Semua Bab Nikahnya Kontrak, Cintanya Beneran: Bab 31 - Bab 40
51 Bab
31 - Saling Memanfaatkan
Hajin tiba di rumah setelah jam 7 lewat. Yang menyapanya saat datang adalah Bi Inah. "Balik ke sini jam berapa, Bi?" tanya Hajin. Dia menanyakan sesuatu yang sama persis dengan Hanum sebelumnya. Dia melepaskan sepatu dan Bi Inah mengambilkan sandal rumah. "Sudah dari pagi, Tuan muda. Kenapa baru pulang? Banyak kerjaan tah? Kasihan Non Hanum jadi makan malam sendirian. Mana wajahnya lesu lagi." Bi Inah bercerita. Hajin refleks menatap ke atas, di mana letak kamarnya berada. Dia sudah membaca pesan dari Hanum tadi. Tapi, karena dia juga sudah akan pulang saat melihat pesan itu, dia tidak membalasnya dan langsung cepat-cepat ke rumah saja. Hajin membathin, apa perasaan Hanum sedang buruk? Tapi, dia bilang bimbingannya lancar. Atau cuma alibi? pikirnya."Hanum udah pulang dari tadi?""Iya. Jam 5 Non Hanum sudah sampai rumah. Tapi, ya itu muka lesu, gak semangat. Atau kecapekan kerja ya?" Bi Inah terlihat berpikir. "Mungkin aja, Bi. Coba buatin cokelat panas. Siapa tahu moodnya jadi
Baca selengkapnya
32 - Pagi yang Tenang
Pagi hari ini, Hanum terbangun dengan perasaan yang baik. Ada Hajin di sisinya yang tertidur pulas. Seperti biasa, dirinya yang selalu bangun terlebih dulu karena harus melaksanakan ibadah. Jika memikirkan tentang hal itu, Hanum merasa agak sedih. Seharusnya mereka bisa menanti Subuh bersama dan mungkin kebahagiaan yang dirasakan Hanum akan terasa nyata. Namun, hati Hajin seperti karang.Hanum tidak bisa melakukan apapun selain berdoa agar Hajin cepat mendapatkan hidayahnya."Selamat Subuh, Pak ..."Hanum mengecup dahi Hajin seraya mengatakan hal itu meski Hajin menutup matanya. Hanum tidak berniat mengganggu, hanya saja dia ingin memberikan salam yang manis sebelum beranjak dari tempat tidur.Siapa sangka saat Hanum akan berbalik, Hajin menarik pinggangnya?"Pagi, Hanum. Jam berapa sekarang? Kamu selalu bangun duluan."Suara Hajin serak khas orang yang bangun tidur."Masih jam 4 kurang, Pak. Saya harus sholat. Bapak mau ikut?" tawar Hanum.Walau dia tahu Hajin pasti menolak, tapi dia
Baca selengkapnya
33 - Gangguan Ketiga
Husna memojokkan Hanum di dinding lorong menuju toilet. Hanum mengernyitkan dahinya. Dia tahu Thana pasti akan menghukum Husna setelah apa yang dia adukan. Namun, Hanum tidak menyangka, Husna akan mendatanginya ke kantor dan mengintimidasinya seperti ini. "Gara-gara kamu, ayah jadi nahan kartu kreditku! Aku juga tidak diizinkan keluar rumah kecuali buat bekerja! Sialan!" Husna memaki. Hanum membuang mukanya dan tersenyum miring sekilas sebelum membalas. "Itu salahmu sendiri. Kenapa jadi menyalahkanku? Aku cuma ngasih tahu Paman kenyataannya. Dia juga harus sadar, anak perempuan yang dia anggap bak tuan putri itu aslinya sebobrok apa!" Seketika Husna menyentaknya. "Hei! Jaga bicaramu!" Husna sudah akan menampar Hanum, tetapi kali ini Hanum dapat menangkisnya karena dia tahu Husna pasti akan begitu. "Bukan aku yang harus jaga bicara! Tapi, kamu! Ini kantorku, aku bisa panggil satpam buat ngusir kamu dari sini!" Hanum menepis tangan Husna dengan kasar. Husna semakin naik pitam.
