All Chapters of Menantu Kuadriliuner: Chapter 61 - Chapter 70
245 Chapters
Bab 61. Tugas Seorang Pelayan
Marcel tidak lagi bisa memelankan suara karena saking terkejutnya. Satu minggu menjalankan hukuman sebagai pelayan bagaikan 1 tahun lamanya, kini malah ditambah 1 minggu lagi. Tentu ini adalah sebuah penghinaan besar.Semua orang pun terkejut. Mereka penasaran karena tiba-tiba pria itu berteriak kencang dengan wajah tampak pucat. Bahkan Margareth diam-diam berjalan pelan untuk berdiri lebih dekat dengan Marcel. “Tidak! Ini tidak adil untukku–” Belum sempat selesai Marcel protes, Anton terlebih dahulu menyelanya, “Kalau begitu kamu lebih memilih perusahaan WNE Group berhenti bekerja sama dengan Prince Group. Benar begitu, Marcel?”Mendengar itu seketika wajah Marcel merah padam, tetapi saat ini dia sama sekali tak berdaya. Dia tidak ingin terkena amukan Ferdi, juga tak ingin jatuh miskin karena sumber kekayaan terbesarnya dari perusahaan WNE Group.“Bagaimana, Marcel?”Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Marcel. Dia berusaha menahan emosinya dan berkata, “Maafkan saya, Pak. Saya berja
Read more
Bab 62. Mengerjai Marcel
Mendengar itu, amarah Marcel tentu semakin bergejolak. Awalnya dia ingin mendamprat Raja, tetapi akhirnya dia memiliki rancana lain. Dia adalah orang terhormat, tentu dia tidak akan membiarkan pria rendahan seperti Raja mempermainkannya.Marcel pun berbalik badan dan mengambil pel lantai di sudut ruangan. Dia lalu mengedarkan pandangan ke semua orang, “Dengarkan aku. Bagi siapa saja yang membantuku malam ini, aku akan berikan uang 25 juta. Tolong bersihkan lantai itu.”Marcel berkata demikian karena dia tahu kalau menolak perintah Raja, dia bisa dilaporkan lagi oleh pria itu. Namun, dia juga tak sudi menjatuhkan harga dirinya untuk kesekian kalinya di hadapan semua orang.Leni yang seorang mata duitan langsung cepat tanggap, “Biar aku saja. Di rumah aku sudah terbiasa mengepel lantai.”Marcel tersenyum puas, “Bagus, bagus, bagus.”“Kenapa kamu masih berpura-pura melakukan sosial eksperimen lagi?” sindir Raja. Dia lalu melanjutkan ucapannya. “Bukankah Bu Farah sudah memperingatimu?” di
Read more
Bab 63. Olahraga Malam
Ketika pesta hampir selesai, Raja menemui Farah di luar ruangan VVIP. “Dimana Rizal? Aku tidak melihatnya sama sekali,” kata Raja. Rizal adalah sahabat satu shiffnya sebelum dia masih bekerja sebagai pelayan di sini. “Dia izin kerja karena mendadak penyakit asma istrinya kambuh dan dibawa ke rumah sakit umum, Pak.” jawab Farah. Raja kasihan mendengarnya. Selama dia menjadi karyawan bagian pelayan restoran di hotel The King Star, hanya Rizal sahabat yang paling dekat dengannya. Sahabatnya itu beberapa waktu yang lalu berjasa dengan mengabarinya kalau keluarga Nugraha tengah mengadakan pertemuan dengan Marcel di ruangan VVIP. “Kalau begitu pindahkan istrinya Rizal ke RS Prince Group agar mendapatkan perawatan terbaik. Biaya perawatannya ditanggung atas nama hotel,” titah Raja begitu serius. “Satu lagi, naikkan pangkat Rizal satu tingkat. Dia layak mendapatkannya.” Raja bukan hanya sekedar membalas kebaikan Rizal. Sahabatnya itu memang memiliki kemampuan dan tanggung jawab dalam b
Read more
Bab 64. Mengajukan Cuti
Raja memutar badan dan mendapati Alexander yang sudah berdiri di hadapannya.Kedua alis Raja bertaut, “Ada keperluan apa, Alex? Tidak bisakah kamu menghubungiku?” dia yakin ada hal yang sangat penting yang membuat pria itu menemuinya di larut malam. Wajah Alexander tampak muram, “Pak Banara.”“Ada apa dengannya?” Raja bertanya dengan ekspresi datar, walau sebenarnya dia mencemaskan keselamatan Banara.“Kesehatan Pak Banara semakin menurun,” jawab Alexander sembari menyodorkan sebuah tablet. “lihat ini, Pak.”Raja mengambil tablet itu, beberapa saat kemudian muncul sebuah video rekaman yang menunjukkan seorang pria tua yang terduduk di ranjang rumah sakit.Di layar terpampang Darmendhara berusaha tersenyum, walau wajahnya terlihat pucat menahan sakit, “Apa kabar, Anakku? Ayah harap kamu baik-baik saja dimanapun kamu berada. Bertahun-tahun Ayah mengutus Alex untuk mencarimu. Ayah ingin meminta maaf atas semua kebodohan yang pernah Ayah lakukan. Ayah tahu pasti kamu marah besar sama Aya
Read more
Bab 65. Kalau Iya, Kenapa?
