All Chapters of Dendam Sang Tumbal: Chapter 21 - Chapter 30
42 Chapters
Hari Pertama
“Saya adalah wujud dari pusaka Kembang Wijaya, Tuan,” jawabnya. Soleh menatap lelaki itu, wajah itu akrab sekali baginya. seperti pernah mengenalnya, entah di mana. Rendra pun bertanya kepada lelaki itu, apa yang harus dilakukannya. “Saya tidak bisa mengatakan apapun, Tuan. Hanya anda yang mengetahui bagaimana caranya,” tutur lelaki itu. Sosok wujud dari pusaka itu pun menghilang, Rendra duduk bersila di atas tempat tidurnya. Lelaki itu memejamkan matanya lalu fokus mencari jawaban di dalam diamnya. Sinar berwarna putih keperakan yang menyilaukan kembali keluar dari dalam dadanya. Tubuh Wahini dan Wahiru yang sedang duduk bersila melayang lalu berhenti tepat di depannya. Rendra membuka mata, kedua telapak tangannya di letakkan di dada keduanya. Jeritan kesakitan terdengar saat sinar putih itu masuk ke dalam tubuh Wahini dan Wahiru. Lelaki itu terbayang perjuangan keduanya, air matanya menitik karena terharu. Benaknya terus saja merutuki dirinya yang penakut. Rasa bersalah bergela
Read more
Aneh
Fitri menoleh ke arah suara, wanita itu kini sudah berada di sisinya dan menatapnya seolah akan menelannya saat itu juga. Gadis itu menelan air liurnya dengan susah payah, wajahnya kini pucat. Saat akan menjawab, Fitri melihat mata wanita yang menyapanya itu sudah berubah menjadi hitam gelap seperti malam kelam. Sari menyikut lengan Fitri, gadis itu tergagap. “Maafkan saya, Bu. Gugup sekali dan juga saya lapar karena belum sarapan,” tutur Fitri. “Panggil saya Bu Sinta, pemilik supermarket ini. Baiklah, maju ke depan dan perkenalkan dirimu,” perintah Sinta. Fitri pun memperkenalkan dirinya kepada karyawan lainnya. Kemudian satu persatu karyawan itu memperkenalkan dirinya berikut dengan jabatannya. Tampak seorang lelaki tampan berkulit putih menatapnya tajam. “Baiklah, Fitri hari ini berada di bagian pembelian sebagai kasir, menggantikan Hilda yang tidak masuk selama seminggu. Panji, dia adalah anggotamu, ajari dengan baik,” titah sinta. Lelaki itu mengangguk pelan dan tampak tak a
Read more
Tak Sengaja
Wajah Fitri memerah, napasnya tersengal seiring dengan dadanya yang naik turun. Cekikan itu semakin kencang, bahkan paru-parunya seakan ingin meledak. ‘Allahuakbar ... Allahuakbar, Lailahailallah,’ ucap Fitri di dalam batinnya. Gadis itu memejamkan matanya dengan air mata menetes. Brak. Tubuh Fitri terhempas ke belakang, saat cahaya biru melesat keluar dari balik bajunya. Tangan yang mencekiknya menghilang, begitu juga dengan kepala tanpa tubuh yang berada di atas mejanya itu. “Alhamdulillah ... “ ujar Fitri. Gadis itu lalu mengambil sebuah cermin untuk melihat lehernya. Tampak jelas bekas cekikan berada di sana. Fitri kembali terkejut, tatkala sesosok nenek berada di belakangnya. Gadis itu segera membalikkan tubuhnya, tidak ada apapun. Dia kembali melihat cermin, sosok itu masih berada di sana. Sosok itu seakan mengatakan sesuatu kepadanya. Rasa takut membuat tangan gadis itu gemetar, sehingga cermin yang berada di tangannya pun ikut bergetar. Fitri berusaha meneguk salivanya de