Baca selengkapnya
34 - Bimbingan Skripsi Lagi
"Sayang! Aku gak mau tahu pokoknya kamu harus bales semua penghinaan yang aku terima dari Hanum! Kamu juga hancurin tuh Prana Packaging!" Husna mencak-mencak di perusahaan Artaya Packaging. Itu adalah cabang perusahaan lain dari Prana Group yang menjadi pesaing untuk Prana Packahing. Artaya Packaging tergolong baru berdiri 2 tahun tepatnya saat Hajin kembali dari luar negeri. Artaya Packanging memang sengaja didirikan dan diberikan pada Arvin-kekasih Husna saat ini-untuk menyulitkan Hajin yang merupakan sepupunya sendiri. Namun, tetap saja perusahaan yang baru berdiri tidak akan mampu mengalahkan perusahaan lama meskipun instansi itu hampir bangkrut sebelumnya. Arvin menarik tangan Husna yang bersedekap hingga perempuan itu jatuh ke pangkuannya. "Kamu tenang aja, Sayang. Aku udah punya rencana," kata Arvin seraya membelai wajah Husna. “Tapi, aku butuh sedikit bantuanmu dulu,” lanjut Arvin. “Apa itu?” Husna bertanya dengan penasaran. “Apa kamu kenal seseorang dari divisi perenca
Baca selengkapnya
35 - Malam yang Hangat
Hajin pulang tepat saat jam makan malam. Hanum pun bertanya apakah dia sudah makan malam?"Aku belum makan. Tadi langsung pulang aja karena udah malam." Hajin menjawab seadanya. "Kalau gitu, ayo makan bareng sekalian, Pak." Hanum menawarkan. "Bibi, tolong ambilin piring sama nasi buat Bapak."Mendengar perintah Hanum, Bi Inah segera membawakan piring untuk Hajin. Mau tak mau Hajin duduk di sebelah Hanum dan langsung bergabung untuk makan. "Mau dibuatin minum apa, Tuan muda?" Bi Inah bertanya pada Hajin seementara Hanum mengambil lauk untuk Hajin. "Gak usah, Bi. Aku udah banyak minum yang rasa-rasa di luar. Ambilin gelas aja, aku minum air putih.""Baik, Tuan muda."Bi Inah kembali ke dapur dan mengambilkan gelas untuk Hajin. Setelah kembali, Hanum yang menuang minuman untuk Hajin. Sedangkan, Bi Inah meninggalkan mereka berdua. "Gimana tadi meetingnya sama klien, Pak? Lancar?" Hanum membuka pembicaraan lebih dulu. "Ya, lancar kayak biasa. Gak ada yang istimewa.""Oh ..." Hanum h
Baca selengkapnya
36 - Masalah Plagiat
Usai jam istirahat siang, mendadak banyak telefon kantor berdering terutama di bagian divisi marketing. Perasaan para karyawan sudah tidak enak sejak telefon itu berbunyi secara bersamaan. Dan benar saja yang mereka khawatirkan, sesuatu yang buruk telah terjadi."Halo, dari divisi marketing Prana Packaging, ada yang bisa saya bantu?"Salsa menjawab telefon pertama dan disusul teman-temannya yang lain."Halo, saya mau menuntut Prana Packaging. Sebenarnya gimana cara kerja perusahaan Anda dalam menjaga rahasia klien?""Maaf, apa maksudnya, Bu?" Salsa berdebar mendengar klien akan memuntut perusahaan.Dan ternyata bukan hanya dirinya yang terkejut. Teman-temannya pun merespon hal yang sama pada panggilan yang mereka terima.Kini mereka mendengarkan keluhan para klien dengan saling berpandangan dan kebingungan. Para staf pun tidak bisa berkata banyak setelah mendengar makian dari klien."Mohon maaf, Bu. Mengenai masalah itu akan saya bicarakan dengan pimpinan saya nanti."Staf marketing h
Baca selengkapnya
37 - Kecelakaan Hanum
Hanum pergi menemui Husna dengan diantar oleh sopir. Ternyata karena dia berangkat dengan Reyna, Hajin menyiapkan mobil dan sopir untuknya. Hanum pun pergi bersama sopir karena Husna menyuruhnya buru-buru. Namun, sampai di sana Husna justru belum datang. Hanum pun merasa kesal. Dia menunggu Husna beberapa menit sampai saudara perempuannya itu tiba. "Cepat katakan apa yang kamu inginkan dan berhenti bikin masalah buat perusahaan!" Hanum menegaskan tanpa basa-basi. Bahkan, sebelum Husna bisa duduk. "Woi, santai. Belum juga duduk udah langsung jeplak aja." Husna kemudian memanggil pelayan dan memesan minuman. Baru setelahnya dia berbicara dengan Hanum. "Well, kamu pasti takut Hajin jatuh, kan? Tapi, gimana ya? Pacarku suka tuh kalau dia jatuh." Ketika itu Hanum seolah jengah dan melempar ponselnya ke meja hingga ponselnya lebih dekat dengan Husna. Hanum kemudian mendecih. "Cih! Kalau pasangan itu memang mirip ya? Sama-sama jahat dan licik. Emang apa salah Pak Hajin sih sampe kalia