Ayyara sekuat tenaga untuk tidak menumpahkan air mata, walau kalimat itu terdengar sangat menyakitkan. Sementara, Margareth juga menyayangkan, karena ucapan Radit bisa mengundang masalah.Radit baru menyadari kalau dia berbuat kesalahan ketika melihat ekspresi wajah Nugraha tampak benar-benar marah.Radit mendadak gelagapan, “Anu, Kek. Tadi–”Terduduk di ranjang pasing, Nugraha menatap tajam pada Radit, “Cukup, Radit! Ayyara adalah cucu Kakek. Dia bagian dari keluarga kita! Bukankah kamu sudah tahu itu?”“Iya, Kek. Tadi–” Radit tidak bisa membela diri karena Nugraha lagi-lagi memotongnya. “Semakin hari kelakuan kamu kayak binatang!” bentak Nugraha dengan penuh emosi. “sekarang cepat minta maaf!” tegasnya.Radit tak bisa membantah, begitu pun dengan Margareth yang memilih untuk berdiam diri. Dalam posisi membelakangi Kakeknya, Radit menatap Ayyara, “Tolong maafkan aku, Ayya. Aku sangat menyesal. Aku bodoh, seharusnya aku nggak mengucapkan begitu.”Ucapan Radit sekilas terdengar tulus
Read more
Bab 66. Dikira Maling
“Kalau iya, Kenapa?” tanya Nugraha, membuat Margareth dan Radit sekilas membelalakkan mata. Namun, beberapa detik kemudian Margareth dan Radit tertawa karena menganggap Nugraha sedang bercanda.“Haha, akkhir-akhir ini selera humor Kakek lagi meningkat,” ucap Radit sembari menahan tawa. “orang seperti Raja mah bisanya cuma jadi ob.”“Ob sih mendingan, lah sekarang dia malah keluyuran nggak jelas … oh atau suamimu lagi ngerampok ya? Lumayan, bisa beli kalung seharga 1,1 triliun lagi,” sindir Margareth.Mendengar itu, Nugraha kembali teringat dengan cerita Raja dan Ayyara kemarin. Dia masih penasaran, lebih ke arah curiga pada menantunya itu.Karena ingin memastikan, Nugraha berujung bertanya, “Apa maksudmu? Jangan ngawor kamu, Raja tidak mungkin ngerampok.” dia membela menantunya, sekaligus memancing Margareth untuk bercerita lebih.“Gini loh, Pa. Raja punya kalung seharga 1,1 triliun. Katanya sih dapat dari klien-nya karena kerjanya bagus,” jelas Margaret sembari sesekali menatap sini
Read more
Bab 67. Dia Bukan Seorang Maling!
Security itu terkesiap karena Urip justru menyambut ramah kedatangan seorang maling. Raja senang dengan sikap Urip, “Aku Ra …” dia tidak meneruskan ucapannya, karena tiba-tiba Urip menarik tangannya saat hendak dijabat. Bahkan sikap sopan yang barusan Urip tunjukkan, mendadak berganti dengan tatapan sinis, “Menantu keluarga Nugraha, 'kan? … Begitu nggak bergunanya kamu sampai-sampai mau maling di sini. Aku akan melaporkan kelakuanmu biar mereka tahu pekerjaan kamu di luar rumah.” Urip adalah teman Bahri, dan mengetahui banyak hal mengenai menantu keluarga Nugraha itu. Raja pikir Urip adalah orang baik, tetapi sikapnya sama saja dengan security itu yang menghina dan menuduhnya seorang maling. Security itu terkekeh mendengarnya, “Dia tadi memaksa saya untuk bertemu dengan Bapak,” ucapnya sembari menatap Raja dengan tatapan mengejek. “katanya sih mau beli satu rumah.” “Nggak tahu diri kamu! Tapi lumayan juga trik yang kamu pakai. Berapa lama kamu berlatih untuk menjadi seorang malin
Read more
Bab 68. Anda Mengenal Saya?
