Semua Bab Menyesal Usai Talak: Bab 11 - Bab 20
75 Bab
Bab 11
"Hari ini dihadapan orangtuamu dan orangtuaku aku menalakmu, aku menalakmu, aku menalakmu," ucapku tegas.Akhirnya aku bisa mengatakannya yang membuatku bernafas lega. Tapi ada rasa penyesalan yang menyeruak diri ini.Sinta yang dari tadi terlihat tegar, kini tubuhnya mulai gemetar dan matanya berembun."Sayang, kamu tidak boleh menangis. Lelaki ini tidak berhak atas kesempurnaan yang ada pada dirimu," ucap Bunda Soraya kepada Sinta.Apa yang menjadi kesempurnaan Sinta hingga aku tidak layak?Tenyata keputusanku untuk menceraikan Sinta adalah benar, sangat benar."Tapi, Bun. Ini rasanya menyakitkan," ucap Sinta yang air matanya tiba-tiba mengalir. Membuat orangtuanya menatap nanar putrinya itu."Kamu wanita yang kuat, Sayang. Bunda yakin kami bisa menghadapi semua ini,""Bunda lihat aku, apa wanita mandul itu salah?" tanya Sinta"Tidak. Sebenarnya tidak ada wanita mandul," jawab Bunda."Semuanya sudah mendengar, kan? Tidak ada wanita yang mandul," teriak Sinta sambil berurai air mata.
Baca selengkapnya
Bab 12
"Katakan yang sejujurnya, Janah?" tanyaku emosi."Tahan emosimu. Jangan buang-buang tenaga. Sebaiknya kita segera menuju tujuan kita," ucap ustadz Rahman mengingatkan aku."Tunggu aku dikamar. Nanti aku menyusul," pintaku pada Janah."Baik, Mas."Janah sepertinya enggan untuk meninggalkan kamar ini. Padahal sudah mengatakan baik, tapi matanya masih memperhatikan kami yang membuka lemari.Aku menghembuskan nafas kasar."Janah, tolong jangan bikin Mas marah. Masuklah ke dalam kamarmu, nanti Mas menyusul," ucapku lagi.Kini dia tidak menjawab, tapi langsung berjalan cepat meninggalkan kami. Sebenarnya apa yang menyebabkan Janah bertingkah seperti itu? Membuatku tambah pusing saja.Ternyata kunci yang aku masukan salah. Ustadz Rahman menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkahku."Kunci ini sudah tidak bisa dipakai. Sepertinya dia telah mengganti kuncinya," ucapku yang membuat ustadz Rahman mengangguk cepat.Kami memperhatikan seluruh sudut ruangan kamar ini, berharap ada petunjuk. Jan
Baca selengkapnya
Bab 13
"Saya sangat menyayangkan, kenapa tadi Antum menalak Sinta langsung talak tiga," lirih ustadz Rahman dan terdengar menghela nafas berat."Padahal Antum belum tahu siapa yang salah dan kebenarannya seperti apa," lirihnya lagi.”Perkataan mereka telah memenuhi pikiran Saya, Tadz," ucapku menyesal.”Apa Antum percaya tentang Sinta dengan pemuda itu telah melakukan hal yang dituduhkan?” tanyanya.”Awalnya Saya tidak percaya. Tapi Sinta sendiri yang mengaku telah melakukannya.""Antum percaya begitu saja?" tanyanya menyelidik.”Saya sudah bertanya beberapa kali, tapi dia tetap mengaku telah melakukannya.””Iya, tahu. Tapi kenapa Antum percaya begitu saja?" tanya ustadz Rahman kecewa.Aku tidak mampu untuk menjawab. Air mata kembali ingin turun, tapi segera aku lap dengan memakai lengan baju.Aku kecewa pada diriku sendiri. Kenapa dengan bodohnya aku percaya begitu saja apa yang orang-orang tuduhkan tentang Sinta. Padahal aku sama sekali tidak melihat kejadiannya."Karena Saya terlalu bodo
Baca selengkapnya
Bab 14
Janah masih terlihat mengobrak-abrik isi kamar. Kini dia mulai menarik paksa hendel pintu lemari Sinta hingga lemarinya bergoyang.Aku dan ustadz Rahman sejauh ini hanya memperhatikan gerak-geriknya.Ternyata waktu bergulir begitu cepat.Dulu aku mengenal Janah gadis yang cantik dan sangat berakhlak baik. Tapi aku harus menikah dengan Sinta, seorang anak mafia.Ternyata sekarang baru terbukti. Meskipun Pak Adam seorang mafia, bisa membimbing anaknya untuk menjadi yang lebih baik sehingga mengalahkan janah dan aku yang notabenenya anak pemilik pondok pesantren.Betapa malunya aku kepada keluarganya Sinta yang menalaknya dengan menyebutkan segala kekurangan yang kusangka ada padanya, ternyata semua kekurangan itu ada pada diriku.’Sungguh kamu lelaki yang tidak berguna, Fahmi.' rutukku.”Akhh.. sebenarnya apa yang di tinggalkan wanita mandul itu? Apa?" teriak Janah.Apa dia tidak takut akan ada santri yang mendengarnya atau dia mengira tidak akan ada orang yang berani lewat kamar Sinta.