Read more
Sari Terkejut
Wajah Sinta tampak mengerikan, persis seperti ular dan selalu mendesis. Rambutnya tiba-tiba berubah sangat panjang, dan acak-acakan. Bagian tubuh yang lainnya juga sudah menjadi ular kini seolah sedang berdiri tegak. Kedua tangannya bersisik seolah ingin menggapai sesuatu. Air terus saja mengalir membasahi tubuhnya, taring mulai muncul satu persatu. Guyuran air itu seakan tidak bisa meredam panas di dalam tubuhnya sehingga tubuhnya terus saja berubah menjadi sosok ular yang sangat besar. Fitri sudah selesai dengan laporannya. Kini waktu menunjukkan pukul empat lewat empat puluh lima menit. Gadis itu menghitung sisa uang yang berjumlah tiga juta rupiah kemudian menuju ruangan Panji. “Permisi, Pak. Mau laporan hari ini,” ucap Fitri. Panji yang sedang sibuk dengan pekerjaannya pun mengangkat kepalanya. Lelaki itu meminta Fitri meletakkan buku dan uang di atas mejanya dan memintanya segera keluar dari ruangannya. Fitri pun meletakkan sesuai dengan permintaan atasannya itu lalu pamit k
Read more
Pesan Hilda
“Siapa kau?” tanya Soleh digin.Fitri yang memangku kepala Sari pun tersentak mendengar suara itu. Dadanya berdebar tidak karuan, dia tidak sadar jika liontinnya tidak bereaksi apapun. Wajahnya bersemu merah dan sikapnya gugup.Beberapa gadis yang juga mengerumuni Sari dan Fitri pun menyingkir. Sebagian dari mereka berbisik memuji ketampanan lelaki itu dan mulai berandai-andai.“Aku ... Hildaaa,” jawab Sari.Suara itu bukan milik Sari, suaranya lirih dan seperti kesakitan. Sari tiba-tiba membelalakkan matanya, tampak bola matanya memutih seluruhnya, Fitri gemetar ketakutan sementara gadis lainnya menyingkir perlahan bahkan ada yang berlari ketakutan kembali ke kamarnya. Hawa dingin dan berbau busuk mulai menguar. Gadis yang tersisa memaksakan diri berada di sana karena pesona Soleh, penjaga kos pun berlari tergopoh-gopoh menuju lelaki itu. Gadis-gadis itu merasakan bulu halus di tubuh mereka mulai meremang, Beberapa ada yang mengusap tengkuk dan lengan mereka lalu bergidik.Penjaga ko
Read more
Menyusun Rencana
“Jadwal Bu Sinta Libur? Supermarket ‘M’? Ini kunci apa?” tanya Soleh pada dirinya.Tak mau membuang waktu, lelaki itu segera menuju masjid dan duduk di tangga sebelah pintu masuk.Lelaki itu mulai menghubungkan pesan arwah tadi dengan kotak yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya.Soleh meletakkan kotak itu di dalam lemari kaca tempat penyimpanan perlengkapan salat, lalu segera ke luar untuk mengambil wudu. Lelaki itu kemudian menunaikan salat dengan tenang.“Tega bener ga nyamperin aku,” sungut Rendra.Rendra heran tidak seperti biasanya Soleh tetap berada di dalam masjid usai salat maghrib. Kali ini dia duduk di teras sambil termenung.Soleh menoleh sebentar kemudian kembali mengalihkan pandangannya menatap lurus ke depan. Rendra duduk di sisinya dan melakukan hal yang sama. Tiba-tiba Soleh menjentikkan jarinya dan menepuk bahu sepupunya itu.Rendra yang sedang termenung tentu saja merasa terkejut dan memasang wajah cemberut.“Sepertinya aku harus meminta bantuanmu,” tandas Soleh.
