All Chapters of Berondong Buleku: Chapter 31 - Chapter 40
45 Chapters
31. Pertemuan Di Rumah Sakit
"Stop!" teriak Erica pada lelaki itu."Kenapa? Dia kan cowoknya?!" Tunjuk lelaki itu pada Evan yang terjatuh di lantai."Kak, Kakak salah paham! Bukan dia," kata Erica lalu membantu Evan berdiri.Keributan yang terjadi diketahui juga oleh Richard dan Pak Bayu, selaku Ayah Erica, mereka pun menemui ketiganya. Kejadian itu tentu saja menarik atensi semua orang yang berada di sana, apalagi malam ini restoran cukup ramai, banyak mata memandang ke arah mereka."Van, are you okay?" tanya Richard yang hanya dibalas anggukan Evan, ia sibuk mengusap rahang pipinya yang terasa nyeri."Apa-apaan ini?" hardik Bayu."Papi? Kok Papi ada di sini?" Lelaki yang baru saja memukuli Evan bingung."Richo! Kamu bikin ulah apalagi?" Bayu geram terhadap anak lelakinya itu."Sorry Pih, aku pikir Erica ---" Kadung malu, ia tidak bisa menuntaskan ucapannya, mengusap-usap tengkuknya salah tingkah."Makanya apa-apa tuh tanya dulu, jangan main asal p
Read more
32. Orang Di Masa Lalu
Richo membawa Luna ke kantin rumah sakit, ia menawarkan makanan pada perempuan hamil itu, raut wajah Luna terlihat pucat, mungkin penyebabnya bisa jadi karena Luna lemas belum makan, untuk itu Richo berinisiatif mengajaknya makan di kantin rumah sakit, kantin khusus untuk dokter dan karyawan. "Udah, gak usah ngerasa gak enak. Ambil aja yang kamu mau," kata Richo ketika mereka berada di depan meja-meja prasmanan. "Apa mau aku yang ambilin?" tawarnya kerena Luna diam tak menggubris. "Eh, enggak perlu. Aku bisa sendiri kok," tolak Luna mengambil piring yang sudah dibawa Richo. "Tapi kamu juga ikut makan ya?!" Luna tak enak kalau hanya dirinya yang makan. Sebelum menjawab, lelaki yang memakai jas putih dokter itu melirik jam tangannya. "Udah hampir jam makan siang sih, oke lah!" Senyum Richo setuju. Jam makan siang memang sekitar satu jam lagi jadi kantin ini masih sepi, hanya beberapa dokter dan karyawan saja yang datang untuk mengambil kopi dan minuman lainnya. Keduanya memilih te
Read more
33. Mengenang
Sangat terpaksa Evan menemani Erica untuk makan siang, sialnya lagi hanya berdua. Seperti sudah dirancang oleh mereka, begitu keduanya tiba, seorang pelayan mengantar mereka ke meja yang sudah dipesan, bukankah itu sudah terlihat sangat jelas? "Mau kamu apa? Ini pemaksaan namanya," ketus Evan, raut wajahnya menampakkan kekesalan dengan rahang yang mengeras. "Tapi kamu sendiri bersedia kan?!" goda Erica, ia begitu santai menanggapi Evan, kemarahan Evan sama sekali tidak membuat Erica takut. Evan mendengkus, memutar bola matanya malas. "Saya mau pergi!" Setengah badannya sudah terangkat. "Kalau gitu, aku telepon Pak Richard ya!" Erica mengangkat teleponnya. "I don't care!" acuh Evan yang benar saja meninggalkan tempat duduknya. "Berarti bisnis sama Papi aku batal ya! Oke kalau itu mau kamu," sahut Erica mengintimidasi, tampak sekali arogansinya. Kedua tangan Evan mengepal di samping badannya, ia teringat pesan Richa
Read more
Bab 34 : Masa Lalu Luna Dan Richo