Baca selengkapnya
Bab 15
Kenapa semua orang ingin mengetahui apa yang Sinta tinggalkan? Kenapa begitu peduli. Apalagi Abah. Kenapa sampai harus mengumpulkan keluarga bibi Ratih dan keluarganya Janah? Bukannya aku mau menyalahkan Abah. Hanya saja selama ini mereka termasuk orang-orang yang sangat tidak menyukai Sinta.Takutnya mereka hanya ingin membuatku terpojok dan melakukan sesuatu hal yang tidak kuinginkan."Emangnya kenapa, Bah?" tanyaku balik dengan tetap tenang.Jika aku memberitahukan masalah ini kepada Abah, apakah Janah dan keluarganya akan langsung ditendang dari sini?Tapi firasatku mengatakan hal lain. Semoga yang tidak kuinginkan tidak terjadi."Karena Abah harap, apapun yang Sinta tinggalkan tidak ada pengaruh apapun terhadap pernikahan kamu dengan Janah," jelas Abah dengan lantang dan tegas.Apa maksud Abah? Apa artinya tidak akan ada tindakan yang kita lakukan? Apa kita tinggal menunggu kehancuran keluarga kita?Apa Abah sekaligus menyuruhku untuk menjadi ayah dari anak yang dikandung oleh J
Baca selengkapnya
Bab 16
Aku terduduk lesu usai mendengar percakapan mereka."Ini semua adalah jalan kehidupan yang harus Antum lalui," ucap ustadz Rahman."Saya sangat menyayangkan sikapku selama ini kepada Sinta. Kenapa ada orang yang begitu bodoh sepertiku. Aku harus membuka surat itu, Tadz.""Harus. Bacalah surat itu perlahan. Itu adalah isi hati dari Sinta. Semoga kedepannya bisa menjadi pelajaran untuk Antum.""Saya izin ke aula lagi. Siapa tahu Abah masih menunggu di sana," pamitku dan ustadz Rahman hanya mengangguk."Bacalah surat itu secepatnya. Siapa tahu ada informasi di dalamnya yang di tinggalkan Sinta," pesannya dan kini aku yang mengangguk.Apa kira-kira yang ditulis oleh Sinta? Apa aku akan sanggup membacanya?Sesampainya di aula, aku tidak melihat orang lain selain Abah dan Umi."Yang lain kemana, Bah?" tanyaku heran."Semuanya sudah Abah minta untuk pergi dan berkumpul lagi besok, setelah sholat subuh. Hanya saja Abah merasa ada yang aneh. Kenapa ustadz Hanafi memaksa Abah agar kamu mau memb
Baca selengkapnya
Bab 17
”Kita akan segera menjadi besan mulai Minggu depan, Bah," ucap Pak Gani, ayahnya Gilman.Tidak. Semua ini salah. Pernikahan ini tidak boleh terjadi. Tapi apa yang harus aku lakukan?"Iya, Pak. Terimakasih sudah mau menerima Diyah dengan segala kekurangannya,” ucap Abah yang membuatku diam."Justru saya yang bersyukur, Pak. Saya harap dengan Gilman menjadi menantu bapak, bisa memperbaiki wataknya,” ucap Pak Gani penuh harap dan bibirnya tersenyum lebar.Aku tersenyum getir mendengar percakapan mereka.”Bapak bisa saja. Saya juga bersyukur karena dari berjalan pun Diyah belum bisa seperti kaki normal biasanya.""Itu bukan masalah, Bah. Bagi Saya yang terpenting anak-anak bahagia dan saling mencintai meskipun dijodohkan,” ungkap Pak Gani tertawa renyah.Dadaku terasa ngilu mendengar harapan Pak Gani. Siapa yang harus aku percayai?Tidak mungkin Sinta berbohong. Tapi apakah benar anak yang dikandung Janah anaknya Gilman?"Eh, Nak Fahmi. Apa kabar?" sapa Pak Gani padaku. Ternyata dia melih
Baca selengkapnya
Bab 18
