Semua Bab Hot Uncle My Husband: Bab 21 - Bab 30

41 Bab

21. Sebuah Rencana

"Gimana Om udah selesai masalahnya?" Tanya Naya ketika menghubungi Doni di malam hari. "Udah Yang, lumayan parah kondisinya. Kamu kok belum tidur?" Tanya Doni. "Belum, sebentar lagi. Om kapan pulang?" Tanya Naya yang sudah merindukan Doni. "Kemungkinan setelah ada orang yang mau beresin dapur dulu, baru nanti Om pulang ke Jakarta." Jelas Doni. "Lama dong, emang kapan orang yang mau betulin dapur dateng?" "Besok lusa Yang, kenapa?" Terdengar helaan napas Naya yang didengar oleh Doni. "Sabar ya, Om langsung pulang kok kalau udah ada yang handel. Om mau memastikan semuanya dulu." Doni mencoba memberi Naya pengertian agar kekasih kecilnya ini tidak merajuk. "Lama.... Besok kuliah aku libur. Aku ke sana ya naik pesawat, nanti biar dijemput Pak Man di bandara." Rengek Naya yang membuat Doni kembali berpikir, bagaimana caranya agar Naya tidak datang dan memaksanya pulang ke Jakarta. "Jangan!" Ceplos Doni cepat yang membu
Baca selengkapnya

22. Pindah Haluan

"Pa ayo berangkat." Ajak Naya ketika mereka sudah sarapan."Kemana Kak?" Tanya Reina pada Naya."Jalan-jalan kita Dek, kamu mau ikut?" Tanya Naya yang diangguki Reina."Papa kita mau jalan-jalan? Jalan-jalan kemana?" Tanya Reina mendongakkan kepalanya menatap Rama."Ke Bogor." Ceplos Rama yang membuat Naya menoleh dan menatap tajam Rama."Loh kok ke Bogor? Surabaya Pa, Surabaya!" Gemas Naya yang hanya dijawab dengan alis yang menukik oleh Rama. Bella tak ambil suara, karena ini akan menjadi perdebatan sengit antara Naya dan Rama."Kan Papa semalem gak bilang mau ke Surabaya. Coba kamu inget-inget lagi semalem Papa bilang apa?" Naya mencoba mengingat apa yang dikatakan oleh Rama semalam. Dia menggelengkan kepalanya ketika mengingat apa yang dikatakan oleh papanya. "Udah inget? Nah kemon kita berangkat sekarang." Tanya Rama yang tak diindahkan oleh Naya."Tapi Pa, kan semalem kita bahasnya Surabaya bukan Bogor. Papa gimana sih? Mama jug
Baca selengkapnya

23. Sekongkol

Tiga hari sudah Doni berada di Surabaya. Naya sudah mencak-mencak karena merindukan sosok Doni yang selalu memanjakannya. Perdebatan hari kemarin tentang arah tujuan mereka akhirnya benar-benar membawa mereka menuju ke Bogor, bukan ke Surabaya. Disepanjang perjalanan, Naya menekuk wajahnya karena merasa telah dibohongi oleh orangtuanya. Reina dan Reino yang tidak mengetahui apa-apa hanya bisa diam tanpa banyak berkomentar, ketika melihat suasana di dalam mobil semakin mencekam. “Ma, kenapa kita ke Bogor tiba-tiba? Apa Mbah sakit disana?” Tanya Reino ketika melihat wajah sendu Naya sedari berangkat mengganggu penglihatannya. “Enggak Bang, Mbah gak sakit kok. Kenapa emangnya?” Tanya Bella pada putranya. “Kok tapi tiba-tiba aja sih?” Reino kini mendongak menatap kakaknya yang menatap kosong ke arah jendela mobil. “Kakak kenapa?” Tanya Reino sambil menggenggam tangan kakaknya. “Gak apa-apa kok.” Jawabnya singkat. “Gak apa-apa? Kok mukanya sedih?” Naya menyuguhkan senyumnya ketika waj
Baca selengkapnya