Read more
Menjalankan Rencana
“Loh ... di mana kunci itu? Tadi ada di saku,” gumam Soleh.“Ketinggalan mungkin. Besok kita antar lagi,” saran Rendra.Rendra pun melangkah terlebih dahulu meninggalkan sepupunya, namun segera dicegah oleh Soleh.Soleh menatap serius, lalu memejamkan matanya. Kemudian meminta Rendra melakukan hal yang sama dan mengatakan apa saja yang di rasakannya.“Kamarnya panas sekali,” ujar Rendra.“Kamu benar, itu biasanya salah satu tanda jika penghuninya akan dijadikan tumbal,” sahut Soleh. “Ayo, nanti kita kemaleman,” ajak Soleh.Mereka berdua bergegas menuju kamar kos yang akan mereka tuju. Tampak oleh mereka Sari dan Fitri sedang bersenda gurau sambil makan malam.Kedua lelaki itu mengucapkan salam yang dijawab oleh kedua gadis itu. Mengetahui siapa yang datang, jatung Fitri berdegup kencang, sesekali liontinnya bergetar. Wajahnya tersipu dan mencuri pandang ke arah Soleh.Rendra dan Sari memperhatikan Fitri yang mulai salah tingkah. Sementara Soleh tetap bersikap dingin, tak mengacuhkann
Read more
Tolong Aku
“Maaf, Pak Panji, saya yang meminta mereka. Ada daging tiga minggu yang lalu yang akan di retur,” celetuk Sari.Tampak Sari membawa selembar kertas dan di periksa oleh Panji, lelaki itu mengangguk, lalu ke luar.Tubuh Fitri yang gugup dan gemetar ketakutan luruh ke lantai. Sari bergegas mendekat dan meminta Soleh membukan ruangan yang tertutup rapat itu segera.“Waktu kita tidak banyak, ruangan ini terlalu dingin. Bisa berbahaya terlalu lama di sini,” sosor Rendra.Soleh membuka pintu dengan perlahan, udara mendadak bertambah dingin. Tubuh Sari dan Fitri mengigil. Ruabng kedua itu memiliki suhu yang jauh lebih dingin daripada ruangan pernyimpanan yang pertama.Tampak bayangan Hilda yang transparan seolah terbentuk dari air yang jernih berdiri di salah satu Freezer box. Soleh segera berlari dan tiba-tiba saja kotal itu terbuka.Di dalamnya terdapat seprai berwarna putih,Soleh memberikan kode kepada Rendra agar membantunya, Sari mengambil troly. Dengan susah payah, tubuh Hilda berhasil
Read more
Sedikit Fakta Tentang Sinta
“Buka pintunya, Panas, nih!” seru Soleh.Rendra melirik takut-takut lalu menolehkan kepalanya ke kiri. Tampak Soleh sudah berkacak pinggang di luar sana.Seraut wajah menyembul lalu menyeringai kepadanya dari balik punggung Soleh. Sosok itu tidak memiliki mata sebelah, hanya rongga tengkorak saja, sementara sebelahnya, bola matanya bergelantungan hampir terjatuh. Daging di wajah tampak menghitam juga terkelupas. Sosok itu memiringkan kepalanya dan terdengar suara tulang patah, kini kepala itu nyaris putus dan tergantung di leher seolah akan menggelinding.Soleh menyadari kehadiran sosok di belakangnya, lalu memutar tubuhnya. Tidak ada apapun, hanya meninggalkan sisa energi jahat juga dendam. Rendra membuka pintu, lalu bergegas masuk.“Dasar kurang ajar, gak setia kawan. Main kabur aja, sampai kapan kau begini terus? Atasi rasa takutmu,” gerundel Soleh.Rendra hanya tersenyum kecut.“Kita ke rumahku, Bu Lek menunggu,” imbuh Soleh.Soleh meracau sepanjang jalan, Rendra hanya diam saja
Read more
Aneh
“Loh? Kok malah jadi hitam semua gambarnya?Aku yakin kok hasil fotonya tadi bagus,” cetus Rendra. Lelaki muda itu menceritakan kondisi gambar yang di ambilnya. Bagian kepala melesak ke dalam seperti terkena benda pukulan benda tumpul sejenis pipa, tetapi yang menjadi aneh adalah seperti ada jejak sisik. “Apakah di pukul pakai pipa atau pakai ekornya?” tanya Rendra. Murad mengatakan bisa saja mahluk itu tidak ingin terlihat dalam bentuk apapun. Mengenai keadaan janggal pada jenasah Hilda, dia berpendapat bisa saja demikian dengan meminta bantuan jin peliharaan yang berwujud ular. Menekan kepala Hilda hingga melesak ke dalam, namun sedikit aneh, karena tulang tengkorak yang keras seharusnya pecah, atau menimbulkan kerusakan yang kurang rapi dan ada serpihan dari tulang tengkorak kepala, bukan meninggalkan jejak seperti bekas di hantam oleh pipa. “Begitulah kira-kira menurut pendapatku. Hal gaib ini cukup aneh dan sulit sekali diterima oleh akal sehat karena kejanggalannya,” tutur Mur
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status