Semua Bab Istri Mungil Dosen Tengil : Bab 21 - Bab 30
75 Bab
21 – Cemburu
“Muka lo kenapa deh? Dari tadi senyum-senyum aja.” Pandu mendekatkan kepalanya pada Rindu, untuk memastikan bahwa penglihatannya tidak salah. Dan benar, Rindu, sahabatnya, memang tengah senyum-senyum sendiri. Pandu bergidik ngeri, dia takut kalau Rindu terkena virus menular. Kan repot kalo dia juga ikut senyum-senyum gada alasan.Ucapan Pandu menarik perhatian Miquel, dia baru sadar jika aura Rindu memang jauh lebih bahagia daripada sebelumnya.Buru-buru Rindu mengubah raut wajahnya. Jika dia mengatakan sudah punya pacar pada kedua temannya, dia masih belum siap dengan hal itu. Bagaimana reaksi mereka jika tahu bahwa pacarnya itu dokter Ragata?Tapi tenang saja, Rindu pasti akan beritahu juga. Tapi tidak sekarang.“Ishhh…udah deh, lo tidur aja napa sih? Ribet banget hidup.” Rindu menarik kepala Pandu agar kembali senderan padanya. Itu lebih baik, dibanding harus diinterogasi olehnya. Apalagi ditambah dengan Miquel yang sudah meletakkan bukunya di atas meja. Rindu menghela nafas. “Gue
Baca selengkapnya
22 – Putus?!
Sudah sore, dan ini adalah hari terakhir mereka bisa menginap. Semua barang sudah dimasukkan ke dalam mobil Pandu. Ketiganya masih sibuk menikmati sunset yang begitu indah. Lokasi mereka saat ini adalah Paralayang. Dari sana terlihat kota Batu yang terlihat indah di malam hari. Udaranya sangat sejuk. Lokasinya berada di ketinggian, jadi sangat enak untuk dijadikan tempat nge-camp.Beberapa orang sudah berdatangan, sebagian lagi sudah duduk selonjoran sambil menikmati snack di sore menjelang malam hari.“Aku akan merindukan momen ini.” Pandu bergumam lebih dulu.“Aku juga. Tidak terasa, sebentar lagi kita akan sibuk dengan dunia kerja.” sambung Rindu. “Aku rasa, kita termasuk orang yang beruntung di angkatan kita.”“Benar sekali.”Miquel memasangkan mantel pada Rindu, “yang lain harus lulus dulu baru bisa KOAS. Namun kita diberi kesempatan ini lebih dulu. Ya meskipun hanya program kampus, namun ini adalah kesempatan besar. Aku tidak sabar akan menjadi dokter KOAS yang sesungguhnya nanti
Baca selengkapnya
23 - Sulis
“Katanya sih, ada dokter dokter baru hari ini.”“Oh iya, siapa?” Rindu mengalihkan perhatiannya dari buku tebal di depannya. Dia tidak mendengar bakalan ada dokter baru.“Gatau, kalo gue tahu siapa kan gak dokter baru lagi namanya, Rindu Senja. Gimana sih jadi orang.” Pandu memutar bola mata malas.“Yaelah, moody an banget sih.”“Oh iya, bentar lagi kita sidang. Kalian udah siapin keperluannya gak?”“Gue rencana mau ambil topik di bidang saraf sih. Sesuai sama keahliannya dokter Ragata.”“Kayaknya gue juga. Setelah wisuda, kayaknya gue juga bakalan KOAS di sini deh. Soalnya bu Juliana udah ngasih rekomendasi ke gue.”Miquel sejak tadi hanya menyimak. Dia tidak tertarik untuk ikut ke dalam pembicaraan itu untuk saat ini. Dia menghela nafas untuk ketiga kalinya. Sontak itu menarik perhatian Rindu. Sejak pagi Miquel memang sedikit berbeda. Tidak seperti biasanya. “Lo ada masalah, Miq?”“Eh?” Miquel baru menyahut, namun kemudian menggeleng. “Gak ada kok, gue cuman gak paham aja kenapa or
Baca selengkapnya
24 – Ketahuan
