Semua Bab Istri Kesayangan Paman Presdir: Bab 41 - Bab 50
60 Bab
Lagu untuk Mas Marvin
Sekalipun para temannya tahu Zelda ke kantor tanpa pamit, tetap saja mereka memaksa Zelda untuk ikut ke sana. Namun, Zelda menolak untuk ikut perlombaan band di festival tersebut. "Cik, Paman menelpon gue," bisik Zelda pada Reca, kemudian tanpa menunggu tanggapan dari Reca dia langsung menjauh dari keramaian.Setelah menemukan tempat yang cukup sepi, barulah Zelda mengangkat telpon dari Marvin tersebut. "Ha--halo …," cicit Zelda, menempelkan ponsel di telinga. Dia terlihat gugup dan tegang, takut pada Marvin. Suaminya tersebut tidak di sini, tetapi Zelda bisa merasakan aura mengerikan dari sosok tersebut. 'Kau di mana, humm?' tanya Marvin dari seberang sana. Suaranya dingin, tegas dan … menakutkan bagi Zelda. Pasti Mas Marvin sudah tahu jika aku tidak di rumah. Cik, aku dalam masalah.' batin Zelda, meneguk saliva dengan kasar susah payah. "Aku … di--di festival musik taman kota, Mas," cicit Zelda pelan dan takut. 'Kau membantahku.' "Tapi aku sudah baik-baik saja, Mas. Dan … band
Baca selengkapnya
Jatuh Cinta yang Panas
Dalam perjalanan pulang, Marvin hanya diam dan bahkan ketika telah sampai di rumah Marvin masih tetap diam. Sedangkan Zelda, dia tentunya tak berani berbicara pada Marvin, memilih untuk diam namun terus melirik-lirik Marvin. Ceklek'Zelda masuk dalam kamar, disusul oleh Marvin; di mana perempuan itu langsung menutup pintu dan tiba-tiba saja menarik Zelda, mencekal pergelangan tangan Zelda dengan kuat kemudian menyeretnya secara paksa ke dalam kamar mandi. Syur'Marvin menyalakan shower, langsung membasahi tubuhnya dan Zelda yang berada di bawah. "Haruskah kau memakai baju dari laki-laki lain, Zelda Amira Abelard?" rendah Marvin, nadanya serak dan sangat pelan– namun sangat dingin serta menusuk hingga ke tulang-tulang. Bahkan, air yang mengguyur tubuh Zelda saat ini kalah dingin dengan suara Marvin. "Kau membantah perkataanku," ucap Marvin lagi, satu tangannya memeluk pinggang Zelda dan satu lagi membelai dengan ringan dan halus pinggiran wajah Zelda. Perlakuannya sangat lembut da
Baca selengkapnya
Siapa Pemenangnya?
"Berkedip." "Hah?" Zelda terlihat bengong dan bingung, mengerutkan kening sembari menatap Marvin dengan air muka konyol dan sepat. Namun, ketika paham dengan ucapan singkat Marvin, Zelda sontak menghadap depan– menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang sudah semerah tomat dan matanya yang membulat sempurna. 'Mas Marvin tahu jika aku terpesona yah? Makanya dia menyuruhku berkedip?' batin Zelda, masih menundukkan kepala untuk mengatur rasa canggung serta gugup yang menyelimuti dirinya. "Amore, are you okay?" tanya Marvin tiba-tiba, di mana pria itu sudah berada di depan Zelda– setengah duduk di atas meja. Satu tangannya menyentuh pundak Zelda dan satu lagi menghapit dagu, menaikkan kepala perempuan tersebut untuk bersitatap dengannya. "Kenapa?" ulang Marvin. "Itu-- aku hanya pusing, Mas. Desainku sampai sekarang belum jadi. Padahal waktunya tinggal dua hari lagi," jawab Zelda, beralibi dengan baik dan berharap Marvin sama sekali tidak curiga padanya. 'Ah, susah juga berhadapan de
Baca selengkapnya
Keraguan yang Datang
Dari hasil vote, Zelda memenangkan tantangan tersebut. Sesuai perjanjian dahulu, Nita harus membayar 1 miliar pada Zelda serta merelakan jabatannya juga pada Zelda. Saat ini Zelda berada di ruangan suaminya, duduk berhadapan dengan Marvin yang tengah mengamati sebuah desain kalung yang istrinya buat. Marvin akui Zelda sangat hebat dan liar biasa. Dia berhasil membuat desain kalung yang bukan hanya unik tetapi juga sangat cantik. Namun, ada kesan serta cerita dari desain kalung tersebut. "Dari mana kau mendapat ide untuk membuat desain kalung ini, Amore? Seorang pasangan dalam air?" tanya Marvin, tiba-tiba menatap Zelda sembari menyunggingkan senyuman tipis di bibir. Zelda memalingkan wajah sejenak. Sial! Dia sangat yakin jika Marvin tahu arti dari kalung itu. 'Aku harus jawab apa?'"Dari … imajinasi, Mas Marvin," jawab Zelda pelan dan gugup, tangannya yang ada di pangkuannya saling meremas untuk mengurangi serta menetralkan perasaan gugup yang melandanya. "Kau berbohong." Marvin
Baca selengkapnya
Dicampakkan?