Urip dan 3 security yang masih menahan sakit di bawah sana terkejut bukan main. Mulut mereka menganga. “Apa maksud, Bapak? Saya tahu betul Orang ini … dia hanyalah pria miskin. dia hanya numpang hidup di keluarga Nugraha.” Urip berusaha meyakinkan Jamal. Wajah Jamal justru semakin merah padam. Tanpa permisi, dia langsung menghadiahi pukulan keras ke wajah Urip. “Berani kamu menghina Pak Raja! Pak Raja bukanlah orang miskin, kamu harus tahu itu!” murka Urip. Di detik berikutnya dia mengatur napas untuk menghilang emosinya. Dia lalu menghampiri Raja dan membungkuk penuh hormat. “Apa Pak Raja baik-baik saja? Maaf saya datang terlambat. Maafkan kesalahan saya, kedatangan Bapak ke sini justru di sambut tidak baik oleh mereka.” Urip dan tiga security itu semakin dibuat terkejut mendapati Jamal memperlakukan Raja dengan begitu hormat. Bahkan kepanikan mulai tampak di raut wajah ketiga security itu, karena sepertinya mereka berurusan dengan orang yang salah. Sementara, Raja masih belum m
Read more
Bab 69. Mengunjungi Kafe
Raja mengingat-ingat siapa orang yang ada di hadapannya itu, tetapi wajah pria seumuran Banara itu masih tampak asing. Kalau dilihat-lihat lebih mendalam, pria itu bukan asli Nusantara.“Tidak. Siapa anda? Aku tidak mengingatnya.” akhirnya Raja bertanya kembali.“Wajar Pak Raja tidak mengingat saya. Kita terakhir kali bertemu saat Pak Raja masih berumur 10 tahun,” tanggap Jamal.Saat umur 10 tahun? Itu artinya Jamal juga berasal dari Negara Capitol.“Apakah anda mengenal Ayah saya?” tanya Raja memastikan.“Bukan hanya mengenal, saya dan Pak Banara adalah sahabat,” balas Jamal dengan senyuman lebar. “Kami masih saling berkomunikasi hingga saat ini. Tiga hari yang lalu Pak Banara memberi tahu saya kalau Pak Raja ada di Indonesia. Sungguh saya sangat senang bisa bertemu kembali dengan Pak Raja.”Setelah Jamal mengatakan itu, perlahan Senyumannya berubah menjadi kesedihan, “Saya turut prihatin dengan kesehatan Pak Banara yang semakin menurun … Pak Banara sangat menyesali perbuatannya di m
Read more
Bab 70. Berapa Biaya Harga Diri Bapak?
“Tapi kalau dilihat dari ekspresi wajah Bapak, sepertinya Bapak Takut. Benar, begitu?” Walau ucapannya begitu santai, pancingan Raja sudah cukup membuat Agung panas hati. “Baiklah kalau begitu, tantangan sepertinya dibatalkan.”Raja tahu ujung-ujungnya Agung pasti menerima tantangannya. Dia melakukan hal demikian karena ingin memberikan pelajaran pada mantan manajernya itu dan para pelayan kurang ajar yang suka menghina orang lain.“Berani juga nyalimu, Raja,” kata Agung tersenyum sinis. “Kamu nggak selevel denganku karena kamu ibaratnya seperti tumpukan sampah yang menjijikkan!”Raja kembali memanas-manasi Agung, “Itu artinya Bapak takut dengan tantanganku?”“Bajingan, kamu!” Agung menunjuk Raja dengan raut wajah tampak benar-benar murka.Namun, kemarahan Agung mendadak nerubah menjadi senyuman seringai. Dia baru sadar kalau Raja sedari tadi pasti berbicara melantur. Bukankah itu justru kabar bagus untuknya? Tantangan Raja sangatlah menarik, memiliki karyawan yang tidak perlu digaji
Read more
PREV
1
...
56789
...
25
DMCA.com Protection Status