*Flashback 9 tahun yang laluLuna aktif membantu para mahasiswa di puskesmas, semenjak kejadian salah mengalungkan bunga, ia menjadi pusat perhatian Richo dan sampai saat itu, Luna tidak mengetahui kalau ia memberikan pada orang yang salah. "Stok obat asam urat mana?" tanya seorang mahasiswi pada Aldi yang dikira Richo oleh Luna. "Oh iya, belum diturunin, masih di dalam mobil," jawabnya teringat. "Ya udah ambil sana, pasien nungguin nih," titah Wenny, Aldi pun bergerak. "Gila, panasnya nyengat banget, parkiran tadi jauh lagi, item dah gue." Aldi mendumal, ia menutupi mata dengan tangannya karena silau, matahari begitu terik. Pada saat bersamaan, Luna datang membawakan makanan yang sudah disiapkan untuk makan siang para mahasiswa itu. Ia berjalan melewati Aldi. "Eh tunggu!" Aldi menahan langkah Luna. "Saya?!" Luna menunjuk dirinya sendiri. "Iya kamu, siapa lagi emang?" Suara Aldi meninggi, Luna m
Read more
35. Kesalahpahaman Di Masa Lalu
Luna dan Richo terjatuh dari sepeda, mobil itu pun ikut berhenti, membantu kedua remaja yang tertimpa sepeda onthel yang lumayan berat itu. "Aduh ... Kalian ini, bawa sepeda tuh nyantai, jangan ngebut begitu," omel Pak Katno, Luna kenal dengannya. "Pak, anter kita Pak! Temen saya harus minum obat sekarang juga," mohon Luna mencengkram tangan Pak Katno, juragan kayu di desa mereka. Atensi Pak Katno langsung tertuju pada Richo yang masih tergeletak dengan wajah yang kian membengkak dan dipenuhi ruam merah. "Ya ampun, ini harus ke dokter. Ayo saya anterin." Pak Katno membantu Richo berdiri. "Klinik jauh, Pak! Temen saya ini harus cepet-cepet minum obat, anterin aja pulang," sahut Luna berpendapat, untuk sekarang cari cara tercepat agar keadaan Richo bisa jauh lebih baik. "Rumahnya di mana?" Pak Katno pun tampak panik. "Rumah Pak RW, yang dipakai mahasiswa KKN," jelas Luna menuntun sepeda Bude Pur yang tak mungkin ia
Read more
36. Berpisah
Kesalahpahaman itulah yang mendekatkan Luna dengan Richo, mereka menjadi berteman baik hingga sebuah rasa muncul di hati masing-masing. Namun tentu saja kesenjangan sosial di antara mereka menjadi penghalang, Luna seorang gadis desa dari keluarga sederhana, ayahnya sempat menjadi narapidana karena melakukan KDRT, sementara ibunya seorang TKW yang bekerja di Malaysia, ia dibesarkan oleh seorang nenek yang hanya penjual nasi pincuk. Latar belakang keluarganya saja sudah berbanding terbalik dengan keluarga Richo Mahendra putra Hendrawan, putra sulung dari pengusaha kaya raya dan terkenal Bayu Hendrawan, sering disebut keluarga cemara karena kerap terlihat begitu harmonis di depan publik. Status mereka yang berbeda jauh itu sudah jelas ditentang keras oleh keluarganya ketika kedua orang tua Richo mendengar kabar hubungan putranya itu dengan Luna. "Nanti sore kita ketemu di pantai ya! Ada yang mau aku kasih ke kamu," kata Richo pada Luna ketika keduanya bertemu di puskesmas. "Kasih apa?
Read more
37. Dua Pasangan
Seperti ada saja cara Erica untuk membuat ia dengan Evan semakin dekat dengan memanfaatkan papinya. Seperti hari ini, Bayu mengundang Richard sekeluarga untuk makan malam bersama di rumahnya. "Oh ya, saudara Bapak juga diajak sekalian, kemarin dia yang bawa dokumen sampai akhirnya kita deal kontrak kerja sama ini," kata Bayu melalui panggilan telepon. "Oh tentu saja, Pak. Dia juga sudah seperti anak saya sendiri jadi dia bagian dari keluarga saya," sahut Richard, tak mungkin ia menolak perintah rekan bisnisnya itu. "Baik, kalau begitu saya tunggu besok malam," ucap Bayu kemudian mengakhiri panggilan telepon tersebut. "Pih, gimana?" tanya Erica, sejak tadi dia mengikuti sesi telepon papinya itu. "Udah, tenang aja. Dia juga pasti dateng," jawab Bayu yang memang memanjakan putri bungsunya itu. "Tapi kalau cuma makan malem gak seru, Pih. Apalagi makan sekeluarga, gimana aku bisa ngobrol berdua aja sama dia." Erica cemberut, hembusan nafas berat keluar dari bibirnya yang mungil itu.