Zelda berjalan menelusuri koridor kampus, bersama kedua temannya yang tak lain adalah Reca dan Dimas. Mereka baru saja mengantarkan laporan pada dekan mereka, laporan akhir sebelum mereka melaksanakan penjemputan praktek kerja. Yah, mereka telah menyelesaikan kegiatan praktik kerja yang dibebankan kampus sebagai syarat lulus pada mereka. Mereka telah menyerahkan laporan dan sekarang berniat untuk pulang. "Mau langsung pulang atau bagaimana?" tanya Dimas pada kedua sahabatnya tersebut. Zelda mengedikkan pundak, melangkah pelan dengan kepala yang tak hentinya memikirkan Marvin serta masalahnya dengan pria itu. Satu Minggu yang lalu, tepat ketika Zelda memenangkan tantangan dari Nita. Harusnya hari itu bahagia, akan tetapi berakhir buruk dan menyedihkan. Nita memeluk suaminya dan meminta agar posisinya tidak diserahkan pada Zelda. Padahal sebelum Nita meminta, Zelda lebih dahulu meminta sesuatu pada suaminya. Dia meminta agar Marvin menjauhi Nita. Zelda tidak tahu apa yang terjadi,
Baca selengkapnya
Kabar Baik Untuk Marvin
Zelda duduk di depan Marvin, di dalam ruangan pria itu– di mana saat ini Zelda akan disidang oleh suaminya tersebut mengenai kenakalan serta kerusuhan yang dia perbuat selama satu minggu ini. "Selama seminggu ini kau kemana? Tinggal dengan siapa, humm?" tanya Marvin, berusaha tetap tenang meskipun emosi telah menyelimuti dirinya. Tatapannya tajam, menghunus tepat ke arah Zelda yang duduk dengan raut muka datar serta alis yang ditekuk tajam. Aura mengerikan menguar dari tubuhnya, tidak suka dengan mimik muka Zelda yang terkesan membangkang. "Paman sudah tahu, kenapa harus bertanya lagi," datar Zelda, tanpa menatap Marvin. Zelda marah karena insiden minggu kemarin, dan ditambah Marvin meninggalkannya, dia semakin kesal pada pria ini. "Kau yakin bersikap seperti ini padaku?" tanya Marvin pelan, rendah dan stabil. Akan tetapi nadanya terkesan dingin serta penuh ancaman– sejujurnya membuat Zelda merinding takut. Tetapi dia menahan diri, berpura-pura bersikap baisa saja dan berusaha untu
Baca selengkapnya
Siapa yang Meng-hack?