Hari ini ada rapat besar di rumah sakit. Semua dokter spesialis, beserta petinggi dari masing-masing departemen ikut hadir. Salah satunya adalah Ragata dan kawan-kawan. Jika biasanya mereka hanya bertiga, kali ini ada tambahan satu personil. Sulis. Gadis itu langsung sok akrab dengan Angga, dan juga Andreas.Sedangkan Ragata hanya memasang wajah flat. Seperti biasanya.“Wah, jadi kamu dekat juga dengan mereka, dokter Sulis?” dokter Juliana yang baru saja masuk lekas bergabung di tempat yang kosong.Dia duduk sejajar dengan Sulis, dan juga Ragata.“Iya dok, kebetulan dulu saya dan dokter Ragata itu satu angkatan. Jadi cukup kenal lama.”“Benarkah? Aku baru tahu jika dokter Ragata bisa punya teman secantik anda. Kalian juga serasi, kenapa tidak mencoba menjalin hubungan saja?”Sulis merona. Sedangkan Ragata sama-sekali tidak menanggapi. Hanya diam dan menatap lurus ke depan.“Yah, kok sama Ragata sih dok? Sama saya saja nih, kebetulan saya masih melajang.” Justin langsung bergabung. Meng
Baca selengkapnya
25 – Kok Imut
Malamnya Rindu sudah berada di rumah Ragata. Menghabiskan waktu bersama, dan itu rasanya sangat menyenangkan. Apalagi Lia yang begitu menyukai Rindu. Dia juga sudah diperingati oleh Ragata soal Sulis. “Kak, kalo misal aku ambil matkul radiologi di semester ini, menurut kakak gimana sih?”Rindu mengalihkan pandangannya dari cheese cake yang baru saja dihidangkan di atas meja makan. Dia tersenyum, paham betul bahwa Lia juga sama sepertinya.“Saran aku, kalo emang kamu mau cepet lulus, ya ambil aja. Tapi kalo kamu sambil ikut organisasi, ambil di semester depan aja. Jangan terpengaruh sama temen kamu, intinya sekarang bagaimana kamu enjoy dalam belajar.”“Benarkah? Jadi kalo misal Lia gak ngambil, gak masalah kan kak?”Anggukan Rindu membuat Lia senyum. Dia senang banyak bicara dengan Rindu, apalagi soal dunia perkuliahan. Dia sangat mengagumi Rindu, tidak hanya dia sih, tapi Lia adalah salah satunya. Bahkan dosen saja memuji seorang Rindu Senja. Jadi itulah kenapa gadis itu sangat ter
Baca selengkapnya
26 - Mengisi Perut
Rindu tidak bisa menahan rasa bahagianya saat Ragata memberinya kesempatan untuk ikut operasi kraniotomi atau istilah lainnya adalah bedah otak. Ini adalah kesempatan baginya untuk belajar. Semalam penuh dia sudah belajar, agar setidaknya tidak terlalu kaku saat di ruang operasi.Dan saat ini Rindu sudah berdiri di belakang meja operasi bersama dengan beberapa dokter residen tahun ke-2.“Hey nak, kau dokter KOAS?”“Iya dok, nama saya Rindu.”“Kau beruntung bisa ikut operasi ini, dulu aku harus KOAS di tahun kedua baru bisa ikut secara langsung.”“Hey…kau dan dia itu sudah berbeda.” Suara Sulis mendadak muncul. Rindu sedikit was-was. Dia sudah diperingatkan Ragata untuk berhati-hati dalam menghadapi Sulis.“Wah, anda juga ikut operasi ini dokter Sulis? Saya tidak melihat nama ada ada di daftar tadi.” Suara dokter residen tadi langsung berubah. Tidak secuek tadi. Rindu menaikkan bahu tidak peduli, lagian dia tidak membuat masalah dengan mereka.“Ya, kan kalau punya kenalan pasti diizink
Baca selengkapnya
27 - Kecelakaan
Lagi-lagi hujan. Dan Rindu terjebak di dalam toserba depan rumah sakit bersama Miquel. Keduanya duduk sambil menikmati sebungkus onigiri rasa tuna mayo, ditemani sekotak susu coklat. Hujannya sangat deras, dan jalanan yang tadi sangat ramai kini sudah sepi. Hanya mobil yang masih lalu lalang.Mereka berdua juga tidak membawa payung.Diam-diam Miquel tersenyum. Dia justru senang bisa terjebak berdua dengan Rindu. Mereka semua sudah mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Jarak berkumpul, atau sekedar keluar di malam hari seperti dulu.“Miq, lo kenapa?”Wajah Miquel langsung berubah datar.“Gak papa. Gue cuman ngerasa kalo kita bertiga udah makin sibuk dengan urusan masing-masing. Ternyata benar, semakin dewasa, semakin tidak punya banyak waktu.”Rindu diam. Memperhatikan Miquel yang fokus menatap ke arah depan. Sifat Miquel tidak berbeda jauh dengan Ragata. Ada sifat lembut yang disembunyikan di balik wajah datar dan tidak berekspresi itu. Dan apa yang barusan Miquel ucapkan, membuat
Baca selengkapnya
28 - Ale?