Read more
38. Persalinan Luna
Waktu persalinan semakin dekat, Rachel sudah memberikan Luna cuti sampai waktu melahirkan tapi pagi ini Luna memaksa untuk datang, ia ingin memberikan tugas untuk Chika agar ia masih bisa belajar meski Luna tidak bisa datang selama beberapa minggu ke depan. Pembantu membukakan pintu ketika Luna menekan bel, "loh, Bu guru? Kata Bu Rachel ---" "Iya Bi, saya cuma sebentar. Saya cuma mau kasih tugas aja untuk Chika," potong Luna yang sudah tahu maksud pembicaraan perempuan itu. "Kalau gitu silakan masuk Bu, Non Chika ada di kamarnya, kebetulan saya mau ke minimarket depan sebentar, ada yang harus dibeli. Bu guru bisa tolong jaga Luna dulu?!" tanyanya yang justru meminta bantuan Luna. "Iya Bi, saya pulang kalau Bibi sudah dateng," sahut Luna yang dibalas ucapan terima kasih sebelum pembantu rumah itu pergi. "Bu guru ..." pekik Chika kegirangan, sudah empat hari ini mereka tidak bertemu, meski sesekali Chika meminta maminya untuk melakukan video call dengan gurunya itu tapi bertemu lan
Read more
39. Antara Evan Dan Richo
Evan pergi terburu-buru, Richard baru saja meneleponnya, ada masalah di kantor, cukup urgent yang mengharuskan ia untuk segera datang hingga Richo tidak sempat bertemu dengannya. "Siapa suami Luna? Aku ingin bertemu dengannya, lelaki beruntung seperti apa yang bisa mendapatkan hatinya?" batin Richo sambil terus mencari sosoknya. "dokter Richo," panggil seorang perawat, setengah berlari ia menghampiri. "Saya cari dokter dari tadi, sekarang waktunya jam visit dok," ujar perawat itu memberitahu. Seketika Richo menepuk keningnya, terlalu sibuk mengurus Luna membuat ia lupa akan tugas dan tanggung jawabnya di rumah sakit ini. Ia tak terpikirkan ada pasien yang sedang menunggu dirinya, pikirannya hanya dipenuhi tentang Luna saat ini. "Maaf, ayo!" Richo berjalan mendahului. Sementara Luna sendiri sudah terbangun, ia segera menelepon ibunya tadi, ada sepuluh panggilan tak terjawab dari Tari sebelum Luna menghubunginya. Tak berapa lama, Tari pun datang, seketika ia menangis sambil terus
Read more
40. Evan Wilson
"A-aku ...""Evan!" panggilan dari arah belakang mereka membuat kedua lelaki itu menoleh. Erica cepat berlari, langsung merangkul lengan Evan, dia tampak bahagia bertemu dengan pemuda itu, senyum serta rona merah di pipinya menghiasi wajah cantiknya itu. "Ck! Kakakmu loh di sini, malah cowok lain yang jadi prioritas," ketus Richo memalingkan wajah sebal. "Apaan sih, Kak! Sama Kakak kan bosen, tiap hari juga ketemu di rumah." Erica menyenggol lengan kakaknya itu, sikap manjanya terlihat dan Evan tak suka itu. "Eh, kamu mau ke mana? Aku anter ya?!" Erica langsung membawa Evan menjauh. Richo hanya bisa menatap punggung keduanya sampai hilang dari pandangannya. Dalam hatinya masih mengganjal pertanyaan yang belum dijawab Evan, sebenarnya apa hubungan dia dengan Luna hingga membuat ibunya terlihat kesal tadi? "Aku harus cari tahu!" tekad dokter muda itu, melangkah pasti menuju ruang rawat Luna. Begitu sampai di depan pintu, ia berpapasan dengan Tari, Richo segera menunduk sopan, tak
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status