Ginnie merasa tidak berdaya. Dia tahu putranya memiliki hobi yang sama dengan pamannya, sama-sama menyukai sesuatu yang berbau detektif. Namun, kelak dia mesti meneruskan bisnis keluarga, tidak mungkin mengikuti langkah pamannya.“Aku tidak peduli dengan hobimu. Tapi malam ini kedatangan teman-teman ayahmu. Kamu mesti beri muka kepada ayahmu. Kamu mesti banyak belajar dari para senior. Setelah kamu tamat kuliah nanti, kamu mesti ambil alih perusahaan keluarga.”Nordin melambaikan tangannya tanda dirinya merasa tidak sabar. “Iya, aku tahu.”Ginnie menghela napas, lalu berjalan ke sisi suaminya. Kepala Keluarga Nars, Ritchie Nars, menyadari kerutan di wajah Ginnie, dia pun meletakkan gelas anggur, lalu bertanya, “Ada apa?”“Nordin hampir kena pengaruh adikmu. Aku khawatir dia akan mengikuti langkah adikmu untuk menjadi sutradara.”Ritchie tertawa. “Memangnya ada yang salah untuk menjadi sutradara. Coba kamu lihat Lance, bukannya dia cukup sukses di dunia perfilman?”“Keluarga kalian puny
Read more