Baca selengkapnya
38 - Janji untuk Berubah
Hajin mengikuti dokter IGD dengan perasaan gelisah. Banyak pikiran buruk yang berkecamuk di kepalanya, tetapi dia berusaha berpikir bahwa meski terluka, Hanum tidak akan terluka parah. Namun, bangkar pasien yang ditunjukkan dokter padanya membuat Hajin tertegun. "Mohon maaf, Bapak. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi saat tiba di sini, korban sudah henti jantung. Meski telah dilakukan CPR dan kejut jantung, tetapi detak jantungnya tidak kembali. Sekali lagi saya minta maaf, Pak. Tapi, istri Bapak sudah meninggal." Deg! Deg! Di titik itu dada Hajin berdebar hebat setelah sebelumnya terasa berhenti di tempat. Dia ingin melangkah mendekat, tetapi tubuhnya terasa kaku dan berat. "Ini gak mungkin, Dok ..." gumam Hajin dengan suara gemetar. Dia menatap bangkar yang tertutup selimut putih rapat dengan nanar. Ada bekas darah di bagian wajah dan beberapa tubuh lainnya yang membuat orang pasti tahu bahwa ini pasien korban kecelakaan. "Gak mungkin kecelakaannya separah itu. Dia
Baca selengkapnya
39 - Bukan Kontrak Lagi
"Saya gak nyangka bacaan Bapak bisa sefasih itu." Hanum membuka pembicaraan setelah mereka menyelesaikan salat bersama. Kini dia berada di pangkuan Hajin masih dengan mengenakan mukena. "Aku masuk di sekolah Islam pas kecil. Dari guruku, aku diajari teknik qiroah sab'ah. Aku juga sekolah di madrasah dan ikut ngaji non mukim di pesantren." Hanum memainkan jari-jari panjang Hajin dan beberapa kali membandingkannya dengan jarinya sendiri. "Ah, pantes aja. Kalau saya, guru ngaji saya itu bikin sistem ngaji kayak pesantren. Jadi, 5 hari ngaji Qur'an, 2 hari ngaji kitab. Tapi, saya sekolahnya di sekolah biasa, cuma memang masuk di madrasah diniyyah juga." "Hm ..." Hajin merapatkan telapak tangannya hingga kini jari-jari miliknya dan milik Hanum saling menggenggam. Dia juga menumpukan kepalanya di bahu Hanum sembari sesekali mengecup pipinya. "Bapak ... apa sekarang saya bisa mengartikan kalau hubungan kita udah gak sebatas kontrak lagi? Dalam Islam seharusnya gak boleh nikah kontrak
Baca selengkapnya
40 - Menjadi Suksesor
"Apa kamu bilang?"Prana meminta Hajin mengulangi ucapannya, tetapi yang keluar dari mulut Hajin hanya sindiran."Memang ya ... faktor umur membuat Kakek tidak bisa mendengar dengan benar lagi. Kakek harus lebih rajin ke rumah sakit nanti."Seketika pria tua itu menyentak cucunya."Hajin?! Apa kamu ke sini cuma mau membuat Kakek naik darah, hah?" Prana menjeda ucapannya."Datang-datang langsung bilang mau posisi ketua. Kamu pikir, posisi itu mainan untukmu?" Prana berusaha memancing keseriusan Hajin."Jika ini main-main untuk apa aku datang ke sini, Kek? Aku bisa saja menelpon Kakek dan mengatakan hal-hal omong kosong. Jadi, apa Kakek tidak senang dengan keputusanku?"Hajin balik bertanya.Prana mengedip dan menghembuskan napasnya."Kamu serius?" Prana bertanya untuk memastikan. Bukan dia tidak senang Hajin akhirnya mau melangkah untuk menempati posisi yang memang seharusnya menjadi miliknya, tetapi dia perlu tahu Hajin tergerak untuk apa? Dan karena apa?"Ya. Aku akan mendapatkan ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status