"Tapi aku tidak pernah mendapat pesan dari Paman Neon, dan … selama seminggu ini seingatku aku juga tidak pernah memblokir nomor siapapun," jawab Zelda pelan dan ragu-ragu. Marvin mengerutkan kening, menatap lamat wajah istrinya. "Mana handphone-mu?" tanya Marvin. "Dalam tasku," jawab Zelda, sengaja pindah dari pangkuan suaminya tersebut agar Marvin bisa mengambil tasnya. Marvin mengambil tas istrinya, mengeluarkan handphone Zelda lalu kembali duduk di ranjang– kembali memindahkan Zelda untuk duduk di pangkuannya. Sembari memeluk perempuan itu, Marvin memeriksa HP istrinya. Seperti yang dia katakan, nomor Neon diblokir oleh Zelda. Dan ada yang aneh. Ada satu pesan yang Zelda kirim padanya, dan itu tertuju pada nomor Marvin sendiri. Awalnya Marvin tersenyum tipis karena membaca nama kontaknya di handphone sang istri. 'Mas Suami.Namun, raut senang itu seketika lenyap saat Marvin membaca pesan yang Zelda kirim padanya. 'Aku ingin bercerai. Aku punya kekasih dan aku akan menikah de
Baca selengkapnya
Fakta dan Rahasia Marvin
"Kemana Mas Marvin selama seminggu ini?" tanya Zelda memberanikan diri. "Apa Mas Marvin pergi berlibur dengan Bu Nita?"Marvin menaikkan sebelah alis, menatap wajah pucat Zelda dengan lamat dan intens. "Aku pergi karena ada urusan mendadak, Amore. Perusahaan milik kita yang ada di luar kota, bermasalah. Aku ingin menemuimu, tetapi keadaannya urgent. Maaf, Amore."Zelda menoleh dan mendongak ke arah Marvin, menatap sekilas pada suaminya tersebut lalu memilih menatap ke arah lain. "Ba--bagaimana dengan Bu Nita? Kalian sama-sama menghilang."'Fuck! Zelda salah paham.' batin Marvin, khawatir jika Zelda beranggapan dan berpikiran buruk mengenai dia dan Nita. Shit, entah kenapa dia dan Nita bisa sama-sama tidak terlihat satu minggu ini. Wajar jika Zelda curiga dan berprasangka buruk. Terlebih-- "Aku mengusirnya dari negara ini, Amore. Dan … aku tidak tahu Nita sekarang ada di mana. Seminggu ini-- aku tidak pernah bertemu dengannya. Percayalah," ucap Marvin, mengecup pucuk kepala istrinya d
Baca selengkapnya
Pria Asing dalam Foto
"Amore." Deg'Zelda langsung berdiri, menatap Marvin dengan air muka bercampur aduk. Ada perasaan marah, kecewa, jijik, namun perasaan hina dan benci yang paling mendominasi dirinya. Jika benar pria ini adalah pamannya, a--apa yang Marvin perbuat selama ini padanya itu sangat menjijikkan dan keji. Bagaimana bisa seorang terpelajar, cerdas, pemimpin di perusahaan besar, melakukan hal kotor seperti ini?! Memanfaatkan kelolosan Zelda, menipu Zelda, menikahinya lalu melakukan manipulatif untuk membuat Zelda jatuh cinta padanya. Marvin brengsek! "Apa yang kau lakukan di sini?!" dingin Marvin, menarik Zelda dalam pelukannya– mengecup kening istrinya dengan lembut serta membelai pucuk kepala Zelda dengan penuh kasih sayang. Entah kenapa dia merasa jika istrinya ini tengah bersedih. Zelda terdiam dengan perasaan terpaku dan bercampur aduk. 'Tuhan, mereka bilang jika pria ini adalah Paman kandungku. Dia masih satu darah dengan ayah dan aku. Ta--tapi kenapa aku tidak merasa jiji dengan sen
Baca selengkapnya
Kenyataan Sebenarnya
Zelda terdiam, menatap Marvin dengan lamat dan sayup– memperhatikan pria yang juga lebih tua darinya tersebut yang saat ini sedang mengobati kepalanya. Pria itu tampak menampilkan raut wajah serius, tatapan mata penuh ke khawatiran. Caranya mengobati Zelda sangat telaten. Dia bersikap lembut dan hati-hati. Ketika Marvin kontak mata dengannya, Zelda buru-buru memalingkan wajah. Diam-diam tangan Zelda terkepal kuat, menahan perasaan jiji dalam sana. Tetapi …-'Aku tidak boleh jatuh cinta pada Paman. Di--dia Paman kandungku. A--aku tidak bisa, Tuhan!' batin Zelda, memejamkan mata ketika Marvin meraih dagunya lalu mengecup bibirnya. Perasaan ini … sama sekali tidak ada perasaan jiji. Ketika Marvin mengecup bibirnya, dia sama sekali tidak merasakan jiji. Dia nyaman dan merasa sangat dicintai oleh pria ini. Namun, fakta itu-- fakta Marvin adalah Paman kandungnya terus mengiyang dalam kepalanya. "Apa yang ada di tanganmu?" tanya Marvin pelan. Meskipun begitu, nadanya datar dan dingin– mem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status