24. Menyulut Amarah

"Oh gitu? Cuma istri aja yang dikabarin?" Tanya Naya dengan tak santainya sambil menatap garang Doni. Doni tak terusik meskipun wajah Naya sudah tak bersahabat. Pak Man bisa apa selain diam selama perdebatan berlangsung antara Doni dan Naya—sepasang kekasih yang tak pernah akur jika sedang bersama, tapi jika terpisah jarak mereka akan saling merindukan satu sama lain. "Iya lah, cuma istri dan anak." Ucap Doni dengan melakukan penekanan dari setiap katanya. "Oke kita end." Ucap Naya sambil memalingkan wajah lalu menghentakkan kaki masuk ke dalam rumah. Doni dan Pak Man hanya menggelengkan kepalanya melihat Naya yang sedang merajuk. Doni menoleh menatap Pak Man yang sudah bersiap di balik kemudinya. "Pak Man mau pulang sekarang?" Pak Man mengangguk dan tersenyum. "Iya Pak, saya pulang dulu. Selamat malam dan istirahat Pak Doni." Doni mengangguk lalu Pak Man melajukan mobilnya. Doni lalu masuk ke dalam rumah Rama dengan langkah santainya. Doni membiarkan Naya yang merajuk padanya, k
Baca selengkapnya

25. Tuker Rugi

“Kenapa sih Nay kok merengut bae dari tadi?” Tanya Risma ketika Naya sudah duduk dan memangku tangan dengan wajah kecut. “Sebel sama Om Doni, gak peka!” Sungutnya yang mendapat gelengan kepala dari Risma. “Bukannya Om Doni udah balik dari Surabaya?” Naya mengangguk membenarkannya, “Terus?” Tanya Risma penasaran, apa yang membuat Naya kali ini merajuk sampai menyebut Doni tidak peka dengan keadaan. “Dateng malem banget, kalau gak gue telepon juga Om Doni gak bakalan telepon gue. Udah gitu pagi-pagi banget udah heboh mau pulang karena katanya mau ada meeting, terus berkasnya Om Doni yang megang.” Urai Naya yang masih belum dimengerti oleh Risma. “Oalah begitu, terus masalahnya dimana?” Risma mengutarakan ketidaktahuannya. “Masalahnya gue masih kangen.” Ucap Naya yang membuat Risma terbahak dan menjadi perhatian tersendiri oleh Bagas yang baru saja tiba memasuki kelas. “Eh kayaknya ada yang seru nih, ada apa sih?” Tanya Bagas yang langsung duduk lalu menghadap ke belakang. “Kepo.”
Baca selengkapnya

26. Si Mulut Pedas

“Anak gue bisa sebrutal itu pas kangen sama lu? Gak mungkin banget.” Ucap Rama namun dalam hatinya membenarkannya. ‘Iya juga sih, waktu mau ke Surabaya diganti arah ke Bogor aja ngamuknya bukan main.’ “Pesona gue kan kuat banget Ram, masa iya harus gue jelasin secinta apa anak lu ke gue?” Ceplos Doni yang membuat Rama langsung menoleh cepat dan menatap penuh tanya. “Secinta itu? Maksud lu bagaimana?” Tanyanya penuh penasaran. “Lu tau kan kalau Naya ngintilin gue terus dan gak bisa lepas sejak kecil. Masa iya gak paham-paham juga.” Doni mencoba untuk membelokkan arah perbincangan mereka. “Iya sih emang bener akhir-akhir ini Naya kayanya ketergantungan banget sama lu.” Doni menghembuskan napas leganya ketika Rama mempercayai ucapannya. Jauh dalam lubuk hatinya bergumam, ‘maaf bro gue bohongin lu, abis Naya minta sembunyi-sembunyi sih pacarannya.’ “Kan sekarang udah paham kan?” Rama mengangguk lalu menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara ketukan. “Tuh kayanya dateng Don.” Doni i
Baca selengkapnya