“Apa dia gak mau jawab?”Lelaki dengan jaket kulit itu menggeleng. Namanya Ale, seorang polisi berusia 30 tahun. Tubuhnya tinggi, lebih tinggi dari Ragata. Kulitnya sawo matang. Dia keturunan Arab. Mengenal baik Ragata yang kini ada di hadapannya.“CCTVnya udah gue amanin juga. Dan memang motifnya dia sengaja mau nabrak gadis ini”Tangan Ragata terkepal. Pantas saja Rindu segugup itu, karena memang kejadiannya sangat dadakan. Bahkan jika Miquel tidak berbalik dan mendorong Rindu, bisa saja kekasihnya itu sudah cedera parah.“Pelakunya adalah lelaki berusia 40-an. Tubuhnya gemuk, dan berperilaku aneh. Dari catatan kepolisian, lelaki tadi sudah pernah dipenjarakan 2 kali karena kasus pemerkosaan dan tabrak lagi. Dari pengamatan kami, dia adalah pesuruh orang. Aku tidak tahu kenapa manusia seperti ini masih di keluarkan dari penjara. Seharusnya dia dikurung saja di kandang harimau sampai mati.” Ale ikut geram saat membaca berkas di hadapannya.“Jika begitu, jadi besar kemungkinan orang y
Baca selengkapnya
29 – Menghilang
“Silahkan, letakkan di sini saja. Apa semua barangnya sudah masuk?”“Sudah dok. Ini nota barang yang masuk hari ini.”Sulis menerima selembaran kertas kuning itu, lalu mengangguk. Semua barang sudah masuk, dan begitu juga dengan obatnya.“Dok…apa obatnya sudah masuk?” seseorang berbisik pelan. Takut bahwa perkataan mereka akan didengar oleh orang lain.“Sudah. Pastikan obat itu digunakan untuk operasi Ragata. Dia harus diberi pelajaran. Terlebih dia akan mengoperasi sosok yang penting.”“Siapa? Sepertinya kau tahu banyak hal juga.”“Cukup lakukan perintahku saja, dokter Hans.”Hans mengangguk. “Tapi…apa kau yakin kita tidak akan ketahuan?”“Dokter Hans, cukup lakukan perintahku. Lagian bukan kita yang akan dicurigai jika operasi itu gagal.” Sulis menatap Hans. “Apa kau tidak senang mendapatkan mobil baru itu? Oh iya, aku juga lupa jika kau sudah pindah ke apartemen baru bukan?”Helaan nafas Ragata terdengar jelas. Penawaran yang diberikan oleh Sulis memang di luar ekspektasinya. Mobil
Baca selengkapnya
30 - Bantu Saya
Hari yang Ragata cemaskan pun tiba. 4 jam dari sekarang dia akan melakukan operasi. Perasaannya berdebar, dan tidak siap. Satu-satunya hal yang Ragata takutkan adalah, mengulangi hal yang sama untuk kedua kalinya.“Hey…kamu kelihatan cemas. Ada apa?” Rindu duduk, meletakkan secangkir kopi. Dia tidak sengaja melihat Ragata sedang melamun di pantry. Karena kebetulan dia baru selesai dari LAB, Rindu memutuskan untuk mampir sejenak.“Aku takut.”“Takut? Karena operasi 4 jam lagi?”Ragata menghela nafas, dan menatap wajah Rindu dalam diam. Menikmati pemandangan indah yang memberinya ketenangan.Kening Rindu saling bertautan. Kenapa harus takut dengan mengoperasi? Padahal Ragata itu adalah pentolan di rumah sakit. Mustahil jika seorang Ragata takut dalam keadaan seperti ini.“Apa takut karena….”“Bukan. Ada satu rahasia besar yang mungkin nanti akan aku ceritakan padamu. Sekarang duduk saja di sini, itu membuatku jauh lebih baik.”Rindu patuh. Dia menatap lurus ke luar jendela. Kursi di seb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status