih sering menggangguku." Kali ini Julian mengeluh."Apa kamu benar-benar tidak tergoda?""Kamu ngomong apa sih? Gimana mungkin? Apalagi setelah semua sikap buruk yang dia lakukan sama kamu. Gak usah mikir macem-macem. Kami cuma rekan bisnis.""Tapi dia gak akan menyerah. Dulu mana berani dia melakukan ini." Zora benar-benar kesal menyadari ia pernah bersahabat dengan ular seperti itu. Walaupun Zora tidak pernah meninggalkan posisinya. Orang seperti itu pasti akan menggigitnya sewaktu-waktu."Aku lebih bersyukur melihat semua sifat aslinya sekarang. Walau sebenarnya sempat tidak percaya."Julian meraih tangannya lembut. "Gak perlu khawatirkan orang seperti itu. Semua yang tau sif
Read more
Bab 66
Sebagai CEO yang terkenal dingin dan teliti. Ia tidak bergaul dengan para karyawan. Dan sangat selektif mengangkat orang kepercayaannya. Baru kali ini ia tertarik dengan seorang karyawan biasa, itupun karna Ronald terus terus memujinya.Zora segera menghadap menemui Yash di lantai 20. Tempat dimana para sekertariat inti dari perusahaan ini. Kasta tertinggi di perusahaan dan dipenuhi orang-orang yang efesien dan kepercayaan Yash. Banyak dari mereka adalah lulusan luar negri atau lulusan terbaik. Ronald menemaninya menemui Yash. Saat ia sampai di lantai itu, sepertinya rumor memang sangat cepat menyebar. Ia langsung menjadi pusat perhatian. Bahkan seorang karyawan biasa bisa memberikan masukan layaknya eksekutif profesional. Cukup menghebohkan."Selamat siang pak." Sapa Zora lebih dulu.Ronald menunggu di ruang sekertaris dan membiarkan Zora bertemu dengan Yash secara pribadi. Pria ini masih muda, seperti yang pernah Affandra katakan, mereka seumur
Read more
Bab 67
Zora membuka amplop yang diberikan Yash. Terlihat nominal cek disana 30 juta rupiah. Nominal yang besar hampir 2x gajinya saat ini. Dengan semua gajinya selama ini, Zora benar-benar bisa mandiri bahkan menolak pemberian Julian, yang malah membuat pria itu kesal. Kehidupan yang ia jalani kali ini sangat berbeda dengan kehidupannya sebelumnya, ia lebih menghargai segalanya. Betul yang selalu di katakan Affandra. Manusia selalu menginginkan apa yang mereka tidak pernah dapatkan. Dan Zora baru benar-benar merasakan bagaimana berusaha dengan keringatnya sendiri. Dan bahagia saat membelanjakan uang-uang itu walau ada perasaan sayang. Tapi itulah bedanya. Sebelumnya uang bahkan tidak berarti baginya. Hidupnya begitu mudah dan remeh, semua yang ia dapatkan adalah karna Ayahnya, dan hidupnya hanya untuk memenuhi obsesi ayahnya sebagai pewaris.Untuk kesekian kalinya menghirup aroma uang. Ia merasa bebas. Entah kenapa rasanya menyenangkan.Tidak butuh waktu lama be
Read more
Bab 68
"Jadi harus bisa nerima keluargamu ya Ta?" Pertanyaan Zora sekali lagi menjelaskan. Mengingat ia adalah tulang punggung keluarga dengan ibu janda dan nenek tua dan beberapa adik. Perjuangan Okta memang tidak mudah walau anak ini selalu tampil paling gokil seolah tak punya masalah."Iyalah. Tuh denger ya. Jadi gak usah baper-baper." Kali ini kalimat yang tertuju untuk Rofik. "Lah kamu ngasih jajan diri sendiri aja masih kurang kan? Temenan aja kita santai."Zora sampai geleng-geleng melihat kelakukan Okta yang sangat lugas dan ternyata punya pemikiran sedalam itu. Kita memang tidak bisa melihat orang sekilas dari apa yang terlihat. Anak ini selalu punya banyak kejutan."Terus kamu emang gak pernah akhirnya nyaman gitu sama orang?" Kali ini Naya juga akhirnya ikut kepo."Pernah sih, cuma ya biarin aja. Nanti juga lupa sendiri. Sesakit-sakitnya hati bakal sembuh dengan waktu. Eaaa!"Pluk! Sebuah gumpalan kertas tepat mengenai kepala Okta dan
Read more
Bab 69
Saat Affandra kembali, ia melihat Zora sudah lelap. Tapi mendengar langkah kaki Affandra Zora terbangun. Segera Affandra menyodorkan termometer yang digunakan Zora ke lipatan ketiaknya. 39° derajat."Udah minum obat?"Zora mengangguk lemah. Tidak ingin bicara.Affandra merapikan meja tidurnya. Menyiapkan minuman isotonik dan beberapa roti."Telpon aku kalo butuh apa-apa ya."Zora hanya mengangguk lemah.Affandra keluar dari kamarnya. Tapi tetap tidak tega. Sampai ia begadang di depan pintu Zora sambil nonton bola, takut tiba-tiba ada yang terjadi. Betul saja. Tengah malam Zora muntah-muntah dan lemas hampir jatuh di kamar mandi, untung Affandra sigap menangkapnya. Dan membantunya naik tempat tidur lagi.Ia membersihkan sisa muntahan dan menyiapkan baskom kecil di bawah tempat tidur. Juga merebus air untuk bikin teh manis."Ke rumah sakit aja ya." Pinta Affandra.Zora menggeleng lemah, meraih tangan Affandra untuk menjadi bantalan tidurnya. En
Read more
Bab 70
Melihat siapa yang sedang datang tenggorokan Zora tercekat, ingin menelan sesuatu tapi tenggorokan itu kering. Dan hatinya berdebar tidak tenang.Pria itu masuk dengan santai. Memberi senyum untuk semua orang. Dan mulai menyalami ayahnya Zora. "Selamat malam om." Sambil mengulurkan tangan.Terlihat jelas pria besar itu tidak senang dengan pria yang kini baru hadir. Ia mengulurkan tangannya, dan hanya mengangguk acuh.Julian juga menyalami Affandra yang tersenyum membalas jabatan tangannya. Untuk pertama kalinya mereka benar-benar bertemu.Dan menghampiri Zora dengan Nyonya Anita di tepi ranjang. Setelah bersalaman dengan ibunya. Ia menatap iba pada Zora.Ini hari ke dua Zora di rumah sakit, tapi Julian baru menjenguknya karna perjalanan bisnisnya. Zora tau itu, tapi tidak dengan ke dua orang tuanya yang pasti langsung memiliki pikiran negatif."Gimana keadaanmu" Tanya Julian perhatian. Ia meraih tangan Zora dan meremasnya.Zo
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status