27. Gak Becus!

Rama yang kembali mengingat kisah cintanya dengan Bella di masa lampau hanya bisa menggelengkan kepala. Kisahnya begitu rumit, terlalu banyak rintangan yang menghampiri kisah cintanya dengan Bella. Cara meyakinkan Bella pun sangat amat sulit didapatkannya. Bagaimana tidak, Bella dahulunya adalah kekasih seorang lelaki pekerja keras dan akan melangsungkan pernikahannya. Namun nahas kisah cinta mereka harus terhenti ketika Saddam, kekasih Bella meninggal dunia karena menyelamatkan anak kecil yang mengejar bola ketika bermain di pantai.Bella mati-matian mewaraskan dirinya ketika mendapati kenyataan tersebut. Berat, sangat berat untuknya ketika akan melangsungkan pernikahan namun harus terjadi musibah untuk kisah cintanya. Bella hampir hilang akal, hari-harinya tak berjalan seperti biasanya. Semua terasa amat sangat menyedihkan untuknya.Sampai tibalah Naya yang bisa membuatnya bangkit dan kuat, serta tentunya dibantu oleh Rama. Perlahan Bella mulai menerima takdir hidupn
Baca selengkapnya

28. Ada Apa?

Setelah seharian penuh drama masa lalu menghantui, Rama dan Doni akhirnya pulang dengan wajah lelahnya. Naya dan Bella yang menyambut kedatangan mereka di depan pintu saling pandang, wajah mereka berdua sangat lelah dan beda dari biasanya. Apakah pekerjaan hari ini sangat menguras tenaga batin Bella."Mas...." Sambut Bella dengan senyum terkembang ketika Rama mengulurkan tangan kanannya."Assalamu'alaikum." Salam keduanya yang dijawab oleh Bella dan Naya bersamaan."Mas capek banget ya?" Rama mengangguk lalu menoleh sekilas pada putrinya yang meraih tangannya."Rama abis ngamuk Bel." Bisik Doni ketika Rama mengusap puncak kepala putrinya."Oh pantesan." Sahut Bella lirih lalu menggenggam tangan Rama yang akan memasuki rumah."Om..." Panggil Naya yang membuat Doni menoleh."Kenapa Yang?" Tanya Doni yang melihat wajah bingung Naya."Papa kenapa?" Tanya Naya yang membuat Doni tersenyum karena Naya selalu peka dengan mood Rama.
Baca selengkapnya

29. Aneh

Naya menatap heran papanya yang keluar dari kamar Doni seorang diri, sepertinya Rama gagal membawa Doni untuk bergabung dengan mereka, batin Naya. Alisnya menukik ketika Rama menatapnya dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Tak biasanya Rama menatap Naya seperti itu, sehingga Naya dibuat kebingungan. “Ada apa Pa?” Tanya Naya ketika tatapan Rama makin sendu.“Om Doni tiba-tiba mau ke Bandung besok. Kamu tau kenapa Om Doni tiba-tiba mau ke Bandung Kak?” Tubuh Naya seketika menegang mendengar itu, sore tadi memang mereka sedang memperdebatkan perihal Fika—sekretaris Bu Ajeng pada zaman dahulu kala.“Enggak tau Pa, emang Papa gak nanya kenapa Om Doni mau ke Bandung tiba-tiba?” Tanya Naya mencoba untuk terlihat biasa saja agar tak menimbulkan kecurigaan Rama.“Papa udah nanya, cuma katanya emang mau ke sana aja. Soalnya tadi Om Doni abis ngamuk di kantor. Mungkin dia butuh penenang, dia kan suka suasana Bandung yang
Baca selengkapnya

30. Bijak

"Iya heran lah Om, Om kan biasanya gak pernah naik pesawat kalau lagi pergi." Ucap Naya sewot. "Pernah tuh, kalau ke luar kota kan selalu naik pesawat." Kilah Doni. "Iya tapi kan yang jauh Om!" Sentak Naya yang tak mau kalah. "Bandung luar kota bukan?" Tanya Doni. "Iya luar kota lah." "Nah itu tau kan kalau Bandung luar kota, yang namanya luar kota mah udah pasti jauh kan? Terus masalahnya dimana?" Naya mendengkus kesal lalu ingin beranjak dari ranjang Doni namun dicekal oleh Doni. "Mau kemana?" Tanya Doni dengan tangan masih mencekal tangan Naya. "Mau bobok, udah malem. Om kan juga mau istirahat besok ke luar kota." Ucap Naya tak santai. "Kamu marah?" Tanya Doni ketika menyadari wajah Naya berubah merah padam karena marah. "Enggak!" Naya mencoba melepas cekalan Doni. "Kamu marah?" Tanya Doni lagi sampai Naya mau mengakui kemarahannya. "Enggak Om." Kilah Naya yang berhasil membuat Doni menutup la
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status