"Kecantikan seorang wanita itu tidak terletak pada kecantikannya ataupun namanya, tapi terletak pada hati dan akhlak," lirihku.Janah sepertinya tidak terima dengan ucapanku, dia terdengar menggertakan giginya dan menghampiriku, "Awas kalau mau coba-coba dekat dengan Zara," ucapnya mengancam."Aku merasa kau seperti orang yang berbeda dari dua tahun yang lalu,” lirihku padanya."Aku–aku.." jawabnya terbata-bata tapi tidak meneruskan ucapannya.Aku memilih untuk meninggalnya yang terpaku dan pergi istirahat.***”Kau hanyalah seorang pecundang, Mas," kesal Sinta yang mencoba untuk menghentikan langkahku, tapi aku tetap saja melangkah tanpa memperdulikan ocehannya."Kamu sudah melanggar janji, Mas," ocehannya lagi, namun aku masih setiap dalam langkahku."Bagaimana jika kau akan langsung mengalami apa yang aku alami?" ucapnya lagi yang berhasil menghentikan langkahku.”Tidak mungkin," jawabku cepat."Tidak ada yang tidak mungkin, Mas. Selama yang maha kuasa menginginkan," ucapnya lagi.
Baca selengkapnya
Bab 19
Sinta Pengucapan talak tiga yang dilakukan Mas Fahmi membuatku merasa seperti bukan wanita. Mungkin aku wanita pertama yang ditalak oleh suaminya langsung talak tiga.Mereka yang kusangka baik padaku, ternyata hanya kedok. Aku memang seorang anak mafia, tapi Ayah tidak pernah mengajariku untuk menyakiti orang lain.Sejahat apapun orangtua, pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang memiliki sikap mulia.Kupandangi foto pernikahanku dengan Mas Fahmi dua tahun yang lalu. Tidak terasa air mataku menetes membasahi bingkainya.Tidak kusangka rumah tanggaku yang sudah dua tahun kujalani seketika hancur didepan mata.Ragaku seakan kosong ketika orangtua Mas Fahmi menjodohkan suamiku dengan wanita lain. Bahkan dengan mudahnya Mas Fahmi menyetujui itu yang membuatku semakin tidak tahu arah jalan.Sengaja aku merahasiakan status tes kesuburan yang menyatakan Mas Fahmi tidak bisa memiliki keturunan dan digantikan dengan namaku, agar namanya tidak tercemar.Tapi di sisi lain aku juga ingin men
Baca selengkapnya
Bab 20
Aku dan ustadz Rahman masih diam mematung di tempat. "Lihatlah betapa besarnya hati pemuda itu. Meskipun sudah dihina keluargamu, dia tetap mempertahankan tanggung jawabnya sebagai donatur. Kalau aku sudah malas," ucap ustadz Rahman bicara dengan santainya.”Sama sepertinya cintanya pada Sinta. Walaupun wanita pujaannya telah menikah denganmu, dia tetap mencintainya sepenuh hati. Ini baru cinta sejati,” lanjutnya lagi.Sementara aku yang mendengarnya semakin pusing. Kenapa semua orang hanya bisa mencemooh tanpa tahu yang sebenarnya.'Bukankah Sinta sangat mencintaiku? Apa dia mau kembali padaku.' batinku tiba-tiba merasa percaya diri dengan besarnya perasaan cinta Sinta padaku selama ini kini membuatku tersenyum lebar sendiri.Benar, Sinta pasti mau kembali padaku. Buktinya surat perceraiannya sampai sekarang belum sampai di tanganku, berarti dia memang berharap aku melamarnya kembali. Aku hanya harus menghadirkan Muhallil, agar kami bisa kembali bersama."Antum kenapa?" tanya ustadz
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status